01.Itu Dia

9 3 0
                                    

Ada yang ngerti soal yang namanya takdir?
kalo iya, ada yang bersedia menjadi tutorku?

-vera

---•○•---

vera pov

Sedikit demi sedikit tetesan permata itu jatuh dari langit. Diikuti hawa dingin yang menusuk kulit pagi ini. Sepertinya langit sedang bersedih. Tapi kenapa? Apakah ada yang menyakitinya?.

Jika setiap rintik itu turun, orang orang akan menghubungkannya dengan sesuatu tentang kenangan, Maka berbeda denganku. Aku akan merasa senang jika pergi ke sekolah menggunakan payung.

Apakah kalian tau kenapa demikian?

Setiap hujan turun, akan ada banyak sekali guru yang terlambat bahkan tidak turun. Memang kedengarannya aku tidak sopan, Tetapi di waktu waktu itulah pikiranku terbuka dan bisa menyelesaikan novel kecil kecilan yang kurangkai sendiri.

Disaat yang lain sedang menangisi takdir yang tidak sesuai dengan kemauannya, Aku akan menuliskannya dalam bentuk karya.

Semua orang pasti punya takdir yang tidak sesuai dengan kemauannya. Aku pun punya itu. Bahkan aku menyesal bertemu orang itu.

"Masi blom selesai juga?"- ucap Hana

Hana ialah teman sebangkuku. Kami menjadi dekat karna ia adalah orang pertama yang bertemu denganku sejak aku pindah kesini.

Sebenarnya waktu pertama kali aku kesini, aku mencium tanganya karna kupikir dia adalah guru yang mengajar dan bukan siswi.

Bagaimana tidak? kala itu dia memakai kacamata besar dengan beberapa buku di tangannya. Aku tidak salah kan?

oiya, aku merupakan siswi pindahan luar kota saat semester dua kelas 10 tahun lalu.
Yang artinya aku sudah kelas 11. Lebih tepatnya baru memasuki kelas 11.

"kepo amat lu" balasku atas pertanyaan Hana

"ini tepat hari ke 100 sejak lo nulis nulis kea gini, gabut bgt lo?"- balas Hana sambil menatapku

"lo kali yang gabut ngitungin hari"- balasku lagi.

krietttt....

Bunyi pintu itu menyelesaikan semua kegiatan teman - temanku yang sedang berkenalan maupun melakukan kegiatan lain seketika terdiam.

Seorang wanita paruh baya yang agak gemuk masuk ke kelas. Sepertinya wali kelas baru kami.

mudahan aja ga kayak kemarin- kemarin batinku.

" selamat pagi semua"- sapanya

"slamat pagi bu.."- balas semua murid

"Tak kenal maka tak sayang"
"perkenalkan nama saya sri, kalian bisa panggil bu sri"
"sekarang saya mau kalian berdiri menyebutkan nama panjang dan nama panggilan satu persatu"
"mengerti?"
-jelas wali kelas kami yang ternyata bernama bu sri

Kami pun memulai perintahnya satu persatu. Kenapa semua sangat tegang? Aku tidak suka keaadaan ini. sepertinya butuh sedikit pemanis.

Hingga tiba giliranku.

aku pun berdiri sambil berkata
"perkenalkan nama panjang saya VERAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

kataku yang diikuti semua mata menuju ke arahku dan tangan Hana yang mencubit tanganku. Apa yang salah? benar kan yang disuruh nama panjang bukan nama lengkap.

Beberapa ada yang tertawa kecil kecuali bu sri yang menatapku datar sambil berkata
"oke pera silahkan duduk diluar"

Bagus

pera? namaku vera

V E R A

VERA

Tanpa berbasa basi lagi aku langsung keluar kelas sambil membawa earphone dan tentu saja handphoneku.

Dari dalam kelas Hana menatapku sambil menahan tawa. ia tau betul aku sangat tidak suka dipanggil pera.

Aku pun duduk diluar sambil mendengarkan playlist yang sedang kusukai akhir akhir ini. siapa tau aku mendapat inspirasi.

Sementara di dalam masi bisa terdengar samar samar sesi perkenalan diri.

Hingga gendang telingaku menangkap suara yang sudah sangat kukenali.

Suara yang pernah mengisi hari hariku
Suara yang sering membuatku tertawa dengan candaanya
Suara yang sangat kurindukan
Tetapi juga suara yang sangat ku benci.

Tapi kenapa dia disini? ah mungkin hanya mirip

"nama saya Arka Alvaro"

deg

tidak salah lagi

akupun berdiri dan agak meninggikan badanku untuk memastikan terakhir kalinya

sial

mata kita bertemu

aku ingat betul bagaimana terakhir kali mata itu menatapku dengan dingin seolah olah kami tidak saling mengenal

Tatapannya berbeda dengan tatapan saat hari pertama kita.
.
.
.
TBC

jan lupa voment gaiseu

Crazy girl and Her loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang