Semburat itu datang lagi,setiap kalinya sekitar pukul 05.30 Wib
Setiap cahaya lembut yang dipancarkan,Seiringan Angin Sepoi dipagi hari,Burung gereja Mulai berkicau mengeluarkan suara Lembut seperti nyanyian,Disetiap momen itu ada anak yang selalu duduk di kursi kayu terbentang sungai yang tidak terlalu luas didepannya senang menatap langit yang menjingga kadang juga mendung seperti akan turun hujan,Melihat matahari naik dari sudut-sudut dedaunan bersembunyi dibalik daun-daun kelapa disaat itu pula anak itu juga senang berkhayal,merenung ntah apa yang direnungkan seperti mengadu nasib kepada alam
Setiap seusai shalat subuh dia selalu duduk hadir dikursi kayu itu seperti sudah menjadi suatu kebiasaannya
Dia senang menumpukan telepak tanganny duduk bersandar sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya menatap lembut Pajar,mulai membayangkan hal-hal aneh didalam benaknya, Namanya fazirah Az-Zahra
Senang Mengenakan jilbab kemana mana,dia dingin terhadap orang yang baru dikenalny hangat terhadap orang yang telah lama dikenalnya
Kulitnya agak kuning Langsat,Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek
Fajar terkadang membawa kegembiraan terkadang juga ada sembilu pahit didalamnya,karena itu anak berusia 16 tahun itu senang menatapnya
Suatu waktu fajar membawanya mengenang kembali luka itu
***
Hujan yang deras pagi itu,tidak ada petir hanya angin yang berhembus kencang,membuat jadwal-jadwal pagi itu tertunda,Anak-anak sekolah berjejer didepan ruko-ruko yang masih tutup menunggu hujan reda,Zahra yang tetap pergi kesekolah menempuh derasnya hujan karena jadwal piket nya hari ini,Diantar oleh sang kakak laki-lakinya berumur 21 tahun,zahra 2 bersaudara kandung kakak laki-lakinya Hendra dan dia,
Hujan semakin deras membuat kak Hendra sedikit sulit membawa motor
Berharap cepat sampai kesekolah
Mengantarkan anak manja yang harus diantar setiap pagi kesekolah nya,Tiba didepan gerbang Zahra buru-buru turun dari motor menundukkan sembari menutup kepala dengan kedua tangannya
Berteriak berusaha mengalahkan suara hujan,
"Kak makasih,Awas basah!"Dengan wajah tersenyum seperti meledek kakaknya
Berlari menuju halaman sekolah,berdiri didepan kelas mengibaskan pakaian sekolah yang kuyup dengan tangan
Hari itu tidak terlalu buruk guru-guru datang tapi tidak masuk kekelas,keadaan kelas Zahra anak kelas IX-1 riuh ditambah suara hujan yang tidak berhenti,Ada yang sedang menikmati tidur siangnya,Ada yang makan, cerita,Cabut kekantin,menjahili teman sebangku dan Zahra yang sedang duduk didepan kelas menatap hujan yang turun,memang tidak ada yang lebih enak dari pada menatap hujan yang turun bagi Zahra
Hujan membuat jadwal pelajaran terlewatkan,hingga bel pulang berbunyi,Zahra mengemas barang-barangnya berjalan keluar gerbang dengan santainya menunggu ojek yang memang jadi kendaraan plg sekolah baginya,Didepan rumah dari jarak jauh terdengar suara hiruk pikuk menggaduhkan orang-orang yang lewat,Zahra bertanya-tanya dari mana asal suara itu?kenapa?apa yang terjadi?Langkahnya berhenti melihat seluruh ruangan berantakan
Suara terisak menangis,Kak Hendra berdebat dengan seorang laki-laki
Dan laki-laki itu amat dikenalnya
Seluruh rumah berantakan ibunya menangis,kenapa ini?
"Kak Hendra,apa yang kakak lakukan terhadap ibu?Kenapa kakak berdebat dengan ayah?"Pikiran Zahra penuh tanya
Semua menatap Zahra dengan penuh tulus,Tanpa balasan dari salah satunya kak Hendra menarik tangan Zahra menyuruh Zahra berkemas dan mereka berdua melaju dengan motor kak Hendra
Kak Hendra memutuskan untuk tidak menceritakannya sekarang takut Zahra akan sedih mengingat kejadian itu,
Kak Hendra menyewa kontrakan didekat daerah persawahan,terdapat sungai didepan rumah itu,kursi kayu yang menjadi tempat kebiasaan Zahra mengingat,merenung menyadari atas semua pristiwa-pristiwa pahit itu
Sampai dirumah kontrakan itu kak Hendra duduk didekat Zahra didepan rumah,kak Hendra menjelaskan kepadanya bahwa ibu dan ayah mereka telah usai,atau bercerai
Karena orangtuanya ketahuan mengkorupsi uang perusahaan sebanyak atau mungkin setiap kalinya
Bisa dibilang biaya hidup mereka adalah hasil uang korupsi
Disitu kak Hendra marah besar terhadap orang tuanya karena sanggup memberikan nafkah atas hasil uang yang haram sepanjang kehidupannya,kak Hendra memutuskan untuk tinggal berdua dengan Zahra,karena mendengar hal itu ibunya minta cerai kepada ayahnya
Mendengar cerita itu Zahra menangis terisak Isak,membayangkan keharmonisan keluarganya dulu hingga kini dia harus menjalankan hidupnya hanya berdua dengan kakaknya,Rasa benci juga hadir dalam hati Zahra kak Hendra berusaha menenangkannya
Dirumah itu Zahra mulai jalani hari hari baru
Mulai terbiasa menatap indahnya Pajar setelah shalat subuh,duduk berdiam diri dikursi kayu itu waktu pergi kesekolah
Baginya Pajar dapat meluluhkan hatinya yang keras mengenang orang tuanya,Pajar juga membuatnya terasa lebih tenang membuatnya tersadar atas kekuasaan Allah SWT
Yang datang akan pergi,yang hidup akan mati
Dirinya tahu tak selamanya manusia itu akan merasakan hal sedih,seseorang itu akan menemukan titik bahagia,dan tak selamanya rasa benci itu ditanamkan dalam hati,rasa memaafkan itu akan tiba jika hati sudah merasa ikhlas apalagi terhadap orang tuanya sendiri
Zahra dan kak Hendra hanya menunggu hati mereka untuk bisa menerima tapi tak tersimpan rasa dendam dan benci terhadap orang tuanya sendiri***
KAMU SEDANG MEMBACA
Semburat Fajar
Cerita PendekAssalamu'alaikum wr.wb Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat berupa kesehatan sehingga jari jari ini dapat menuliskan Serangkaian kata perkata dan atas nikmatnya jugalah Kita dapat terus menyalurkan Berbagai Karya yang dituangkan...