Darwin Aji Sasongko
SD MADANI
Nama yang tertulis di sebuah cocard berbahan kardus yang terjatuh di jalan parkiran sekolah, kemudian dipungut oleh seorang gadis yang rambutnya dikuncir kanan kiri menggunakan pita merah putih. Tali name tag yang putus itu dikaitkan lagi oleh gadis tersebut. Kemudian ia menengok kanan kiri, 'kemana pemilik cocard ini? ' karena pemiliknya pasti siswa baru yang mengikuti MOS seperti dirinya yang juga mengenakan cocard berbahan kardus. Dan ia belum mengenal semua siswa baru.
"Ivana!" gadis penemu cocard Darwin tadi menoleh ke arah yang memanggilnya. Ia tersenyum lebar, dan, jika ia tersenyum lekukan di pipinya terlihat sangat manis dan menggemaskan.
"Achul! Yuk masuk, kayaknya bentar lagi mulai." Gadis bernama Ivana tadi menggandeng teman yang dipanggil Achul dengan tangannya yang bebas,sedangkan satu tangannya lagi membawa cocard yang ditemukannya.
***
Seluruh peserta MOS sudah memenuhi lapangan upacara. Yang baru datang bergegas memasuki barisan. Para pengurus OSIS mulai memasuki lapangan upacara, begitu pula kepala sekolah serta guru dan staff sekolah. Hari pertama MOS SMP N 2.
***
"sebagaimana telah kita umumkan ketika materikulasi di pekan liburan lalu bahwasannya setiap hari akan dilakukan pengecekan kelengkapan atribut MOS. Dan saat ini di masing-masing barisan terdapat seorang pengurus OSIS yang akan memeriksa semua peserta MOS. Untuk itu, pemeriksaan dimulai dari sekarang!"
Kak Reyga. Reyga Manggala. Ketua bagian kedisiplinan di OSIS. Dari gurat wajahnya saja sudah terlihat paras galaknya dengan jelas, apalagi ketika berbicara dengan nada tegas macam tadi. Seakan-akan semua lawan bicarannya adalah pendosa.
"dan yang atributnya tidak lengkap bisa segera maju ke depan!" lanjut kak Reyga.
Ah iya! Ivana teringat bahwa cocard yang tadi ia temukan buru-buru ia letakkan di atas tasnya, dan semua tas saat ini diletakkan di sisi kanan lapangan upacara, sedangkan Ivana berada di sisi kiri. Ia hanya diam.
'duh gimana nih? Gue mana sempet nyari orang yang punya itu name tag? Tamatlah dia, harus maju.'
Tak banyak yang maju. Hanya ada tiga peserta MOS yang digadang oleh kakak pemeriksa atribut. Dan ketiganya adalah murid laki-laki. Dua diantara mereka tidak mengikat kepala dengan pita merah putih, barulah satu lagi tidak memakan name tag, namun Ivana tidak dapat melihat wajah mereka dengan jelas karena Ivana berdiri di barisan paling pojok belakang.
Kemudian kak Reyga menyampaikan pesan-pesan cukup banyak lagi, lalu digantikan oleh ketua OSIS.
"Ipong! Ituu kak Anhar omaigaaad so hensem no strong guee!" pekik Acha alias Achul pelan agar tak menimbulkan masalah- eitt! Tidak bagi Ivana, ini sudah jadi masalah.
"kuping gue, Achul! Diem lo!" Ivana memejamkan mata sambil memegangi telinganya. Acha tetap senyum-senyum sok malu.
"Seperti yang telah diumumkan sebelumnya bahwa setelah perkenalan pengurus OSIS, semua peserta MOS diharapkan memasuki aula. Demikian-"
Kak Anhar. Fauzi Anhar Rahmadi, ketua OSIS periode ini, dengan prestasi gemilang, kepemimpinan yang baik plus wajah tampan sehingga banyak yang mengaguminya. Kakaknya ramah terhadap yang lebih muda, sopan terhadap yang lebih tua, dan rajin solat Dhuha ketika jam istirahat pertama.
Setelah beberapa patah kata terucap dari kak Anhar, semua peserta MOS segera berhambur dan beralih mengambil tas masing-masing lalu berjalan menuju aula. Tidak dengan ivana, ia berdiri dan melihat ke depan lapangan dimana tiga siswa sedang diceramahi kak Reyga, kemudian kak Anhar mengambil alih, tentu saja tak lupa dengan senyum berwibawanya. Ivana mengintip sebentar dari balik pohon tepi lapangan, namun segera berlari kecil memasuki aula.
YOU ARE READING
Rasa Teman-Tersayang
Teen Fictionisi hati yang nggak pernah tersampaikan karena kuasa si bungkam dan rasa menjadi semakin runyam. teman rasa sayang, entah sampai kapan akan begini