|1|Dilema||

34 18 1
                                    


Seorang gadis terduduk dilantai balkon kamar yang dingin.Ia memeluk lututnya dan menompang dagunya sambil melihat bintang.

Tatapan menerawang tatapan yang
menyiratkan kesedihan,kehampaan,kekosonggan.

Hanya keheningan dan kesunyian yang menyelimuti raganya ia memajamkan mata untuk menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Suara gemercik air hujan senantiasa menemani gadis itu.Angin berhembus membuat helai demi helai rambut hitam pekat miliknya terbawa mengikuti arah angin.

Awan-awan hitam berkumpul membuat langit berubah menjadi kelabu.Bulir-bulir air hujan dengan cepat membasahi ibukota yang gersang.Hujan seperti ikut menangis melihat kehampaan hidup gadis ini.

Cuaca juga seperti mendukung suasana hatinya gelap dan sesak,itulah yang ia rasakan,bayang-bayang setiap hari  yang dulu ia lalui terputar bagaikan film.

Gadis itu tersenyum miris seraya mengiggit bagian bawa bibirnya.Dirasakan dua bongkah batu besar yang menghimpit dadanya rasa sesak terus menjalar keseluruh tubuh.mengingat hari-hari yang ia lalui bersama.

Dendang jangkrik malam hari seakan menghadirkan kembali kenangan yang indah.

Cinta yang hangat dan menyenangkan,mengingat kembali.Meski tak bisa menepis bahwa kenangan itu adalah kisah yang membuat gadis itu seperti sekarang.Sendiri.Putus asa.

M

endengar daun-daun berjatuhan,entah kenapa?mungkin karena kesunyian kiat pekat dan mendekap sehingga gadis itu bisa mendengar daun yang berjatuhan membentur tanah.


Gadis itu menulis pada binder biru milikinya.

Akankah kita bisa bertemu dan hidup bersama seperti dulu?

Akankah kita bertemu dalam ricikkan air hujan?saat arus tak perna mengizinkan kita mengalir bersama daun yang berjatuhan.

Akankah kita bisa bersama dengan kehangattan yang berdebur didalam diriku?yang berdebur suara sepanjang malam,ketika mereka yang melarang kita bersama bahkan bicara.

Tanggisan yang sedari tadi ia tahan,akhirnya tumpah diiris mata coklat terang miliknya bersama rintikkan hujan,air bening yang terus mengalir tanpa henti mewakili segala perasaan yang kecamuk didada.Ia semakin terisak meruntuki dirinya yang sangat lemah,

Inggin rasanya menyalahkan takdir,tapi itu hanya percuma,ingin menggulang waktu untuk mati saja dari bayi.

Memilih tidak pernah ada,dari pada semesta yang tak pernah perpihak padanya sama sekali.

"Ibu. .."Kicau gadis itu mengiggit bibir bawanya.

"Ayah..."

"Kakak...hiks..."

"Ibu...ayah..kakak...Milana kangen...hiks..bawa Milana dari neraka ini hiks.."Gurau gadis itu.

~~~
Pagi yang cerah dengan sinar yang terang menyinari bumi,sisa hujan yang membasahi jakarta dan air hujan yang berjatuh dari daun.

Sinar matahari yang indah membuatkh jatuh cinta,selalu menyinari apapun keadaannya.Ia tak perna bercerita apa-apa.

Tok..tok..tok..

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang