Den membuka mata dan melihat sosok putih seperti bidadari. Meyakinkan dirinya bahwa itu adalah sesosok wanita cantik yang tersasar dari Kayangan, ah, bentuknya yang elok seperti guitar spanyol.
Sesuatu itu mulai terpudarkan ketika lampu menyala dari pandangan satu sisi milik Den, seperti hanya halusinasi yang terlukis dasyat dari sisa-sisa mimpi yang dia rasakan. Adik bungsunya pun tau, dia ialah sosok kakak penggiat imajinasi tinggi. Kadang saat tidur juga sering sekali mengigaukan seseorang. Padahal seperti biasanya, Den sama sekali tidak tertarik dengan lawan jenis. Mengingat-ingat perempuan, apalagi berbicara, bahkan menyentuh tidaklah dibenarkan didalam pikirannya. Saat ditanya, apakah dia memiliki kelainan, jawabnya hanya, "Menurut kalian gimana?"
"Kak. si Kasih mana? Tumben enggak kelihatan akhir-akhir ini," tanya adik bungsu yang penasaran. Tidak seperti biasa bersamanya sendirian di kamar.
"Keluar! Kepo banget kau. Minta matanya dicocok nih!? Dia lagi sakit dan perlu istirahat, jadi kakak tidak bisa jalan-jalan hari ini," jelasnya.
Menyenggol pintu kamar dengan pantat, lalu berputar membelakangi kakaknya. Berkata lantang bersamaan dengan menepuk-nepuk pantat tiga kali, "Ganti aja pacarmu sana, sudah buluk juga."
"Sudah, pergi!" kembali memandangi kekasih hatinya yang berbaring tepat di sebelah kasur. Kenangan-kenangan indah bersamanya dalam kesendirian. Diam dan menciptakan intunisi seperti nyata di dalam layar ponsel berukuran 4,5 Inci.
"Huuhh," menarik nafas sedikit panjang. Menatap lalu memegang dengan kedua tangannya, "Kau ini menyusahkan aku saja. Coba kau lebih bercahaya dari yang aku kira, kita akan bersama untuk selamanya. Redupmu berkata, 'Semua yang indah pasti akan melemah dan pada masanya dia usang.' Jadi aku mulai ragu terhadapmu. Izinkan aku menjualmu."
"Crack..," retakan kaca tiba-tiba saja. Dia melihatnya setelah menutup perbincangan dengan Kasih―pacar halusinasinya.
"Yah kok pecah?," melihat sembari mengoreksi keseluruh casing miliknya. Mulai dari permukaan sampai bagian belakang.
"Lagi apa kak? Sepertinya kau sedang ketakutan. Apa kau ada masalah?" tanya seseorang yang dipandangannya dengan sekelibat rambut panjang, melewati kamar dengan pintu terbuka.
"Bukan apa-apa. Ini aku hanya melihat badan pacarku. Semoga saja tidak ada luka atau semacamnya," menjawab tanpa menoleh untuk tau siapa yang bertanya kepadanya.
"Hah! Pacar! Sejak kapan kakak punya pacar!? Tadi bilang badan!? Sejak kapan mempunyai foto-foto mesum!"
Adik perempuannya teriak seperti meminta tolong, bahkan lebih panik dan terlihat marah besar kepadanya. Terlebih lagi dia juga perempuan dan tau bagaimana perlakuan kepada perempuan lain yang layak. Bukan seperti itu.
"Hey, adiku yang tidak akrab denganku! Kau tidak perlu memunculkan muka masam seperti itu, jelek tau. Kau kira aku anak nakal yang tidak menghiraukan perkataan ibu dan ayah? Ah tapi.. soal perempuan, dia ini cantik, loh. Hihi," sela Den.
"Mau aku beritahu ibu atau kau hapus perempuan itu dari gallery fotomu!"
"Kau cepat sekali tersulut emosi. Jadi, kau belum mengenalnya? Sini biar kutunjukan bagaimana pesona indah pacarku ini!," goda Den kepada adiknya, bersamaan dengan membuka baju ponsel genggam miliknya.
"Blaarr.." bunyi yang timbul mengenai handphone milik Den. Sekejap, seperti hantaman kilat menyambar tetapi tidak secepat cahaya. Sehingga mereka berdua masih dapat melihat bentuk abstrak dari kilatan tersebut.
Atap kamarnya bolong tanpa menyisakan serbuk abu dan asap bekas kebakaran. Lobangan yang rapi menariknya untuk fokus dan terus menatap.
Tanpa disadari―"Brughh.." adik perempuannya terjatuh. Den bergegas untuk mengangkutnya ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Messages Soul : The Storyteller
FantasiaNovel ini menceritakan seseorang yang ingin menghabiskan waktu selama-lamanya dirumah, karena menurutnya rumahlah tempat teraman baginya. Tetapi itu tidak bertahan lama sampai keajaiban memaksanya untuk pergi mengenal dunia luar dan menghapus jiwa i...