chapter 3

77 10 5
                                    

Awas typo nyelip di mana²... He
Bahasa ambigu dan penempatan tanda baca juga sekarepe dewek... 😄
Selamat membaca...







##

Pagi ini sang mentari sudah muncul menampakkan cahaya nya sangat cerah , burung burung pun berkicau riang seolah menambah kan kesan damai dan pelengkap pagi hari. Namun tidak dengan suasana hati pria tampan yang satu ini , di pagi hari yang cerah ini ia malahan menampakan wajah kusut seperti baju yang belum di setrika. Dengan tatapan mata yang tajam seolah bisa membunuh siapa saja yang melihat nya. Ia berjalan sambil menyeret asal kopor besar dan menggendong tas ransel di punggung kokoh nya. Sesekali bibir nya bergumam kata kata kasar entah kepada siapa ia lontar kan. Yang jelas ia hanya menyalurkan kekesalan nya saja.
Ia melempar asal begitu saja tas dan koper yang ia bawa ke dalam mobil ,dan sekali melirik tajam kepada supir sang ibu yang berdiri tak jauh dari mobil milik ibu nya tersebut. Ia memutar badan nya untuk menuju tempat di mana stir mobil berada namun langkah kaki nya terhenti ketika suara sang ibu terdengar di telinga nya.

"Tunggu,  suruh siapa kau membawa mobil ini...? Serah kan kunci mobil itu..!" Ucap tegas sang ibu seranya mengulur kan tangan nya guna meminta kunci tersebut.

"CKK.. apa lagi bu ...? Jika ibu meminta mobil ini , lalu aku akan naik apa ke sana..?" Ucap sehun dengan muka yang sudah semakin kusut.

"Serahkan kunci mobil nya SEHUN ...! , kau bisa pergi dengan kendaraan umum kan." ucap sang ibu masih dengan posisi yang sama seperti semula.

"Ckkk....Keterlaluan" ucap sehun sambil menyerahkan kunci mobil , dan langsung pergi bergegas meninggalkan tempat tersebut dengan makian yang masih bisa di dengar oleh wanita cantik yang kini menjabat sebgai ibu nya itu.

"Minggir...!" Ucap sehun pada pak bimo dengan sedikit mendorong pria tua tersebut. Yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya menggeleng memaklumi tingkah tuan muda nya itu.

Kini sehun sudah duduk anteng di dalam sebuah taxi , wajah nya masih sama mengekspresikan tak bersahabat seperti sebelum nya. Mobil yang ia naiki kini masih setia meluncur dengan kecepatan rata rata dengan di temani suara musik yang ke luar dari saluran radio. Bahkan sesekali sang supir mengajak pria yang ada di belakang nya berbicara ,namun nihil tak pernah ada suara yang keluar dari pria tampan tersebut justru tatapan maut yang bikin orang akan merinding jika melihat nya. Ekspresi sehun semakin berubah buram ketika mobil yang ia tumpangi tiba tiba oleng begitu saja. Dan di saat bersamaan suara letusan kencang terdengar di telinga.

*𝘋𝘶𝘶𝘢𝘢𝘳𝘳𝘳𝘳𝘳*

Suara seperti sebuah letusan benda terdengar menggema dari dalam mobil dan mobil yang di tumpangi sehun kini sudah berhenti dengan sempurna dan selamat di pinggir jalan, ah tidak bisa di sebut pinggir jalan juga karena sudah hampir masuk ke area tanah kosong di daerah tersebut. Untung saja sang sopir cukup mahir dalam membanting setir sehingga mobil tersebut tidak menabrak sesuatu atau hal buruk lain nya. Sang supir menengok ke belakang guna melihat keadaan penumpang nya tersebut, dan ia bernafas lega karena penumpang tampan nya dalam keadaan baik baik saja. Entah bagaimna nasib nya jika penumpang nya tersebut terluka atau lebih buruk dari itu. Ia yakin pasti akan di pecat dari pekerjaan nya dan bahkan lebih buruk nya mungkin, ia akan di tuntut akan tindakan nya yang membahayakan keselamatan orang lain. Karena kelalaiannya lupa mengecek kondisi mobil nya, suara berat sehun menyadarkan sang supir dari pemikiran berkemungkinan kemungkinan tersebut.

"Apa yang terjadi..?" Tanya sehun dengan sedikit menetralkan detak jantung nya karena kaget tadi.

"biar saya cek dulu tuan. " ucap sang supir tersebut. Dan ketika ia keluar dari mobil mata nya terbelalak ketika melihat ban mobil bagian depan nya meletus seperti balon hijau *dooor* (hati ku sangat kacau. Isstt....oke lupakan kembali ke cerita).

Jangan Biarkan Aku pergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang