chapter 3

21 2 0
                                    

Setelah mendapat panggilan dari dosen pembimbingnya. Nara segera berangkat menuju kampus untuk melakukan bimbingan skripsinya. Tinggal beberapa langkah lagi ia dapat menyelesaikan pendidikannya dan dapat bekerja layak di tempat yang ia inginkan.

Setelah menyelesaikan urusannya di kampus, buru buru nara bergegas ke perpustakaan untuk mengerjakan tugasnya. Nara mendongkak dan melemaskan tubuhnya yang sangat kaku. Ia melirik kearah jam dinding dan menyadari bahwa ia harus bergegas menuju rumah haruto.

Nara sedikit memicingkan matanya saat tak sengaja melihat haruto dengan seragam sekolahnya sedang duduk di kursi minimarket tempat biasa ia makan. Menyadari kedatangan nara, haruto langsung memasang muka kesal dan sedikit memalingkan pandangannya.

Nara tersenyum menghampiri haruto, ia sedikit terkejut melihat mejanya sudah penuh dengan air mineral, kimbab segitiga, ramen dan kimchi.

“noona telat 10 menit” rengeknya yang mendapat cubitan gemas dari nara.

“makasih ya haru” ucap nara.

Telinga haruto memerah saat nara mencubit pipinya.

Haruto menyamakan langkahnya dengan nara. Kakinya yang panjang membuat ia sedikit kesulitan menyamankan irama langkah dengan nara.

“noona” panggil haruto.

Langkah nara terhenti saat menyadari haruto tidak lagi disampingnya. Nara memutar badan mencari sosok haruto.

“ayoo kita main” ujarnya sembari memperlihatkan 2 tiket wahana permainan.

Senyum nara merekah. Hatinya seakan menghangat saat ada seseorang yang mengerti perasaannya saat ini. Semenjak putus dengan mino, hari hari nara terasa berat. Bukan karena mengharapkan kehadiran mino namun karena semua hal terasa membosankan bagi nara. Ia terus terjebak dalam rutinitas yang ia benci.

Haruto menghampiri nara dan langsung menggengam jemarinya untuk berjalan bersama. Kepala nara sedikit mendongkak saat ia menatap wajah haruto. Nara tersenyum hangat mengingat bocah kecil yang ia kenal kini mulai beranjak dewasa.

Haruto berteriak sembari menenggelamnya mukanya pada leher nara. Ia berteriak sangat keras hingga membuat telinga nara sedikit sakit.

“noona!!” kurang lebih seperti itulah teriakan haruto sedari tadi.

Nara tertawa geli melihat pria disampingnya terus menerus menenggelamnya wajahnya pada leher nara. Baru 5 menit yang lalu pria ini menarik nara untuk menaiki wahana roller coaster sembari berdecak bahwa ia sangat berani dan menyuruh nara untuk tidak berteriak terlalu kencang, namun kenyataannya malah haruto lah yang terus berteriak sembari sesekali mengumpat.

Setelah menuruni wahana tersebut, buru buru haruto mencari tempat duduk untuk memulihkan pusingnya. Nara tertawa sembari menghampiri haruto. Haruto tertunduk malu mengingat ia yang terus berteriak selama menaiki wahana. Nara duduk disamping haruto sembari mengusap lembut punggung haruto, meyakinkan bahwa ia baik baik saja.

“noona, aku malu” ucapnya sembari merunduk.

Nara terkekeh melihat tingkah menggemaskan haruto.

“aigoo bayi noona teriaknya kenceng banget” ejek nara yang mendapat tatapan tajam haruto.

“noona!” bentak haruto.

Nara masih saja asik tertawa melihat tingkah haruto.

Nara dan haruto berjalan berdampingan sembari menyantap ice cream yang baru saja mereka beli. Nara menatap jalanan dengan pandangan yang kosong. Entah mengapa semakin banyak ia tertawa, semakin kosong pula hatinya. Sebetulnya ia tak ingin memikirkan esok, namun pikiran terus mengajak untuk memikirkan esok. Pekerjaan apa yang harus ia kerjakan, tugas apa yang harus ia kerjakan, dan lainnya.

Tubuh nara seolah melayang saat haruto menarik pinggangnya dan mendekapnya dalam pelukan. Mata nara masih membulat, seolah tak percaya dengan kejadian tadi.

“yak!!” teriak haruto pada pesepeda yang hampir saja menabrak nara.

“noona gapapa?” tanya haruto cemas. Nara seolah mematung, bahkan haruto belum melepas pelukannya.

“gapapa gapapa” jawabnya sembari melepaskan eratan haruto.

Haruto mengangguk dan kembali menyantap ice cream yang ia pegangi.
Nara terdiam sejenak dan kembali melakukan aktivitasnyaa.

Nara kembali ke kosannya setelah mengantar haruto hingga halte tempat haruto menunggu bus untuk pulang. Sebenarnya haruto bersikeras untuk mengantarnya pulang, namun nara seolah memiliki tanggung jawab lebih untuk mengantar haruto pulang. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk berpisah di halte tempat haruto menunggu bus.

Nara memasuki kamar dengan suasana hati yang cukup membaik. Senyum mengembang mengingat bagaimana haruto berteriak selama menaiki wahana. Setelah berganti pakaian, ia langsung merebahkan tubuhnya di Kasur.

Pesan via whatapps

Haruto

Noona, aku udah sampe rumah
Yang tadi benar benar menyenangkan.

Senyum nara merekah saat membaca pesan dari haruto.

Pesan via whatapps

To : Haruto

Langsung mandi dan tidur
Makasih buat tiket wahananya.
Ayoo kita main lagi setelah kamu selesai ujian.

Nara menarik selimutnya dan bersiap untuk tidur.

The Love Of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang