_Seminggu Kemudian_
Tata sudah diperbolehkan pulang. Namun, masih belum mampu berjalan. Sehingga harus memakai kursi roda. Arif yang mengantarnya, sampai pulang ke rumah.
Membuat Bastian, Juna dan juga Nandan bingung, melihat keduanya nempel terus. Macam amplop sama perangko.
"Kalian kenapa, sih ?? dari dateng berduaan, pegangan tangan. Senyum-senyum lagi. Sawan ya ??" tanya Juna keheranan.
Satu lemparan bantal sofa, Juna dapatkan dari Tata.
"Abang ih !! sembarangan ya kalau ngomong," Tata cemberut. Arif tertawa melihat wajah cemberut Tata.
"Semuanya, aku mau jelasin. Kalau mulai kemarin malem, aku sama Tata resmi jadian," jelas Arif.
"APAAA !!!!!!" pekik ketiganya kompak.
"Kalian kenapa ?? nggak setuju ya, adek jadian sama Arif ??" tanya Tata, dengan wajah sendunya. Kedua tangannya memilin ujung kaosnya.
"Bukan gitu, adek. Kita cuma kaget aja tadi," sahut Nandan. Juna dan Bastian mengangguk mengiyakan.
"Arif. Beneran, kamu serius sama Tata ??" tanya Bastian.
"Aku beneran serius, bang. Buat apa aku bohong. Aku cuma nggak mau, Tata terus-terusan murung, cuma karena cowok itu," jelas Arif. Ia merangkul bahu pacarnya.
"Tapi bener juga sih, kata Arif. Cowok gajelas kayak Jevan, nggak pantes dapetin adek. Dia cuma mau manfaatin doang," jelas Juna.
"Oke. Abang setuju, kalian berdua pacaran. Dan untuk Arif. Kita percayain adek sama kamu," ucap Bastian.
"Makasih banyak, bang. Aku janji, bakal jagain Tata," balas Arif tersenyum.
"Tata sayang abaang !! mau peluukk !!" pinta Tata, merentangkan kedua tangannya.
Alhasil, ketiga abangnya langsung memeluknya. Arif tersenyum lega. Setidaknya mulai saat ini, ia bisa terus bersama Tata.
Tbc..