7

10.2K 1K 47
                                    

Hanya dengan membawa tas berukuran kecil, Jessy kini sudah pindah ke kediaman mewah Earth. Mulai hari ini ia akan tinggal di tempat itu meninggalkan kontrakan yang sudah ia tempati bertahun-tahun lamanya.


Kedatangannya telah dinanti oleh kepala pelayan Earth. Wanita itu mendekati Jessy dan memperkenalkan dirinya.

"Saya adalah Clara, kepala pelayan di kediaman ini. Mulai hari ini saya akan membantu Nyonya Muda untuk mempelajari semua tentang keluarga Caldwell." Wanita berusia di penghujung 30-an itu bicara dengan sopan. Wajahnya terlihat datar, tidak ada senyum atau keramahan yang ditunjukan oleh Clara. Ia bukan tidak menyukai Jessy, tapi memang seperti itulah dirinya.

"Ya. Aku Jessy. Aku akan membutuhkan banyak bimbinganmu." Jessy membalas tak kalah sopan.

"Biar saya bawakan." Clara melirik ke tas Jessy.

"Tidak perlu, terima kasih," tolak Jessy.

"Saya akan menunjukan kamar Anda, mari ikuti saya."

"Baik."

Jessy mengikuti Clara, berjalan di atas lantai mengkilap melewati beberapa ruangan. Kemudian menaiki anak tangga menuju ke lantai dua. Kamar Jessy terletak di sebelah kanan tangga, kini ia masuk ke dalam kamar yang ukurannya berkali-kali lipat dari kamar di kontrakannya. Semua barang di dalam kamar itu juga terlihat sangat bagus. Dominasi warna putih memenuhi ruangan itu.

"Semoga Anda menyukai kamar ini." Clara bicara sembari melirik Jessy.

"Aku menyukainya." Jessy memberi jawaban tanpa sadar.

Siapa yang tidak menyukai kamar semewah ini. Jessy bahkan tidak pernah berpikir bahwa ia akan menempati kamar yang luar biasa ini.

"Mau saya bantu merapikan barang-barang Anda?" tanya Clara.

"Tidak, terima kasih."

"Baiklah, kalau begitu silahkan merapikan barang-barang Anda. Jika Anda membutuhkan saya hubungi saya. Tekan angka 1 pada telepon, itu adalah panggilan untuk saya."

"Ah, baik."

"Saya undur diri." Clara menundukan kepalanya kemudian melangkah pergi.

Jessy mendekati sofa yang ada di depan ranjang. Ia meletakan tas yang ia bawa di sana. Matanya berkeliling menatap seisi kamar. Terdapat  cermin besar pada dinding yang menyatu dengan kabinet. Lampu gantung yang berada di tengah ruangan. Sofa dan meja yang berada di dekat jendela, karpet bulu berwarna putih yang terlihat sangat nyaman untuk dijadikan tempat bersantai. Jessy tidak menemukan lemari pakaian, tapi ia menemukan sebuah ruangan tanpa pintu. Ia melangkah ke sana dan melihat apa isinya.

Mata Jessy melebar. Ia seperti berada di dalam sebuah butik berukuran kecil. Ruangan itu diisi dengan berbagai macam pakaian, sepatu, tas, serta beberapa barang lainnya. Jessy hanya bisa melongo melihat itu semua. Apakah barang-barang yang ada di sana disiapkan untuknya?

Itukah alasan ucapan Malvis kemarin bahwa ia tidak perlu membawa banyak barang. Kaki Jessy mendekati sebuah lemari berukuran besar yang memuat pakaian-pakaian yang menarik perhatiannya.

Jarinya mengambil sebuah gaun berwarna merah maroon. Ia pernah melihat gaun ini di sebuah majalah fashion, dan kini gaun itu menjadi miliknya. Astaga, benar-benar sebuah keberuntungan.

Dari lemari pakaian, Jessy pergi ke lemari sepatu. Di sana ada berbagai jenis sepatu yang semua ukurannya pas di kaki Jessy.

Jessy beralih ke perhiasan yang ada di sana. Ia bukan wanita matrealitis, tapi tak bisa ia pungkiri melihat perhiasan-perhiasan indah itu membuat Jessy merasa ingin memilikinya. Ia menyentuh kalung bergaya sederhana dengan permata berwarna biru. "Sangat indah," puji Jessy.

A Secret ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang