“Tidak ada yang mampu memaksa masuknya sebuah cinta dalam atma, pun tidak ada yag mampu merahasiakan cinta saat dia sudah merekah dan sudah siap menebarkan aromanya.”🕊🕊🕊
Pov: Ans
“Gus!” panggil Ummi.
“Enggeh Mi.” Aku melipat sajadahku, dan meletakkan peci di atasnya.
Aku berjalan menuju dapur, terlihat Umi sedang sibuk mengupas buah pepaya, untuk dihidangkan sebagai makanan pembuka. Saat Umi menyadari aku sudah di dekatnya, langsung menyampaikan sebuah pertanyaan yang hampir membuat aku syok.
“Le, Kamu 'kan sudah waktunya menikah, ada baiknya kamu segera menikah, menyempurnakan separuh iman lho.” Aku turut membantu Ummi menyiapkan sarapan pagi.
Aku menjawab dengan perasaan sedikit tak karuan. “Enggeh Mi. Ans pasrah di Ummi, Ans belum ada calon yang pas untuk melangkah ke sana, Mi.”
Tampak sungging senyum dari tubir bibir Umi, kemudian Ummi menghampiriku yang sedang duduk di meja makan. “Gimana kalau Hanna?” Aku terbelalak dan tersedak padahal tidak sedang makan.
Ummi menepuk pundakku, dan sedikit tertawa ringan melihat tingkah aneh dari putranya. “Kenapa Lee?, ada yang salah?” lanjut Ummi.
“Mboten Mi, Hanna santri putri Dalbel kan Mi?”
(Mboten: Tidak)
“Ya sudah, Berarti setuju ya? Dia anaknya baik, pintar, nasabnya juga baik kok.”
Aku hanya tertunduk, entah apa yang sedang akau pikirkan, pikiranku mendadak melayang dan tidak tentu, hatiku bingung antara harus merasa bahagia ataukah duka.
Jika bahagia, aku tidak punya rasa cinta sama sekali padanya, kalaupun aku harus berduka, tidak ada yang melukaiku, aku pun yakin Ummi memutuskan hal ini karena memang yakin bahwa Hanna terbaik untukku.
“Ya sudah, Mana Abahmu? panggil sana, kita makan. Jangan pikirkan hal itu, nanti kamu sholat istikharah dan meminta petunjuk kepada Allah. Kalau Umi dan Abahmu memang sudah mantap dengan Hanna.”
“Enggeh Mi.” Aku terdiam kemudian memanggil Abah yang sedang menikmati syarah kitab Minhajul-‘Abidin di ruang tamu.
(Enggeh: Iya)***
Aku termenung memikirkan perkataan Ummi di depan jendela kamar, aku bingung harus memutuskan apa, aku tidak berdaya jika harus mengecewakan Ummi, tapi aku tidak pernah cinta pada Hanna, apa aku bisa menjalani hidup dengan Hanna tanpa cinta sekecil biji zarrah pun.
Tiba-tiba terlihat dari jendela, Hanna yang sedang berjalan menuju musholla, tempat aku mengajar kitab. Tak lama kemduian terdengar suara pintu diketuk. Spontan aku menutup gorden kamarku. “Enggeh Mi.” Segera kuraih kitab dan memakai jas, sebab yakin kalau Ummi pasti hendak mengingatkan kalau aku sedang ada jam ngajar santriwati.
“Enggeh Mi.” Sambil kubuka pintu dalam keadaan sudah rapi dengan kitab kupeluk di dadaku.
“Wah wah wah, putra Ummi yang sebentar lagi akan menikah sudah siap saja menjalankan tugas, jika tugas mengajar saja dipenuhi, apalagi keinginan Ummi yang tadi pagi.”
Aku hanya tersenyum sambil lalu mencium punggung tangan Umi, dan pamit untuk mengajar. “Do’akan Ans Mi, semoga bisa menjaga hati.” Umi tersenyum mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuk!! Gus[SUDAH TERBIT]
RomanceUpdate setiap: Malam Rabu & Minggu Okay😉💕, stay tuned😍💖💕 [Jangan lupa follow akun ini, juga vote setiap partnya ya guys😍😉, ditunggu juga krisannya😍💕] Ans sulit menerima Hanna sebagai istrinya dengan alasan tidak mencintainya, namun Hanna se...