"Kamu ngapain?"
Iklila memandang Irsya curiga. Laki-laki yang sedang berlutut di depannya itu tersenyum lebar. Tanpa sedikit pun pandangannya beralih dari Iklila,Irsya menyerahkan buket bunga di tangannya, dan segera mengeluarkan sesuatu dari saku celana jeansnya. Perempuan berparas cantik itu terkesiap, sebuah kotak berbahan beludru kecil berwarna indigo terlihat dalam genggamannya."Irsya ..."
Mata Iklila menyipit, mencari tahu apa yang akan dilakukan Irsya selanjutnya. Baru pertama kali laki-laki itu melakukan hal seperti ini di keramaian. Kafe ini adalah tempat favorit mereka berdua, sudah sejak lama Iklila dan Irsya menjadikannya tempat nongkrong utama. Bahkan pemiliknya sampai mengenal mereka karena seringnya mereka ke sini. Iklila masih saja mematung, dia menebak-nebak apakah pak Aksan, sang pemilik kafe, juga sudah tahu rencana ini.Suasana sore itu begitu cerah, sinar matahari yang berwarna jingga terang masuk melalui dinding kaca berhias bunga-bunga. Pengunjung mulai ramai, kebanyakan karena cappucino lover dan banana sugar plum yang sangat terkenal dengan kelezatannya. Iklila semakin kikuk dan salah tingkah karena menjadi pusat perhatian. Semua mata mengarah pada mereka, penasaran dengan apa yang terjadi.
"Ila', cobalah untuk hidup bersamaku! Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mbikin kamu bahagia." Suara bariton laki-laki itu menenangkan, matanya penuh pengharapan. Dia terlihat seperti pangeran yang sempurna.
Alih-alih bahagia, Iklila menjadi takut dan ragu. Dia merasa tak sanggup untuk menerimanya. Namun sekeliling mereka yang tiba-tiba menjadi ramai, membuat perempuan itu bimbang. Apalagi ketika mendengar beberapa di antaranya meneriakkan kalimat 'terima' bersama-sama."Kamu ... sengaja ya?"
Irsya memandang kekasihnya itu lembut, maklum dengan reaksi yang diterimanya.
"Gak bisa ya, aku dapat jawaban 'iya' saja?"Perempuan berambut panjang itu menggeleng kuat, pelupuknya bahkan telah berkaca-kaca. Dengan cepat dia berbalik dan lari ke luar kafe. Semua orang di ruangan itu terkejut, dan seketika hening. Namun beberapa saat kemudian bisik-bisik terdengar riuh rendah. Irsya menghela napas, wajah tirusnya terlihat luar biasa sedih. Perlahan pak Aksan mendekati laki-laki berperawakan tinggi itu dan menepuk-nepuk pundaknya. Irsya berusaha tersenyum.
"Saya gagal lagi, Pak"
"Kalau gitu ya coba lagi. Dia sebenarnya mencintaimu, hanya saja mungkin masih belum siap"
Irsya mengangguk, dia percaya kata-kata pak Aksan sepenuhnya. Bukan hanya karena laki-laki tua berkaca mata itu sangat bijaksana, tapi juga karena perubahan-perubahan Iklila yang memang menunjukkan bahwa dia masih punya harapan. Kesedihan Irsya kini berubah menjadi kekhawatiran, dia cemas sekarang Iklila sedang di mana. Dalam keadaan kalut, perempuan yang dicintainya itu biasanya tak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya. Seketika Irsya berlari dan mulai mencari.****
Iklila terus berlari. Hatinya bimbang, marah, sedih, dan kecewa bercampur menjadi satu. Terutama, dia marah pada dirinya sendiri. Dia kecewa pada ketidak mampuannya percaya, terutama mengenai laki-laki yang amat mencintainya itu.
Ini semua karena Ayah dan Ibu!
Perempuan berwajah oval dengan hidung mungil itu mengutuk dalam hati. Dalam pikirannya berkelebat bayangan-bayangan masa lalu yang sangat ingin dilupakannya. Tentang keluarganya, terutama sang ayah.
Ayahnya adalah seorang diplomat yang terhormat, dan ibu Iklila dulunya seorang presenter terkenal dengan jam terbang yang tinggi. Setelah mereka menikah, semua berubah. Selain tampan dan kaya, laki-laki itu ternyata juga memiliki keahlian lain, pecinta wanita dan sangat ringan tangan.
Iklila sering melihat ungu pada ibunya. Di lengan bagian atas, punggung, kaki, bahkan wajah. Jika ungu sudah ada di wajahnya, biasanya ibu semalaman mengurung diri di kamar, tak memedulikan Iklila yang menangis tersedu-sedu di depan pintu.
Iklila remaja juga bisa merasakan ungu di hati Ibu. Entah apa yang dicari ibunya, namun dengan perlakuan ayahnya yang begitu menakutkan, dia tetap bertahan.
"Kenapa sih, Ibu gak cerai aja?!"
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Hati Iklila (Cerpen)
Short StoryIklila adalah gadis broken home yang menyaksikan ayahnya melakukan KDRT pada ibunya. Ini membuat Iklila trauma. Namun akhirnya dia harus menghadapi rasa traumanya dan menentukan, menerima atau menolak lamaran Irsya. Jalan apa yang akan dia pilih?