24. Istimewa

109 10 2
                                    

Happy Reading....

Butuh koreksi dari readers😊

❤❤❤

Fina turun menuju meja makan untuk sarapan pagi ini, sunyi sepi bahkan bik Inem pun tidak menunjukkan batang hidungnya.

"Sepi banget." Gumam Fina sambil memutari meja makan.

Fina kemudian duduk dan langsung membuka tudung saji, kosong-tak ada sebiji makanan pun yang tersedia di atas meja, bagaimana ini?, bagaimana caranya sarapan?, tidak mungkin kan ia memakan ice creamnya pagi-pagi.

Fina membuka kulkas dan tidak menemukan apapun di sana, berharap ada segelas susu yang dapat ia konsumsi, tetapi nihil.

Fina beranjak untuk memasak air, ya setidaknya perutnya tidak kosong saat berangkat ke sekolah, meskipun hanya diisi dengan segelas air hangat.

Fina meminum air itu sambil duduk di kursi makan, tetapi tiba-tiba jari-jemari lentik itu menutupi matanya, pandangan Fina menjadi gelap, ia bahkan tak tahu siapa ssosok yang menutup matanya.

"Happy Birthday!!!" Ucap Mamanya, Papanya, dan juga bik Inem secara serentak.

Ternyata jari-jari lentik itu adalah milik Mamanya, orang yang paling ia sayangi, Fina tak menyangka ia akan mendapatkan kejutan pagi ini, ia bahkan sampai lupa jika hari ini adalah hari istimewanya, ya itu semua karena masalah yang belakangan ini menimpa dirinya, sampai-sampai ulang tahunnya sendiri pun ia sampai lupa.

Buliran air bening mulai menetes deras dari pelupuk matanya, Fina sangat terharu dengan kejutan yang diberikan keluarganya kepada dirinya, ia benar-benar tidak menyangka hari ini ia akan mendapatkan kejutan dari keluarga kecilnya.

Fina memeluk kedua orang tuanya dan dilanjutkan memeluk bik Inem, ia sangat bahagia sehingga pipinya tak kunjung kering karena air mata yang terus-menerus mengalir.

"Makasih Ma, Pa, Bik." Ucap Fina sambil menatap satu persatu sang pemilik panggilan.

Bik Inem mengeluarkan satu buah nasi tumpeng berukuran sedang yang kemudian di bawa ke meja makan.

Fina yang melihat itu begitu takjub dengan berbagai hiasan yang bertengger di atas nasi tumpeng tersebut, tidak sama dengan nasi tumpeng pada umumnya, nasi tumpeng kali ini benar-benar berbeda, dengan nasi yang warna-warni seperti pelangi dan tidak didominasi oleh warna kuning saja, ada warna biru, ungu, merah, hijau, kuning, dengan puncak yang diberi mainan kecil berbentuk hati, tak lupa pula terdapat nama lengkap Fina yang dibentuk dari saus cabe.

Fina terus memandangi nasi tumoeng tersebut karena takjubnya, kejutan yang diberikan keluarganya benar-benar istimewa baginya.

Fina memeluk Mamanya dan meneteskan air mata suci itu, sang Mama pun membalas pelukan dari putrinya itu, kemudian tangannya beralih untuk menghapus air mata itu menggunakan ibu jarinya.

"Udah sayang gak usah nangis lagi ya, kita semua yang ada di sini sayang sama kamu, jadi udahan dong nangisnya, sayang tuh air matanya kan sia-sia." Ucap Mamanya menenangkan.

Fina masih sesenggukan dan sesekali menarik cairan bening itu dari hidungnya.

"Ingus kamu tuh, iii Papa geli liatnya, udah gede kok masih ingusan." Ejek sang Papa sambil menunjuk ke arah ingus Fina.

"Iii Papa, jangan ngejek dong, Fina kan malu." Ucap Fina menutupi hidungnya kemudian beralih mengambil tissue yang berada di meja makan untuk kemudian ia lap kan ke areal hidungnya yang ingusan.

***

Selama di sekolah, Fina terus senyum-senyum sendiri memikirkan kejadian tadi pagi, seakan dunia nyata terasa seperti dunia halu milik sendiri.

Seperti sekarang ini, jam istirahat hanya mereka habiskan untuk twrus memandangi Fina yang sedati tadi tak habis-habisnya untuk mengubah ekspresi wajahnya

"Buset dah Fin, gue perhatiin lo senyam-senyum aja dari tadi, napa lo?, kesambet arwah nenek gayung?" Celetuk Rey membuyarkan lamunan Fina.

"Emang." Jawab Fina santai, masih dengan senyuman yang sedari tadi tidak kunjung luntur dari wajahnya.

Rey yang mendengar itu seketika melototkan matanya, sampai rasanya biji mata Rey akan segera jatuh mencium bau wangi tanah.

"Gak usah gitu juga kali Rey." Ucap Fandi yang merasa aneh dengan temannya ini, mengapa ia harus mempunyai teman se-aneh Rey, ia pun tak tahu kenapa.

"Ka, gue ke rumah lo besok aja ya" ucap Fina memberi tahu.

"Kenapa nggak hari ini aja?" Tanya Ika penasaran.

"Gak pa-pa." Jawab Fina dengan sangat santai.

Hari teraneh bagi mereka-kecuali Fina, dimana Fina terus-menerus tersenyum tanpa sebab yang jelas.

***

"Assalamu'alaikum!!" Ucap Fina dengan nada yang begitu riang.

Fina berlari ke dapur, di mana sudah ada Mamanya dan bik Inem yang sibuk berkutat dengan benda-benda dapur itu.

"Mama masak apa?" Tanya Fina sambil berdiri melihat-lihat bahan-bahan dapur yang sudah di siap untuk dimasak nantinya

"Jantung ." Jawab sang Mama tanpa menoleh sedikitpun ke arah Fina.

Sontak Fina melotot setelah mendengarkan ucapan Mamanya.

***

Jangan lupa vote & comment yaa

Karena 1 vote dari kalian berharga banget buat aku

Dan satu komentar dari kalian memotivasi banget buat aku😊

Ku Titip Pada BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang