Part 4

75 2 2
                                    

“Mose. Ya, namanya Mose” Kata Ali “Aku tahu kau sangat asing dengan nama itu, tapi itu adalah nama aslinya di dunia Vortex,  kau akan tahu sendiri” Lanjut Ali langsung meninggalkan ruang ICT.

“Mose?” Gumamku dalam hati. Ali mengatakan bahwa aku akan tahu sendiri siapa Mose sebenarnya. Berarti Mose berada di sekitarku. Aku lalu keluar dari ruang ICT, dan Ali sudah menghilang entah kemana. Sepertinya ia sudah pulang.

Aku masih bingung dengan kata-kata Ali yang mengatakan ‘kau akan tahu sendiri’ apakah dia berada di dunia ini? Apakah dia berada di kota ini? Apakah da akan mencelakaiku dan Ali? Ah pertanyaan itu selalu mengganggu pikiranku. Aku berjalan di koridor menuju lapangan sekolah yang biasanya mamaku menunggu. Aku melihat mobil Mama berada di samping pohon seperti biasanya.

Lalu aku menghampiri mobil Mama, lalu masuk. Sekolah sudah sangat sepi, karena memang seharusnya aku pulang jam 2 tadi.

“Kenapa baru keluar nan? Kok Sekolahnya udah sepi?” Tanya Mama kepadaku.

Aku bingung mau menjawab apa,  terpaksa aku harus berbohong. “Em.. itu aku tadi ada tugas kelompok bersama” kataku sedikit gagap. Mama menyipitkan matanya seperti tak percaya. “Kenapa?” Tanyaku heran. “Tidak apa-apa” Mama lalu memalingkan wajahnya dan memegang setir mobilnya.

Selama perjalanan pulang tidak ada percakapan, aku malah memikirkan siapa Mose sebenarnya. Hmm..  aku harus mencari tahu tentang itu.

Sampai dirumah, aku melihat Ven, kucing temuanku tertidur di kursi dengan pulas, aku menghampirinya lalu mengelus- elus kepalanya yang lembut. Saat itu juga, Ven bangun, mengolet lalu menatapku. Aku melihat ada yang aneh dengan Ven.

Aku kaget saat menyadari bahwa mata Ven berbeda warna, aku lansung memegang kepalanya, melihat matanya lekat lekat. Mata sebelah kanan Ven bewarna biru, dan sebelah kiri berwarna kuning emas. Ven melompat dari kursi, lalu pergi ke dapur. Aku mengingat-ingat lagi, sepertinya pada saat aku pertama menemukan Ven warna matanya normal berwarnya kuning emas.

Aku langsung bertanya pada Mama apa yang terjadi pada Ven.

“Ma, mata Ven memang beda seperti itu ya?” tanyaku menghampiri mama lalu duduk di samping Mama.

“Beda bagaimana maksudmu?” mama tidak memalingkan mukanya dari TV, masih memindah-mindahkan channel TV berkali-kali

“Aduh, maksudku, mata kanan dan kiri Ven berbeda warna, kanan berwarna biru dan kiri berwarna kuning emas” kataku kepada mama meyakinkan

“Benarkah? Loh bukannya warna matanya cuma kuning emas ya?” akhirnya Mama memalingkan mukanya kearahku.

“Iya, kalau nggak percaya lihat saja sendiri” kataku lagi. Mama langsung berdiri dari sofa, mencari Ven.

“Mana Ven?” kata mama sedikit berteriak.

“Di dapur ma, tadi aku lihat Ven kesana” aku menengok kebelakang melihat mama sedang mencari cari Ven di dapur.

“Nggak ada Nan, udah Mama cari” mama setengah berteriak kembali.

“Hem.. itu Ven da disitu ma” aku masih sibuk melihat acara TV.

“Terserahlah nan,  Mama juga nggak ngurus” Mama langsung masuk kekamarnya.

‘hem, masa nggak ada sih?’ gumamku dalam hati. Aku lalu memutuskan untuk beranjak dari sofa dan mencarinya. Yap, dan ternyata benar kata Mama, tidak ada Ven disana. Aku mencari ke tempat yang mungkin Ven berada. Tetapi semuanya sia-sia saja, Ven tetap tidak ada dimanapun. Aku sudah mencarinya di dapur, di halaman belakang, kamar-kamar dan semua ruangan lainnya.

“Ini nggak mungkin, kemana Ven? Kenapa tiba tiba menghilang saat aku baru sadar matanya beda warna?”

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang