1. Jihana Audia Dwina

72 11 8
                                    

Senin pagi yang cerah setelah liburan kenaikan kelas, siswa-siswi SMA Pelita kembali masuk sekolah hari ini. Di depan gerbang SMA Pelita, sudah berlalu-lalang siswa maupun siswi dengan seragam putih abu-abu mereka. Sama halnya dengan seorang gadis berambut sebahu yang diikat kuda dengan cardigan coklatnya turun dari motor sang kakak. Ini merupakan hari pertamanya sekolah di kelas 11. Pagi ini, dia diantar oleh kakak laki-lakinya sebab ayahnya harus berangkat lebih pagi karena urusan pekerjaan.

"Belajar yang bener, ingat lo itu udah kelas 11," kata Alden, kakak laki laki gadis itu.

"Iya bang. Ya ampun bawel banget sih lo, kaya bunda tau ga?" jawab gadis itu pada kakaknya.

"Ck, yaudah gih sana masuk," titah Alden kepada adiknya untuk segera masuk ke dalam sekolah. 

Alden Niscala Pratama, kakak laki-laki gadis itu. Seorang mahasiswa semester 3 salah satu universitas negeri di Jakarta. Alden bukanla kakak yang sangat perhatian pada adiknya, bukan juga yang cuek. Dia berada garis rata-rata sebagai seorang kakak. Sebisa mungkin, dia selalu menjaga adik kesayangannya ini. 

"Oke bang, Odi masuk dulu ya dadah" jawabnya sambil melambaikan tangannya. "Eh iya, jangan lupa jemput Odi pulang sekolah, bunda yang nyuruh loh," kata gadis itu lagi sambil memberikan senyum kemenangan.

"Iya Odi, adikku yang paling cerewet," ledek Alden sambil memakai helm nya kembali.
Motor Alden pun segera pergi dari kawasan SMA Pelita menuju kampusnya.

Gadis itu bernama Jihana Audia Dwina. Sejak kecil, dia biasa dipanggil Odi oleh keluarganya. Hanya beberapa orang yang tahu nama panggilan keluarganya. Teman-temannya di sekolah biasa memanggil dirinya Hana. Tak lama setelah kakaknya melajukan motor, Hana pun bergegas menuju ke kelas barunya. Denah kelas baru sudah ditempel di mading oleh anak OSIS agar murid kelas 11 dan 12 bisa langsung menuju ke kelas masing-masing dan tidak mengganggu kegiatan MPLS  atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah siswa baru kelas 10. 

Sesampainya di depan kelas, ternyata sudah ada beberapa murid di dalam kelas. Termasuk dua sahabatnya, yaitu Kaluna dan Fifi.  Sebenarnya masih ada satu lagi sahabatnya yang lain, namun sepertinya dia belum datang. Sahabatnya itu merupakan langganan terlambat. Entah karena kesiangan atau sekedar ingin terlambat saja. 

"HANAAAA,"

Panggilan itu membuat Hana menoleh cepat. Ternyata sahabatnya yang memanggil, Nesha atau yang akrab disapa Eca baru saja datang dengan jaket bomber navy miliknya. Eca berlari ke arahnya dengan senyum sumringah.

"Bareng dong masuknya," kata Eca.

"Ngagetin aja sih, Ca," jawab Hana kesal. 

Sementara Eca hanya nyengir tanpa dosa. "Sorry-sorry," kata Eca. 

Mereka pun masuk kelas dan menuju sekitar tempat duduk Kaluna dan Fifi. Hana memang termasuk ke dalam daftar siswa pintar di sekolahnya. Dia sering masuk ke peringkat 5 besar paralel rumpun MIPA. Namun, Hana bukanlah tipikal siswi yang dikenal oleh seluruh warga sekolah. Walaupun begitu, dia mengenal beberapa siswa di sekolahnya selain teman sekelasnya. 

"Tumben ratu telat, udah dateng sebelum bel bunyi," kata Kaluna mengejek Eca.

"Gue dateng pagi salah, dateng siang apalagi, atau mending sekalian aja ya gue gausah berangkat," jawab Eca kesal.

"Yaelah bercanda kali maap ya Eca kuuuu," rayu Kaluna pada Eca yang kesal. "Sini duduk sama gue," titah Kaluna.

Hana hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan dua sahabatnya itu. Dia pun memilih duduk dibangku sebelah Fifi. Hana tidak memilih bangku depan seperti pada kebanyakan siswa pintar. Dia tidak serajin itu untuk menjadi siswa teladan dikelasnya. Hana merasa dia hanya kebetulan memiliki otak yang lebih encer daripada yang lain. Dia juga hanya siswa biasa yang kadang merasakan rasa malas untuk belajar. 

Diantara Dua PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang