Chapter 3: Tidak benar-benar kembali

25 3 0
                                    

Nayalaga, 09.00 p.m

Alea, Zira, Sèa dan Hiro tiba di negeri Nayalaga. Mereka berempat saling bertatap mata. Sepersekian detik Alea memberi peringatan.

"Laaariiii, teman-teman lariii kerumah itu...!!" teriak Alea dengan menunjuk rumah di depannya.

Bergegas Alea meraih tangan Zira dan berlari menuju rumah Jing-ga disusul Sèa dan Hiro dibelakangnya. Entah kenapa dunia yang ia tinggali beberapa jam lalu berubah menjadi medan perang yang sangat mengerikan.

Dentuman demi dentuman bersaut-sautan, tak ada hewan unik berkeliaran di langit negeri, yang ada banyaknya kembang api membentuk gangsing yg saling menghancurkan.

Disisi lain, Jing-ga mendengar ketukan pintu depan, dia sedikit heran, ada hal penting apa yang membuat pintu rumahnya diketuk.

"Aleaaa.....?!!" teriaknya khawatir.
"Benar Jing-ga, tolong bukakan pintu untuk kami" pinta Alea.
"Maafkan aku Alea, kamu harus lewat pintu lain jika ingin masuk rumah, ini larangan"
"Bagaimana, kita bisa kesana...?!" tanya Zira
"Kalian jangan berpencar, larilah menuju pohon perak dibelakang rumah ini, cabutlah ranting ke-7 dekat akar pohon, itu adalah kunci gerbang dan jangan sampai salah, tancapkan disamping akar yang paling besar, nanti gerbang bawah tanah akan terbuka menuju rumah ini" detail Jing-ga menjawab.

Setelah mendengar penjelasan Jing-ga, mereka semua bergegas menuju area belakang. Keberuntungan sepertinya tidak berpihak kepada empat sahabat itu, mereka terkena puing² yang jatuh dari langit. Kini Hiro memimpin jalan, dia mengamati puing-puing dilangit dan menginstruksikan pergerakan teman-temannya, disusul Zira dan Alea, dan Sèa berada diposisi paling belakang ikut melindungi sahabat-sahabatnya.

Sampailah mereka di pohon perak, mencari ranting ke-7 seharusnya bukanlah sesuatu yang sulit, tapi hampir semua ranting berada di dekat akar.

"Gimana nih, ranting mana yang kita cabut" tanya Hiro.
Alea mengelurakan penggarisnya ia ukur ranting yang terdekat dengan tanah.
"Yang ini" tunjuk Alea pada salah satu ranting.
Zira bergegas menarik ranting itu, namun tetiba Sèa menghentikanya.
"Bukan itu teman-teman, lihat akar yang besar ini, aku yakin ranting diatasnya adalah ranting yang dekat dengan akar, bukankah yg kita cari ranting yang dekat dengan akar bukan dekat dengan tanah" jelas Sèa.

Semua teman-temanya sepakat dengan Sèa, ditariknya ranting ke-7 dari ranting yang dekat dengan akar oleh Zira. Namun sayang ranting itu tidak tercabut oleh Zira

"Lemaaah,,,," cengenges Sèa.
Semua melihat Sèa, mereka heran kenapa disuasana segenting ini Sèa masih bisa cengengesan.

"Hiro, bantuin aku, ternyata aku manusia lemah jugaa...." sahutnya kembali cengengesan.
Setelah dibantu Hiro ranting itu pun tercabut. Tepat dibawah ranting itu ada akar besar yang dimaksud Jing-ga.

"Sesuai petunjuk Jing-ga, kita harus menancapkanya disamping akar ini" jelas Alea
"Di sisi mana Le" tanya Zira sambil menunjuk sisi depan dan belakang.
"Seharusnya ada petunjuk berikutnya, telfon Jing-ga, Al" pinta Sèa yang tak masuk akal.
"Cari sesuatu disisi belakang" seru Hiro.

Tampaknya Hiro menemukan sesuatu, dia melihat lubang perak dibelakang akar itu. Ranting tadi dia letakan dilubang tersebut. Terlihat ada cahaya yang mengelilingi mereka disambut angin yang menyejukan berlarian disekeliling mereka, cahaya itu bahkan membawa mereka jauh dari suara gemuruh perang tadi.

"Gerbang apa ini" batin Hiro heran.

HezeroidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang