Perspektif

2K 267 102
                                    

Naruto © 1997 Masashi Kishimoto

BUKUDA © 2020 kayaorangbiasa

»»- Perspektif -««

Warning: Canon Divergence, Rated R (Restricted), Oneshot, OOC, miss typo, typo, ejaan yang masih melenceng dari jalan kebenaran, sedikit menyerempet Lime (masih aman), DLDR, etc.

Enjoy!

.

.

.

Setiap detik berjalan semestinya tanpa disadari, bahkan seorang Uchiha Sasuke pun hampir tak menyadari bahwa sudah kurang lebih lima belas tahun ini terlewat begitu cepat dalam kehidupan. Yah, begitu cepat. Sampai hati kecilnya sedikit merasa ketakutan, takut akan banyak hal maupun momen yang mungkin bisa terlewat atau terlupakan tanpa disadari oleh dirinya.

Sasuke sudah cukup paham dengan sifat takdir yang terlalu pelit dan tak sudi untuk mengulang waktu. Namun hal yang beruntung, segala peristiwa lalu bernama kenangan dapat terkemas apik dalam wadah memori. Sebagaimana salah satu kebaikan Pencipta yang mengaruniakan akal dan mengizinkan umatnya untuk mengenang sesuatu.

Takdir menggoreskan penanya dengan tinta yang melahirkan peristiwa nan akan direspons dengan perasaan masing-masing umat. Manis, getir, dan segala rasa berpadu menjadi sebuah harmoni perjalanan atau pengalaman hidup yang akan terlewatkan setelah terjadi. Semua itu tentu saja dialami Sasuke maupun makhluk lain di Bumi ini, tanpa ada batasan terkecuali.

Meski tentunya ada sejarah kelam yang tercatat dan tak akan pernah bisa terhapus, di mana Sasuke sempat menanamkan dendam nan mengakar dalam dadanya, berpikiran bebal sampai kemudian memilih rute perjalanan yang salah. Ah, bagi Sasuke masa mudanya memang cukup tidak menyenangkan, sekalipun semua hal itu tetap menjadi bagian dari cerita hidupnya tanpa diganggu gugat.

Beruntung pada akhirnya Sasuke dapat terselamatkan dengan baik oleh orang-orang terdekatnya yang mengajarkan arti pentingnya dari sebuah ikatan. Hal yang sukses menyadarkan dan mengenalkannya akan sebuah idealisme perakaran bahwa cinta adalah kunci untuk perdamaian, atau hal yang disebut sebagai Hi no Ishi—Kehendak Api.

Pun membuatnya menemukan titik terang yang dapat menjauhkan dari pahitnya Nikushimi no Noroi—Kutukan Kebencian nan menyengsarakan. Sasuke sempat berpikir, mungkin hal inilah yang dapat dinamakan proses mendewasakan diri dan tentu saja ia sangat bersyukur juga berterima kasih pada hal tersebut. Alih-alih tercetus perasaan ingin mengubah sejarah kelamnya.

Hei, lagi pula dirinya siapa bisa mengatur sana-sini tentang rantai takdir kehidupan yang sudah berjalan semestinya? Sekalipun seseorang memiliki bakat untuk melihat probabilitas masa depan, ia tak akan mungkin bisa mengatur atau bahkan mengubah nasibnya yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Sudah hukum alam dan tak mengherankan.

"Sasuke."

Sasuke jelas mengenali dengan sangat baik, pemilik suara dari orang yang sudah ditunggunya dari 23 menit lalu. Ia bergumam dan sepintas melirik dengan raut datar seperti biasa, "Lama."

Mendapat perlakuan (yang sering) tak bersahabat seperti itu, Naruto mulai menggerutu sembari mendekat ke arah Sasuke yang sedang berdiri kokoh menikmati semilir angin malam nan menggelitik. Tubuh Naruto sedikit bergidik, mengingat dinginnya malam kian mulai menusuk. Ah, untung saja mereka berdua memakai pakaian yang cukup tebal dilengkapi dengan jubah.

BUKUDA | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang