05| Stuck With You

2.5K 404 57
                                    

A real men doesn't play mind games with a woman. Only weak, insecure, immature boys do that.

 Only weak, insecure, immature boys do that

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

"Segalanya?" Dengan gerak tangan yang sederhana, Raja menunjuk planetnya, planet-planet lain, dan bintang-bintang. Segala yang terlihat menurutnya adalah kepemilikannya, di bawah kekuasaannya yang mana berhak ia perintah sesuka hatinya.

"Semua itu?" tanya Sang Pangeran Kecil kagum.

"Semua itu," jawab Raja. Sebab ia bukan saja raja mahakuasa, tetapi juga raja semesta.

"Dan bintang-bintang patuh kepada Tuanku?"

"Tentu saja," titah Raja. "Mereka menuruti perintahku dengan segera. Aku tidak menolerir sikap
kurang disiplin."

Kekuasaan yang begitu tinggi menakjubkan si pangeran kecil. Andaikan ia sendiri berkuasa demikian, ia dapat menyaksikan matahari terbenam dalam satu hari, bukan empat puluh empat, tapi tujuh puluh dua, atau seratus, bahkan dua ratus kali, tanpa perlu menggeser kursinya. Dan karena merasa agak sedih mengingat planet kecilnya yang tertinggal sendirian, ia memberanikan diri untuk memohon suatu anugerah.

"Aku ingin melihat matahari terbenam. Mohon hiburlah aku. Perintahkanlah matahari agar terbenam."

Sang Raja tampak berpikir. "Jika aku memerintah seorang jenderal agar terbang dari satu bunga ke bunga lain seperti kupu-kupu,atau menulis sebuah tragedi, atau menjelma menjadi burung, laut, dan jika jenderal itu tidak menuruti perintahku, siapa yang salah, dia atau aku?"

(Kutipan dari; terjemahan The Little Prince, Antoine De Saint Exupery)

•••

Denting tuts piano terakhir menyelesaikan melodi Summer-Joe Hisaishi yang dimainkannya selama kurang lebih lima menitan barusan. Kim Taehyung lantas menutup piano putih milik Jimin yang sebelumnya teronggok berdebu di ruang tengah. Tampaknya Jimin tidak pernah memainkannya lagi sejak lelaki itu disibukkan dengan urusan di perusahaan sang ayah. Beruntungnya sore tadi sepulang dari kampus, Taehyung menyempatkan diri untuk mampir dan membersihkan piano klasik itu karena tidak tahan melihat debu bertebaran menutupi warnanya yang putih. Setelah mengilap cantik, ia memilih untuk memainkan satu lagu sembari memandangi semburat oranye matahari terbenam dari pintu kaca menuju balkon yang terbuka lebar menghadap barat daya.

"Wah, aku tidak ingat pernah memintamu membersihkan piano itu." Jimin bersiul kagum menyadari piano miliknya-hadiah sang Ayah ketika usianya sepuluh tahun itu kini tidak lagi tertutupi debu. "Tapi, terima kasih. Aku sempat berpikir melelangnya karena kupikir sudah tidak bisa digunakan."

"Kau bercanda? Piano ini masih sangat bagus, Jim. Kau saja yang tidak pernah memainkannya." Taehyung mencibir.

"Yah, aku tidak begitu tertarik dengan piano. Dulu dibelikan karena aku dipaksa mengikuti les musik. Sepertinya aku sudah mulai lupa cara memainkannya." Jimin tertawa singkat, ia menarik pintu kulkas dan mengambil dua kaleng softdrink. Kemudian diulurkannya satu ke arah Taehyung. Lelaki itu menerimanya namun tidak langsung membuka tutupnya. Pikirannya seolah melayang ke tempat lain, terlihat dari sorot matanya yang memandang jauh ke arah langit senja.

Disforia✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang