1. 24-hours

720 74 11
                                    

SEOUL, 20XX

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEOUL, 20XX.

Seoul menjadi salah satu kota tersibuk di Korea Selatan bahkan di dunia dengan kepadatan penduduknya yang mencapai sepuluh juta jiwa. Tidak heran jika di sana seolah tidak mengenal adanya perbedaan siang dan malam. Selama duapuluhempat jam penuh selalu ada aktivitas yang berjalan. Membuat siapa saja yang masuk dalam kategori 'tidak mengenal siang dan malam' seperti hidup namun terperangkap.

Gadis itu, Sooyoung namanya, menghela napas kasar, menguncir rambutnya, dan bersiap menghadapi mimpi buruk yang baru saja ia dapatkan secara cuma-cuma. Lagi-lagi ia menjadi bagian dari orang-orang yang menganggap bahwa malam dan tidur adalah mustahil. Membiarkan tubuhnya terus bekerja dan beraktivitas tanpa henti. Nanti kalau sudah limbung baru ia sadar kalau tubuhnya memiliki anatomi manusia biasa bukan besi yang dirangkai dan dibekali berbagai kabel atau teknologi luar biasa lainnya.

Sooyoung mencebik sebal sembari memasang sarung tangan karetnya. Batinnya sendiri sudah menjerit antara tidak ikhlas dan sangat tidak ikhlas. Harusnya di Jumat malam begini ia sedang asik di depan televisi, menonton drama mingguan kesukaannya. Menonton Kim Soohyun kecintaannya yang baru saja kembali setelah sekian lama tidak muncul di layar.

Tapi lihat yang terjadi sekarang, ia malah berakhir dengan menyetir di musim dingin menyusuri jalanan di tengah malam menuju pinggiran kota Seoul.

Ada panggilan darurat. Sialnya lagi, panggilan ini seharusnya bukan untuknya.

Sooyoung menerobos pelan kerumunan orang-orang yang masih saja melongok dan penasaran. Menurut Sooyoung, orang-orang ini aneh, di saat Sooyoung sendiri ingin menjauhi hal-hal semacam ini, mereka justru berlomba untuk mendekat. Mereka pikir yang ada di depan sana aktor papan atas yang maha tampan dan aduhai?

Kepala Sooyoung reflek menjauh ketika indera penciumannya yang sudah tertutup masker masih bisa merasakan bau menyengat.

"Apa yang terjadi?." Tanyanya pada Hyeri, asistennya yang sudah lebih dulu sampai.

"Seorang warga sekitar menemukannya. Sepertinya sudah lama di sana, kau lihat, tubuhnya sudah membusuk dan ada banyak sekali luka tusuk di dada hingga pinggulnya."

Alis Sooyoung terangkat sebelah, matanya tertuju pada mayat yang tubuhnya tertekuk di depannya, "Bagaimana bisa baru menemukannya sekarang? Baunya.... Kurasa hidung mampet saja tembus."

Hyeri mengangguk, "Ah itu, tubuhnya tertutup sampah, jadi...."

"Aku mengerti." Sooyoung menyerobot. Pandangannya lalu beralih pada pria setengah baya yang sejak tadi sibuk dengan buku kecilnya. "Penyidik Yoon. Tolong jangan sampai ada yang terlewat sedikit pun ya?."

"Siap, Jaksa Park." Tukasnya berbonus kedipan manja, melanjutkan aktivitasnya kembali sementara Sooyoung tersenyum seadanya. Masih belum rela dengan apa yang ia alami sekarang.

"Hyeri...."

"Ya?."

"Jangan lupa sisihkan kasus terberat kita untuk Jaksa Kim." Giginya bergemeretak saat berucap. Saking kesalnya dengan ulah senior paling tampan sekaligus paling mengesalkan di Kantor Kejaksaan Seoul. Ia bersumpah akan memakinya langsung besok!

[1] SnowflakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang