Prolog

38 5 1
                                    

Sesak menyerbu gadis itu dari segala penjuru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesak menyerbu gadis itu dari segala penjuru. Pening demi pening ritmenya kian naik membuat kepalanya tak lagi kuat diangkat, ia menunduk dalam, pandangan matanya yang menghadap lantai kayu rumahnya kian buram. Tubuh yang kian hari kurus itu tertutupi gamis lebarnya. Kini tubuh ringkihnya jatuh berdebam, lututnya menyentuh lantai begitu keras. Namun gadis itu tegar. Ia masih sadarkan diri, walau pandangannya kian buram.

Selarik bayangan lelaki dengan koko berwarna putih yang akan menikahinya terbayang di pelupuk mata. Senyum merekah indah, dari bibirnya yang pucat. Ia terbatuk lagi untuk kesekian kali. Tangan kanannya refleks menutup mulut. Cairan dahak keluar, membasahi garis garis telapak tangannya.

Mata dengan bulu lentik itu nampak kian sayu. Tak sedikitpun terbesit rasa terkejut, saat menyadari cairan dahak itu adalah tetesan darah. Nafasnya hanya tinggal bersisa beberapa hari lagi, dan kabar buruk yang disembunyikan dari kekasih hati itu kian mengerogoti kejujuran hatinya. Degup jantungnya kelak akan berhenti tepat di hari pernikahan mereka berdua.

Mata gadis itu penuh bengkak, seperti panda. Ia menangis semalaman, setelah menerima video pengakuan cinta sahabatnya terhadap kekasih miliknya. Rasa amarah dan cemburu juga selalu mengikuti di tiap batuk rejannya.

Dengan lemah, ia berusaha menuju meja di sudut kamarnya. Secarik kertas kini tergenggam di jemarinya, beberapa menit kemudian ia larut menggores tinta. Mungkin yang ia tulis adalah surat-surat untuk Tuhan, karena ia lantas memasukkannya ke dalam amplop putih yang masih baru.

Atau mungkin di balik matanya yang kini penuh semangat dan energi positif itu tengah mengirim pesan-pesan untuk dokter di seluruh dunia. Berharap mereka masih bisa membuat kesehatannya kembali. Membatalkan diagnosis dokter jahat, yang sok bersikap Tuhan dengan dinginnya menentukan kapan ia harus mati.

Farhan aku mencintaimu, namun...
Tinta itu berhenti gadis itu terbatuk lagi lebih kronis, hingga serangan sesak nafas pelak tak bisa dihindari. Ibunya yang mendengar suara jatuh, segera menuju kamar gadis berjilbab lebar itu. Dengan sigap, suara sirine kini seolah bersahutan. Menggema di langit-langit memekakkan.

Sedang di sudut lain, Farhan tengah berdoa dalam berdirinya menghadap microfon. Selepas doa ia mengumandangkan adzan,  mengalahkan sirine bising ambulance yang tak disadarinya.

Bisakah sepasang calon mempelai suami istri itu bersatu?

Atau sahabatnya telah berhasil merebut hati calon suami idamannya

Atau sahabatnya telah berhasil merebut hati calon suami idamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo Assalamu'alaikum....

Cerita ini adalah cerita kolaborasi dari tiga penulis.

1. Ratualya27_sebutkan pengguna
2. Putribpr
3. @Ayuningtyas

Terima kasih telah mendukung ceritanya☺🙏. Jangan lupa Vote dan komennya yha😊.

Mualaf (Mu-I Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang