~ Ch 16 ~

784 53 2
                                    

_Esok  Harinya_

Siang  ini  sepulang  sekolah. Arif  kembali  mengunjungi  Tata, di  rumah  sakit. Pagi  tadi  Mutya  mengabari, bahwa  sahabatnya  itu  sudah  sadar. Arif  bisa  bernafas  lega.

Arif  menarik  kursi, dan  duduk  di  sebelah  ranjang. Tersenyum  kearah  Tata  yang  menatapnya  sayu. Arif  usap  lembut, kening  Tata.

"Rif," ucap  Tata  lirih. Arif  tersenyum. Tata  mengedarkan  pandangannya.

"Mama.."

"Tante  Mutya  pulang. Gue  nggak  tega, liat  mama  loe  kelelahan. Makanya, gue  saranin  pulang  dan  istirahat," jelas  Arif.

"Kaki  gue, sakit," rintih  Tata.

"Iya  lah, sakit. Kan  abis  dijahit, kemaren. Untung  aja, nggak  ada  luka  yang  lebih  parah," balas  Arif. Tata  memijit  pelan  pelipisnya. Masih  sedikit  pusing.

Tangan  Arif, beralih  genggam  lembut  tangan  Tata. Diusapnya  perlahan, punggung  tangan  terbalut  infus  itu.

"Arif, gue...."

"Ssstt !! lupain  aja !! gue  nggak  marah. Tapi  loe  harus  tahu, Ta. Cowok  nggak  tahu  diri  itu, emang  nggak  pantes  loe  tangisin. Apalagi  si  cewek  itu. Dia  udah  keterlaluan, ngejambak  loe  sampai  kesakitan," jelas  Arif.

Tata  meneteskan  air  matanya, mendengar  penjelasan  Arif. Memang  benar, Jevan  harus  ia  lupakan. Percuma  jika  ia  mengejarnya.

"Rif. Loe  mau  nggak, bantu  gue  lupain  dia ?!" tanya  Tata.

"Dengan  senang  hati, gue. Yang  penting, loe  sembuh  dulu," ucap  Arif.

Ia  menghapus  air  mata  sahabatnya, dengan  kedua  ibu  jarinya. Keduanya  saling  melempar  senyuman.

Tbc..

Dek  TataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang