3 ¦ family

947 161 22
                                    

Khun Ran tidak pernah tidak tidur, setiap ada kesempatan pasti akan dipakainya untuk tidur tanpa pikir panjang, hanya saja malam ini berbeda.

Mereka berlima seperti biasa berkumpul di ruang tengah mengerjakan urusannya masing-masing sambil sesekali bercakap-cakap. Aguero sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya, Maschenny sibuk dengan pekerjaannya sebagai salah satu Putri Zahard, Hatzling dengan tugasnya sebagai anggota Wolhaiksong dan Asensio dengan tugas kuliahnya.

Biasanya Ran akan tidur di sofa atau nyemilin yogurt tetapi kali ini ia sibuk mengosongi kulkas. Bukan hanya yogurt, semua yang ada di dalam kulkas dilahapnya dalam sekejap.

Sementara Ran duduk di depan kulkas menghabiskan stok makanan, empat orang saudaranya di ruang tengah saling tatap dan sesekali melirik ke arahnya.

Hatzling mendekat ke arah Aguero untuk berbisik. "Dia kenapa anjir?" Diliriknya dapur takut-takut.

Aguero mendelik sembari mendorong Hatzling menjauh. "Gak tau gue anjir! Eh Mas, lo tau gak adek lo kenapa?"

"Jangan tanya gue! Bukannya dia kalau ada apa-apa ceritanya sama elo?" balas Maschenny dengan ekspresi dingin seperti biasa.

Aguero mengangkat alis kanannya, kedua tangan dilipatnya di depan. "Bukannya elo yang kakaknya ya? Harusnya lo tau dong kalau ada apa-apa sama adek lo."

"Lo tau sendiri gue sama Ran jarang berinteraksi dengan satu sama lain bahkan sekadar nyapa. Hubungan gue sama dia juga gak pernah kayak saudara pada umumnya, kita berdua sama-sama gak peduli dengan yang lain," kata Maschenny.

"Elo kakaknya, bukan? Harusnya lo coba berinteraksi sama dia dan coba peduli sama dia, walau gak nunjukin tapi gue tau kadang dia ngerasa kesepian."

"Kayak elo sama Maria gitu? Atau Kiseia?"

Aguero beranjak dari sofa, ditatapnya Maschenny dengan tajam. "Jangan bawa-bawa mereka berdua ke masalah lo."

Maschenny tersenyum meremehkan. "Kenapa sih? Baru sekarang ngerasa bersalahnya, kak?"

Aguero berjalan mendekati Maschenny dengan tatapan membunuh sementara Maschenny sendiri ikut berdiri dan menatap Aguero seolah menantang. Asensio memecahkan balon permen karetnya membuat suara yang cukup keras.

Tatapannya memperingatkan.

"Maschenny jangan mancing-mancing, luka-luka lo belum sembuh. Aguero lo juga ngaca dulu sebelum ngomong. Gue gak mau ini rumah udah hancur padahal belum sampe sebulan ditinggali."

Aguero mendengus. "Dipikir gue gak tau elo ngedeketin Maschenny karena statusnya sebagai Putri Zahard? Gak usah sok peduli gitu."

Asensio menarik kerah baju Aguero. "Jaga mulut lo."

Sebuah suara tawa menginterupsi membuat ketiganya menatap Hatzling. Sementara itu tawa Hatzling semakin keras dan menggema di ruang tengah itu, ia berhenti ketika perutnya mulai terasa sakit.

"Ini nih," Hatzling menunjuk ketiga saudaranya dengan senyum lebar, "yang ngebuat gue minggat dari keluarga. Udah lama gue gak ngeliat ginian, aduh jadi kangen."

Maschenny berjalan selangkah mendekati Hatzling. "Maksud lo apa?"

Hatzling mengendikkan kedua bahunya lalu kembali memainkan Nintendo miliknya. "Ya gitu. Salah-salahan, saling menjatuhkan, cuma peduli sama dirinya sendiri, dan ngerasa paling benar. Gak nyesel gue milih kabur dulu."

"Hatzling," Asensio berujar memperingatkan.

Hatzling tersenyum dari balik Nintendonya. "Apa? Gue bener, 'kan?"

Belum sempat Asensio membalas, Ran datang dari arah dapur dengan dua kaleng energy drink di tangannya dan menyalakan TV.

"Berisik banget kalian, kalau mau berantem atau bunuh-bunuhan di tempat lain kek, ganggu aja," ucap Ran sembari menegak isi kaleng di tangannya.

"Sori sori," Hatzling membalas disertai kekehan kecil. "Ah iya, lo kenapa Ran? Tumben gak tidur."

Ran menggerutu kesal dan menatap tajam ke TV. "Elliot sama Kiseia tadi ngedatengin sekolah gue, nyuruh gue balik ke kediaman keluarga. Mereka gak percaya sama Maschenny dan Asensio makanya nyuruh gitu."

Ran bisa tinggal bersama keempat saudaranya dengan alasan kalau ia hanya tinggal bersama Maschenny dan Asensio. Keluarganya yang lain tidak diberitahu kalau Aguero dan Hatzling juga tinggal bersamanya.

Hatzling bersiul pelan. "Ya udah gue duga juga sih, terus terus?"

"Gue setrum soalnya mereka maksa banget, bikin kesel aja. Lagian mereka palingan nyariin gue karena perintah Luch, kalau enggak ngapain juga."

"Ah iya dari dulu juga emang cuma Luch yang peduli." Hatzling mengangguk-angguk. "Kasian sekarang malah dimanfaatkan Lyborick gitu."

Aguero menyandarkan punggungnya ke sofa diiringi helaan napas panjang. "Tadi juga Kiseia ngedatengin sekolah gue, ngingetin kalau gue gak ada lagi hubungan sama keluarga. Kayaknya dia curiga Ran bukan cuma tinggal sama Maschenny dan Asensio makanya bilang gitu."

Asensio memilih duduk di sebelah kaki Ran dan kembali mengunyah permen karet sementara Maschenny menutup laptopnya. "Ah, jadi tadi elo berdarah ditusuk dia?" tanya Asensio.

Aguero menjawab dengan gumaman.

Percakapan berlanjut seperti biasa dengan masing-masing dari mereka menceritakan masalahnya yang dibalas seadanya dengan yang lain tanpa ada kepedulian seolah-olah mereka semua sedang membaca naskah. Pertengkaran yang tadi dilupakan begitu saja seakan tidak pernah terjadi.

Betapa Hatzling menyukai keluarganya ini. 


A/N

sori banget ini pendek soalnya kalau panjang-panjang takutnya malah bosen gitu kan :(

terus ini 1k reads astaGA, PADAHAL CUMA BOOK YANG KUBUAT UNTUK NGISI KEGABUTAN :(( but thank you all (◕‿◕✿) (◕‿◕✿)

edit: sori banget, aku kayaknya salah dalam pemilihan kata atau kurang jelas, maksud hatzling di akhir itu sarkas. jadi kan tadi mereka lagi berantem, terus tiba-tiba langsung pada interaksi kayak biasa aja seakan gak pernah berantem padahal tadi udah saling maki gitu kan~

maaaapppp banget aku lama update-nya, makasih juga buat kalian yang setia nungguin. ku usahain update selanjutnya gak lama lagi, ditunggu ya~~

- winthershellene

morosis.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang