_@Rumah Sakit_
Suara blangkar terdengar, bersamaan dengan derap langkah tergesa. Menuju ruang operasi. Arif terduduk lemas, di kursi tunggu. Ada Raffa di sampingnya. Sedangkan keluarga Wardana, baru datang setelah dihubungi Raffa.
"Arif. Tata kenapa, sayang ?? kenapa harus sampai operasi ??" tanya Mutya dengan raut panik.
"Ta-tante. Maaf, Arif lalai nggak jagain Tata. Di-dia...ditabrak mobil, saat mau menyeberang," ucap Arif terbata.
"Raf, bisa jelasin ??" tanya Bastian serius.
"Gini, bang. Sebenernya tadi itu, bang Tata sempet berantem, sama kak Jevan. Salah paham sebenernya. Gara-gara pacarnya kak Jevan. Dia nuduh bang Tata, kalau udah ngedorong dia. Padahal dia jatuh sendiri. Bang Tata emosi, lari gitu aja. Dan akhirnya..." Raffa tak sanggup menjelaskan.
Juna merangkul Arif. Cowok itu masih gemetaran. Ia sungguh ketakutan.
Cklek !!
Ruang operasi terbuka. Seorang dokter, keluar dari sana. Menghampiri Ardi.
"Dokter, bagaimana anak saya ?? apa lukanya parah ??" tanya Ardi.
"Luka di kaki kirinya, cukup dalam. Karena terkena pecahan kaca. Beruntung, tak ada luka serius, di bagian lainnya. Kami akan pindahkan segera," jelas dokter.
"Terima kasih banyak, dok," ucap Ardi.
Dokter membungkuk pamit. Bersama beberapa suster, memindahkan Tata, ke ruang rawat VIP.
---skip>>>
Tata sudah ditempatkan, di ruangan yang lebih nyaman. Dokter sudah berpamitan. Biusnya belum habis. Jadi, mereka membiarkan Tata beristirahat.
"Arif, Raffa. Yuk, abang anterin pulang !!" ajak Bastian.
"Tapi, bang.."
"Gapapa, Rif. Ada om sama tante, yang jagain Tata. Kamu sama Raffa, juga perlu istirahat," ucap Ardi. Arif pun menurut.
Berpamitan pada Mutya dan Ardi. Lalu mengecup kening Tata. Ia dan Raffa diantar pulang, oleh Wardana bersaudara.
Tbc..