Matahari menjulang tinggi diatas sana, sinarnya begitu terik terasa menyengat seakan ingin membakar setiap jiwa dan raga manusia.
Dua sekolah yang berseteru sejak lama, menjalin permusuhan dari abad ke abad, hingga turun-temurun dibeberapa angkatan. Hari ini, siang ini, serta detik ini juga mereka sedang bertemu, siap untuk bertempur dan menghabisi satu sama lain. Setiap tahun bersamaan dengan datangnya tahun ajaran baru geng yang mayoritas diisi murid-murid pembangkang dan pemberontak yang ada di Sma Pattimura dan Smk Pajajaran, melantik pemimpin serta beberapa anggota baru yang bertugas menjaga sekolah dari hal-hal buruk. Walaupun sebenarnya tidak ada yang meminta.
“Lo pemimpin baru geng Smk Pajajaran?” tunjuk Niko garang sembari melirik tajam, seperti Elang yang siap mencabik-cabik mangsanya.
Niko Ravindra, lelaki tampan itu adalah ketua baru Penguasa Sma Pattimura.
“Bukan,” jawab Mario acuh tak acuh. Si cowok yang Niko tunjuk tadi.
“Terus mana bos lo? Dari tadi kaga muncul-muncul batang hidungnya. Takut sama gue?! Belum juga gue apa-apain.” Ejek Niko. “Pemimpinnya aja pengecut, terus sebutan buat bawaannya apa?” lanjunya berseru kencang
“PECUNDANG MUNGKIN,” cibir Surya menyahuti omongan Niko tadi, sambil terkekeh sinis.
Gelak tawa seluruh anggota pasukan Pattimura terdengar sangat menggelegar, secara terang-terangan mereka sudah menghina dan mengejek anak-anak Pajajaran. Itu sama saja dengan mereka telah mengibarkan bendera perang dan siap untuk bertempur.
Disebrang sana pasukan Pajajaran berdiri tegak hanya diam membisu, mendengarkan semua caci maki Niko beserta kawan-kawannya seraya meremas tangan kuat-kuat. Dari sorot mata mereka sudah nampak sangat jelas dipenuhi oleh amarah yang membabi buta, mereka merasa geram dan tak sabar lagi ingin membantai habis semua anggota geng pasukan Pattimura.
“Dari jaman nenek moyang lo belum lahir aja, Pajajaran enggak bakalan mampu ngalahin geng Sma Pattimura bro. Jangan mimpi! Mending lo semua pulang sana, dari pada disini buang-buang waktu kita.” Lanjut Surya menggebu-ngebu. Ia adalah salah satu anggota inti pasukan Sma Pattimura.
“Murid-murid Pajajaran semuanya pada banci kaga ada yang punya nyali, udah gitu mentalnya lembek lagi kaya tempe mendolan!” hina Satriya menimpali. Cowok itu tidak lain adalah salah satu anggota inti pasukan Pattimura juga sekaligus sahabat baik Niko.
“JAGA OMONGAN LO, ANJING!” sahut Dul mengumpat kasar dan tak terima mendengar hinaan Satriya. Setelah lama membisu akhirnya satu dari sekian banyaknya pasukan Pajajaran ada yang berani bersuara. Cowok bernama Dul itu sudah tidak tahan lagi mendengar anggotanya dihina dan direndahkan.
“APA LO? NGGAK TERIMA? AYO SINI GELUD!” tantang Surya ngegas.
Dul yang tersulut emosi, bersiap akan menghajar Surya. Tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal oleh Martin. “Jangan gegabah dan kepancing sama omongan mereka, inget kata bos!” bisik Martin pelan tepat didepan telingah Dul.
Mendengar bisikan dari Martin cowok itu lantas teringat akan sesuatu dan mengurungkan niatnya untuk menyerang. Niko yang tidak sengaja memperhatikan semua gerak-gerik serta gelagat aneh Dul-Martin, tiba-tiba jadi merasa curiga. Sesuatu yang tidak diinginkan sepertinya akan terjadi.
“TUTUP MULUT LO!” geram Mario menyahuti perkataan Surya.
“Kalau gue nggak mau, lo mau apa?” jawab Surya tersenyum sinis.
Mario seketika tersenyum miring menatap Surya sambil berujar, “TONG KOSONG NYARING BUNYINYA, BANYAK BICARA BEGO ORANGNYA.” Paribahasa berkedok sindiran yang Mario katakan itu lantas langsung membuat Surya tersulut emosi hingga dengan kasar menarik kerah baju seragam lelaki itu.
“LO NYINDIR GUE?” bentak Surya marah.
“Lo ngerasa kesindir sama ucapan gue tadi? Berarti lo nyadar dong, Kalau lo itu emang beneran bego” kata Mario menyeringgai tipis.
Bugh
Tanpa basa-basi, dengan amarah yang membabi buta. Surya mendaratkan satu tonjokan penuh, tepat dimuka mulus Mario. Hingga mengakibatkan sudut bibir cowok itu tergores dan sedikit mengeluarkan bercak darah.
“Fuck you!” dan bukannya membalas tonjokan dari Surya, lelaki berjakun itu malah tersenyum simpul seraya mengacungkan jari tengahnya. Lalu dengan kasar ia mengusapi noda darah yang menempel disudut bibirnya.
Surya yang akan bersiap menghajar Mario lagi, tiba-tiba dihadang oleh Niko. “Udah, jangan diterusin! Mereka cuma mancing amarah lo. Ini cuma jebakan.” tutur Niko berhasil membuat kemarahan Surya sedikit meredah.
Niko lantas menelitih perawakan Mario dari atas sampai bawah, seolah sedang menilai rendah cowok itu. “PECUNDAANG KAYA KALIAN, ENGGAK USAH SOK BIJAK DEH,” teriak Niko menggebu-ngebu, hingga membuat urat-urat dilehernya keluar semua.
“PEMIMPIN LO AJA PENGECUT, KAGA BERANI MUNCUL DIHADAPAN GUE-----,”
“KATA SIAPA GUE TAKUT SAMA LO?” teriak seseorang dengan berani memotong perkataan Niko.
Semua pasang mata seketika tertuju pada dirinya. Betapa terkejutnya Niko dan semua anak-anak Sma Pattimura. Melihat ada cewek bertubuh sexsy, dan memakai pakaian super ketat datang membela kerumunan dan berjalan dengan elegan ditengah-tengah banyaknya anggota geng pasukan Pajajaran. Cewek itu menatap tajam lurus kearah Niko, wajahnya yang glowing dan berkilau saat terkena pancaran sinar matahari membuat ia semakin nampak cantik, sekaligus penampilannya semakin terlihat sempurna dengan lekuk tubuhnya yang ramping mempesona.
“Gue orang yang lo cari-cari dari tadi,” ungkapnya datar. “Sebegitu ngebetnya lo enggak sabar buat ketemu gue? Sampai-sampai koar-koar kaya orang gak waras.”
“Maksud lo?” tanya Niko bingung. Cewek itu lantas tersenyum licik, sembari tak mengalihkan sedikitpun pandangannya kearah lain selain menatap Niko.
“Kenalin! Gue ketua baru geng Pajajaran.” Jawabnya dengan angkuh seraya meletakkan kedua tangannya bersidekap didepan dada.
Semua orang yang mendengar pengakuan cewek itu lantas terdiam dan terkejut bukan main, sampai-sampai membuat mereka tak bisa berkata-kata. Berbeda dengan Niko yang sekarang malah tertawa sumbang, seolah ia mengerti semua maksud dari perkataan konyol cewek dihadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENGAJA
Teen FictionAda dua sekolah yang saling membenci dan menjadi musuh bebuyutan. Permusuhan ini telah lama terjalin, hingga turun temurun dibeberapa angkatan. Tradisi konyol ini harus dijalankan! Mereka harus mematuhi semua peraturan. Setiap angkatan menciptakan...