⍟Keputusan pt 2⍟

813 19 2
                                    

Mulmed : Mba Nina yang cuantik😍

____________________________

Dua hari setelah makan siang dengan Dean itu. Derrel meminta Dean untuk datang kerumahnya untuk membicarakan tentang keputusan yang diambilnya. Sekaligus mempertemukan kembali Shenina dan Dean setelah sekian lama tak bertemu. Hampir 8 tahun mereka tak bertemu.

" Nina! Kamu siap-siap gih. Dean bentar lagi dateng." Suruh Renata.

" Ngapain Dean kesini? Gak sibuk emang?"

" Papa yang minta. Dia kan CEO nya, bisa lah pending bentar, demi calon istri" Goda Renata.

Shenina menatap sang bunda datar.
" Apaan sih Bun. Ga lucu" Ucapnya.

Renata terkikik geli melihatnya. Lalu gadis itu masuk ke kamar dan segera berbenah. Masih dengan fikiran yang kalut. Gua jawab apa nanti!? batin Shenina.

Tak lama setelah itu. Terdengar ada yang menekan bel. Shenina agak gugup. Ia merasa agak berbeda dari yang sebelumnya. Rasa percaya dirinya menciut. Ntah ada apa dengan dirinya.

Tok tok

" Dek! Dean udah dibawah. Lo cepet nyusul ke bawah kalo udah beres." Ujar Danu.

" Iya!" Jawabnya.

" Gue turun dulu. Jangan menor-menor dandanan lu, ntar Si Dean nyangka dia dijodohin sama tante-tante!" Ejek Danu.

Ish! Abang siapa sih tuh!? Nyebelin amat! Pengen Shenina buang ke panti jompo!

Shenina menyisir rambutnya. Lalu menghela nafas panjang. Ia tak boleh seperti ini. Ia harus tegas.

Shenina pun turun ke bawah menghampiri Ayah dan Bundanya yang tengah berbincang dengan Dean.

" Eh ini dia Nina nya. Sini sayang deket bunda!" Ujar Renata semangat.

Shenina menurut, ia mendekati sang bunda lalu duduk disebelahnya. Dengan Dean dihadapan mereka. Ya Tuhan kenapa makhluk mu yang satu ini harus tampan tak berakhlak seperti ini. Mo meninggal rasanya.

Hey sekalem-kalemnya Shenina, dia juga perempuan coy. Mana tahaaan~~

" Kalian berdua pasti tau tujuan kalian dipertemukan disini. Jadi, bagaimana keputusan kalian?" Tanya Derrel to the poin.

Dean melirik Shenina begitu pula sebaliknya. Shenina sebenarnya sangat gugup, namun ia berhasil menutupi nya. Shenina memilih angkat suara terlebih dahulu.

" Shenina mau ngajuin beberapa hal untuk dipertimbangkan Yah. Boleh?" Ujarnya.

" Boleh saja. Asal itu masuk akal." Jawab Derrel santai.

" Ini tentang pendidikan dan karier Nina. Apa Nina masih diperbolehkan kuliah serta bekerja setelah menikah nanti? Nina ga mau ngorbanin masa depan Nina Yah. Ini mimpi Nina dari kecil."

Derrel mengangguk, lalu menatap Dean yang sedang menatap Shenina.
" Bagaimana Dean? Apa kamu keberatan?"

Dean menghela nafas kasar. " Saya tidak keberatan tentang itu semua, selama Shenina bisa menjalani kewajibannya sabagai seorang istri." Jawabnya kalem.

Shenina kembali terpesona pada Dean. Dia berfikiran terbuka. Ia kira lelaki manja ini takkan membiarkannya kuliah dan bekerja nanti.

" Nina. Kamu dengar sendiri kan? Dean tidak masalah dengan itu. Jadi bagaimana keputusan kalian?" Kini Renata yang angkat bicara.

" Saya setuju tante" Jawab Dean dengan lugas tanpa merasa tertekan.

Shenina menunduk, ia bimbang. Padahal tak tau apa yang masih dia bimbangkan. Ia fikir, ia masih terlalu dini untuk semua ini.

" Nina? Bagaimana dengan kamu sayang?"

Nina mendongak mendapati ketiga orang itu menatapnya sangsi. Meminta kepastian.

Anjay bahasanya

" Umm Apa ini ga terlalu terburu buru Yah?" Nego Shenina.

" Ayah fikir tidak. Umur Dean sudah matang dan Dean juga sudah mapan. Kamu akan bahagia dengan dia"

Shenina menghembuskan nafas kasar. " Okey. Kalau itu yang terbaik. Nina ngikut aja." Putus nya.

Derrel dan Renata tersenyum puas. Akhirnya mereka sukses membujuk Shenina. Dean tampak tersenyum tipis, hampir tak kelihatan.

" Baguslah. Ayah sama Bunda serta Om dan Tante Dean sudah sepakat tentang tanggal pernikahannya. Yaitu dua minggu dari sekarang!" Ujar Renata dengan semangat.

Sontak Shenina dan Dean membelalakan matanya mendengar hal itu. Yang benar saja dua minggu dari sekarang!? Tak ada tunangan dulu kek atau apa gitu!? Ah benar-benar!

" Yah, Bun! Masa cepet banget sih. Emang kapan Ayah sama Bunda rundingin ini sama om dan tantenya Dean?" Protes Shenina.

Pertanyaan yang ingin Dean tanya kan, sudah diwakili oleh Shenina. Dean tinggal menunggu jawabannya.

" Om dan tante nya Dean bilang, pernikahan sebaiknya dilakukan dia minggu setelah kalian bilang kalau kalian setuju untuk menikah. Lebih cepat lebih baik kan" Jelas Renata.

Shenina menghembuskan nafas kasar. Ada ada saja keempat orang tua ini. Dean pun sama saja! Hanya diam. Bukannya membantu Shenina mencari alasan agar pernikahannya diundur sedikit. Oh God! Dua minggu itu terlalu cepat.

" Yah, Bun. Emang harus banget dua minggu lagi? Undur dikit lah. Kita bahkan belom prepare apapun loh." Sanggah Shenina.

" Iya om, tan. Saya juga lagi sibuk-sibuknya dikantor. Apa ga bisa diundur dikit?" Dean juga berusaha bernego.

" Kalian tenang aja kalo masalah itu. Kami udah pikirin ini mateng-mateng kok. Kalian tinggal terima beres aja, serahin semua sama kami. Kalian santai-santai, sambil siapin mental buat hari H. Oke?" Jawab Renata.

Yaampun ini nyokap sama bokap gue kok niat banget mo nikahin gue? Kayak kalo gue ga nikah dua minggu lagi, gue bakal jadi perawan tua aja. Bener-bener dah Batin Shenina mendumel.

________________________________

ANNYEONG YEDERA!! PIYE KABARE?
GWENCHANA? ALHAMDULILLAH!!!

PIA APDET NIH HEHE.

KALO BOSEN BILANG YA GAES, JANGAN MAIN TINGGAL AJA KAYAK SI ONOH.

ELAH MALAH CURHAT

/PLAKK

OKE CUKUP!

SEMOGA SUKA SAMA PART INI. JUJUR AJA SIH PIA MULAI BUNTU  NYARI ALUR BUAT LANJUTIN STORY INI. DO'AIN SUPAYA GAMPANG DAPET INSPIRASI YAA.

PAI PAI SEE YOU NEXT PART...

THANK YOU YEDERA❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲 ♡ 𝓙𝓮𝓸𝓷 𝓙𝓾𝓷𝓰𝓴𝓸𝓸𝓴Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang