Happy Reading guys🤗"Sebagai sekretaris yang baik, kamu harus patuhi peraturan yang aku tulis di kertas! "
"Aku setuju, tapi dari no 3-7, big no! Oh I mean, bigger no than anything!"
Sejak bel istirahat pertama berbunyi, Akbar langsung mengajak Era untuk membicarakan sesuatu, hingga mereka berdebat. Perdebatan antara Akbar dan Era sudah berlangsung hampir 15 menit. Mereka duduk bersebelahan di bangku depan kelas, dengan murid lain yang berlalu lalang di depan mereka. Keduanya sama-sama keras kepala, tidak ada yang mau mengalah dan memberi solusi lain supaya adil.
Era sendiri tidak setuju karena, menurut dia perjanjian yang dibuat Akbar dari nomor 3-6 itu aneh. Di nomor pertama sampai kedua Era sanggup menjalaninya, karena di kertas tertulis:
1. Rekap absensi harus sudah selesai sebelum bel masuk berbunyi.
2. Memberikan pendapat dan larangan bila ada tugas serta bila ketua dinilai salah.
3. Selama masih di lingkungan sekolah, sekertaris harus di sisi ketua. Termasuk di kantin, dan berpisah ketika pulang di gerbang. Kecuali di kamar kecil.
4. Ketika di kantin, makanan harus dipesankan oleh sekertaris. Bonusnya, ketua yang membayar uang jajan keduanya.
5. Tidak boleh ada rahasia sekecil apapun.
6. Berbagi tugas bila ketua lupa mengerjakan, maka ketua akan berlaku sama.
Bagaimana? Aneh bukan?
Itu peraturan antara ketua dan sekertaris atau atasan dengan bawahan? Kenapa Era harus menemani Akbar, dia kan sudah besar dan bisa jaga diri sendiri. Kalau alasannya karena murid baru dan tidak punya teman, ya tinggal cari teman. Hal mudah tidak usah dipersulit.
Era sudah berkali-kali menolak perjanjian aneh itu, tapi Akbar tidak mau kalah. Kata laki-laki wajah dingin itu, supaya Era bisa latihan jadi sekertaris yang baik seperti di dalam drama Korea. Supaya nanti bisa menjadi sekertaris sungguhan yang baik.
Demi apa coba? Itu drama, bukan hal yang ada di dunia nyata.
"Kenapa si kamu terobsesi pengen punya sekertaris kaya di drama Korea? Itukan gak bakal ada di real life! " Era berusaha mencari alasan laki-laki itu, tapi Akbar hanya diam dan matanya entah melihat apa. "Aku gak mau Bar, coba kamu yang di posisi aku. Kamu bakal mau gak kalau dikasih perjanjian kaya gitu?"
Akbar tidak memberikan respon.
Gadis bermata bulat berdecak, lalu bangkit hendak pergi. Baru tiga langkah menjauh, dia berhenti di tempat.
"Karena kamu unik. Kamu unik than anyone that I've ever met. "
Era berbalik dengan wajah bingungnya. Dia tidak menduga Akbar akan memberikan alasan itu. Kakinya kembali mendekat ke bangku. Alisnya mengernyit diikuti mata yang tak lepas dari Akbar yang balas menatap dengan ekspresi santai.
"Unik?" ulang Era, dan Jaka mengangguk, "Iya unik, sampai aku bingung mau bilang unik apanya." laki-laki itu terkekeh.
Era memutar bola mata, "Omong kosong, aku tetap gak setuju. Kecuali kamu beri keringanan." jelas Era, entah kenapa dia mengucapkan opsi lain. Mulutnya secara otomatis mengucapkan kata itu.
"Keringanan ya... " laki-laki itu berfikir sambil mengelus dagu dan menggigit bibir bawahnya. Dia benar-benar harus memberikan keringanan yang menguntungkan kedua belah pihak. "Oke, satu hari kamu bebas gak di dekat aku. Gimana, setuju?" Era menggeleng. "Terus keringanan apalagi? Itu bebas kamu mau pilih hari apa aja tiap minggunya, dengan syarat harus kabari aku pas malam hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Exchange
Teen FictionKisah dua insan saling bertolak belaka. Masing-masing dihadapkan pada kenyataan dan mimpi yang mereka anggap mustahil. "Ini cuma mimpi kan?" "Itu nyata, Era!" Fermata Sundari, gadis riang dan optimis. Tingkahnya selalu membuat setiap orang tersenyu...