Sepucuk daun melayang diterbangkan angin yang datang dari balik semak, berputar pelan sebelum jatuh ke jendelaku. Aku sedang berdiri di depan jendelaku, melihat suasana pagi itu. Beberapa orang terlihat mulai sibuk dengan aktivitasnya. Seorang ibu-ibu paruh baya terlihat sibuk menyuapi anaknya, Anak-anak berjalan bersama untuk pergi ke sekolah.Huh, sekolah?
Ya, sekolah yang menyebabkan sifatku menjadi seperti ini. Aku sebelumnya merupakan seorang remaja yang biasa saja. Belajar seperti biasa, bermain seperti biasa dan berkomunikasi seperti biasa.
Siang itu, ketika pulang sekolah. Aku melihat beberapa orang mengerumuni sesuatu. Aku sebenarnya tidak terlalu penasaran, tetapi temanku menarik tanganku untuk melihat apa yang sedang terjadi. Semakin dekat aku dengan kerumunan itu, semakin tidak enak perasaanku. Setelah beberapa menit, aku melihat sesuatu yang dikerumuni oleh orang-orang. Sesuatu yang berbau busuk, dan cairan yang berwarna merah menghiasi baju putih itu. Ya, itu adalah mayat. Aku segera meninggalkan tempat itu karena aku merasa jijik melihat mayat yang tergeletak di pinggir jalan. Dan aku beranjak pulang.
Sesampainya di rumah, aku melihat rumahku dua kali lipat lebih ramai dibanding dengan yang ada di pinggir jalan tadi. Aku penasaran dan aku berusaha masuk ke rumah. Betapa terkejutnya aku ketika melihat ibuku menangis. Aku pun bertanya kepada ibu tentang apa yang terjadi sekarang dan ibuku menjelaskan bahwa adikku tewas dibunuh. Ya, dibunuh. Kata-kata itu membuat diriku tertekan dan seketika itu semua tiba-tiba menjadi gelap.
Saat aku bangun, aku melihat wajah-wajah yang bersedih. Melihat itu aku tersadar bahwa aku telah kehilangan hal yang paling berharga. Adikku telah duluan dipanggil tuhan. Aku tertekan dan aku memutuskan untuk mengambil pisau dan berusaha untuk mengakhiri hidupku. Tapi usaha itu gagal, karena ibuku memegang erat tanganku dan mengambil pisau yang kupegang.
Ibuku bilang bahwa dia tidak ingin kehilangan salah satu orang yang disayanginya lagi. Aku pun mengurungkan niatku untuk mengakhiri hidupku.
Aku langsung berlari ke kamar, menguncinya. Kudengar beberapa kali ibuku memanggil namaku beberapa kali, tapi tidak aku pedulikan. Tiba-tiba muncul sesuatu di dalam hatiku. Rasa amarah yang berubah menjadi benci. Ya tuhan, apa salahku sehingga engkau harus mengujiku dengan memanggil adikku? Apa salahku?
Dalam hati, aku bersumpah. Aku akan membunuh orang yang membunuh adikku. Tak peduli dia laki-laki, perempuan, tua, muda, kaya, miskin. Siapapun itu, dia pasti kubunuh!
KAMU SEDANG MEMBACA
anti sosial
General FictionMenceritakan tentang seorang pemuda yang memiliki pengalaman buruk tentang masa lalunya dan akibatnya ia menjadi seorang "Hikikomori" atau anti sosial. Waktu pun berjalan, ia menemukan anak kecil yang ingin membuatnya menjadi orang normal pada umum...