06 - ʜᴇʟʟᴏ, ꜱᴜɴꜱʜɪɴᴇ

88 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin pagi Donghyuck diawali dengan lari pagi agar tidak tertinggal bus nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senin pagi Donghyuck diawali dengan lari pagi agar tidak tertinggal bus nanti. Hari ini ia sedikit terlambat bangun, membuatnya terburu mengejar waktu.

Donghyuck duduk terengah di kursi halte. Ia mengusap keringat di dahi. Berlari dari apartemen ke halte ini cukup melelahkan. Untung saja masih ada tiga menit sebelum bus datang, jadi Donghyuck bisa beristirahat sebentar.

Bus yang ditunggu tiba. Donghyuck naik lalu mengambil posisi duduk di kursi bagian tengah. Di dalam belum begitu ramai, sebagian kursi masih kosong. Namun di pemberhentian berikutnya, Donghyuck yakin bus ini seketika akan penuh dijejali orang-orang berstatus pelajar atau pekerja.

Donghyuck membuang pandangan ke luar jendela, mengamati tiap bangunan atau jajaran toko yang dilewati seiring dengan berjalannya bus ini. Ia tersenyum kecil, rasanya seperti sebuah scene di suatu MV. Sebagai pelengkap, Donghyuck bernyanyi dalam hati (ia lupa membawa earphone-nya karena terburu-buru tadi).

Beberapa menit berlalu. Bus kembali berhenti. Donghyuck melihat ada hampir sekitar dua puluh orang akan naik ke dalam bus. Matanya mengamati, dan ia merasa ada setitik senang di relung hati saat mendapati seorang laki-laki dengan jaket tudung kelabu ikut mengantri memasuki bus ini. Kedua mata mereka bertemu. Donghyuck memutuskan pandangan, berpura-pura mengamati sekitar lalu kembali melihat ke depan.

Setelah penumpang naik, bus kembali menyusuri jalanan kota. Donghyuck terpejam menyandarkan kepala pada kaca jendela. Donghyuck merasa cukup nyaman dengan posisi itu, sampai akhirnya ia menguap karena terlalu enak memejamkan mata.

Donghyuck kembali ke posisi duduk yang benar. Ia menepuk-nepuk pipinya, berusaha menghilangkan kantuk yang datang tiba-tiba. Saat itu, Donghyuck menyadari seseorang yang berdiri di sampingnya. Sepatu Converse putih, celana panjang berwarna cokelat susu, jaket tudung abu-abu, dan tas hitam di punggungnya.

"Ya Tuhan, senyum miring aja ganteng banget?" jerit suara hati Donghyuck melihat orang itu menarik sudut bibir saat Donghyuck mendongak menatapnya.

"Hello, sunshine. Lain kali kalo mau nguap mulutnya ditutup, ya," ujarnya diakhiri senyum kecil.

Donghyuck melongo. Ia menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung. Si hoodie kelabu terkekeh menyadari lawan bicaranya kebingungan akan sebutan yang ia lontarkan.

"Jaket lo warnanya oren, lucu."

Donghyuck langsung menunduk melihat jaket yang ia pakai hari ini. Ia tersipu malu, tidak kuat disenyumi dan dipuji orang di hadapannya.

Sudah beberapa bulan Donghyuck tahu orang ini. Yah, hanya tahu; belum kenal karena bahkan namanya saja Donghyuck belum tahu siapa. Mereka selalu berada di bus yang sama di pagi hari. Hanya saja, tidak pernah sekalipun saling bertegur sapa. Makanya Donghyuck agak terkejut hari ini karena orang itu tiba-tiba menegurnya.

"Kenalin, nama gue Minhyung." Ia melepas genggaman tangannya pada segitiga menggantung yang berfungsi sebagai pegangan penumpang yang berdiri, mengulurkan tangan itu untuk berjabat dengan milik Donghyuck.

"Donghyuck," ucap Donghyuck sambil senyum dua jari. Ia menyambut uluran tangan Minhyung, merasakan hangat menyapa saat kulit mereka bertemu.

"Kita sering satu bus, kan? Parah banget baru kenalan sekarang, haha," guraunya diakhiri tawa renyah mengudara.

Seketika rasa penasaran membuncah. Ia ingin bertanya hal-hal yang selama ini ia simpan di benaknya. Seperti, di mana Minhyung sekolah, kelas berapa, dan masih banyak hal lainnya. Namun, Donghyuck harus menyimpan kembali semua pertanyaannya karena bus menepi di pemberhentian ketiga.

Maka Donghyuck hanya bisa menjawab sekenanya. "Iya."

Beberapa penumpang turun, dan Minhyung akan melakukan hal yang sama karena sekolahnya berada tidak jauh dari sana. Ia menepuk pelan pundak Donghyuck, isyarat sebuah pamitan.

"Gue duluan. Sampai ketemu besok pagi, Sun," ujarnya sebelum melangkah keluar dari bus.

Donghyuck merasa panas menjalari sisi wajahnya. Ia tersenyum malu saat melihat ke luar jendela. Minhyung melambaikan tangan, bibirnya bergerak mengucap dadah tanpa suara.

Dengan itu, hari ini dapat dipastikan bahwa Donghyuck akan bertingkah seperti orang gila karena saking bahagianya.














• ☆ •

aku pengen nulis yg uwu uwu itu gimana :'(

eh iya, habede p'perth 💖

eh iya, habede p'perth 💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JJ20  〰️✖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang