Ketaksaan

1.1K 176 89
                                    

Naruto © 1997 Masashi Kishimoto

BUKUDA © 2020 kayaorangbiasa

»»- Ketaksaan -««

Sasuke U. x Sakura H.

Warning: AU, OOC, Rated R (Restricted), Oneshot, miss typo, typo, ejaan yang masih melenceng dari jalan kebenaran, diksi ngaco, maaf ada sedikit bahasan dewasa yang tidak disensor, DLDR, etc.

Cerita ini menggunakan sudut pandang Sakura.

Enjoy!

.

.

.

Sebagai teman dekat sedari kecil, aku selalu berusaha mengerti akan paradigma prinsip hidup Sasuke—yang beranggapan bahwa tak ada seorang pun boleh dipercaya sepenuhnya dalam dunia ini. Bahkan, hal itu tak terkecuali pada keluarganya juga diriku sendiri.

Ada kalanya aku harus mengerti dengan kepribadian yang dari sananya sudah terbentuk alami seperti itu. Ada kalanya pun aku harus berekstra keras menahan nafsu untuk tidak meninju keras wajah tampan tanpa dosanya yang amat terasa sok lugu.

Aku kembali berusaha mengerti, bahwa Sasuke sangat menjaga juga memperhatikan lingkar kehidupan pribadinya dengan apik. Sangat terlalu apik, meski apik yang ini terlalu berlebihan. Dan hal itu sudah lebih dari cukup untuk menandakan betapa tertutupnya pemuda tengik itu bagiku.

Kalau boleh terus terang, aku sama sekali tidak mempersalahkan seberapa besar gaya introvert-nya. Namun, yang kupermasalahkan adalah seberapa jauh rasa akan ketidakpercayaan yang lambat laun membuat pertemanan kami terasa seperti merenggang dalam zona ketaksaan—ambiguitas, ketidakjelasan.

Seolah ada jarak tak kasat mata antara kami berdua, membuat diriku mengigit bibir gemas. Meski harus kembali berusaha mengerti bahwa Sasuke sudah mampu mengurusi urusan percintaannya sendiri. Ia pun sudah bukan anak ingusan yang sering bersembunyi di belakangku saat diusik dulu.

Menyebalkan.

Walau ada kalanya aku berada di titik egoisme yang memuncak. Seperti berpikir, mengapa ia tidak memberi tahu sama sekali tentang perkembangannya? Atau seberapa menyebalkan kekasihnya? Juga bisa saja seberapa kaya harta yang dimiliki kekasihnya itu?

Oh, tolong berhentilah menghujat wanita sepertiku sebagai makhluk yang materialistis. For your information, tak semua hal sepenuhnya memerlukan modal abstrak bernama cinta. Camkan itu dalam hidup kalian.

Aku tidak bermaksud jahat pun tidak buta akan perasaan seseorang. Mungkin. Ah, benar ... aku baru ingat kalau aku juga sedikit tidak peka. Namun tentunya, sebagai teman yang normal serta baik, jika ia merasa senang secara otomatis aku pasti juga merasakan hal yang sama. Asalkan tak ada hal yang disembunyikan.

Kembali lagi aku merasa berusaha mengerti, di sepanjang detik ini aku masih terus berjuang atas ketidakpedulian yang dimainkan oleh sikap acuh tak acuh Sasuke nan menyebalkan itu.

Sampai suatu waktu aku mulai merasa muak, karena kemarin aku tidak sengaja memergoki dirinya sedang berciuman dengan seorang perempuan di tempat parkiran kantor. Aku yakin pandangan kami berpapasan yang artinya ia menyadari kalau aku melihatnya.

"Hentikan, Sakura."

Aku menatapnya nyalak, saat ini kami berada di kamar Sasuke. Seperti biasa aku menginap di apartemennya beberapa hari ke depan untuk menumpang hidup dan makan. Mengingat kondisi saldo uangku yang tak bersahabat—juga kalender yang masih menunjukkan tanggal tua. Sial.

BUKUDA | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang