13

11K 2.3K 192
                                    

Minggu (12.20), 12 Juli 2020

---------------------------

John tidak menyangka begitu pulang yang akan didapatinya adalah pemandangan partner bisnisnya tengah bersikap mesra dengan—ehm, Zie. Sial!

Hal itu saja—anehnya—membuat dada John terasa sangat panas. Tapi yang lebih membuatnya frustasi adalah fakta bahwa tidak sepantasnya dia marah. Fakta bahwa dirinya tidak punya hak untuk melarang mereka bermesraan.

Belum cukup sampai di situ, Leon malah membuatnya bingung dengan pernyataannya bahwa Leon lah yang mengenalkan dirinya dan Zie. Dan di detik berikutnya, kebingungan John berubah menjadi keinginan untuk menghajar mulut besar Leon yang membeberkan fakta pada Zie bahwa dirinya sudah menikah.

Dasar Leon brengsek! Dia tidak tahu betapa sulitnya John berusaha memastikan Zie tidak mengusirnya atau melarikan diri lagi darinya. Sekarang bajingan itu merusak segalanya. John tidak akan heran kalau Zie bertekad pergi lagi setelah ini.

Pertanyaan Zie serasa bergema dalam ruangan itu. Dari nada suaranya, jelas Zie tidak mungkin bersedia tinggal serumah dengan lelaki beristri. Rasanya John ingin menjelaskan bahwa dia tidak pernah benar-benar menganggap Rana istri. Tapi bagaimana melakukannya tanpa membuat dirinya terdengar seperti bajingan dan akhirnya Zie semakin ingin menjauh?

Dan pertanyaan yang lebih penting lagi, sebenarnya apa sih alasan dirinya begitu bersikeras ingin tinggal bersama Zie?

Entah sudah berapa kali John mengumpat dalam kepalanya. Pertanyaan terakhir itu membuatnya semakin kacau. Setelah dipikir lagi, John sendiri tidak mengerti alasannya. Semuanya terasa mengalir begitu saja. Dia menikmati bersama baby Bo dan merasa bersalah karena telah membuat Zie bertengkar dengan Julia lalu pergi. Setelahnya rumah kontrakan ini jatuh ke tangannya tanpa ia perlu berusaha dan akhirnya berhasil membawa Zie kembali.

Saat itu, rasanya wajar saja bagi John untuk tinggal bersama Zie dan baby Bo daripada memperpanjang sewa kamar hotel. Tapi sekarang saat pertanyaan itu menggema dalam kepalanya, John benar-benar tidak tahu apa alasannya.

"Tunggu! Kau tidak tahu bahwa Leon sudah punya istri padahal kalian—ehm, tinggal serumah?"

Jemari Zie mengepal. Mati-matian dia berusaha menahan air mata kepedihannya saat menatap John tajam seraya berkata, "Tidak, aku tidak tahu. Kami tidak sedekat itu sampai dia perlu mengatakan padaku mengenai kehidupan pribadinya."

"Zie, aku tidak bermaksud—"

Ucapan John terputus karena Zie langsung membungkuk meraih baby Bo ke dalam dekapannya lalu bergegas ke kamar. Suara pintu yang tertutup keras membuat kedua lelaki di sana mematung untuk beberapa saat sebelum John meraih kerah kaos Leon lalu menariknya ke ruang tamu.

"Banyak yang harus kau jelaskan padaku," geram John setelah melepaskan Leon dan yakin Zie tidak bisa mendengar mereka.

"Begitu juga denganmu," balas Leon tanpa mau mengakui bahwa memang dirinya yang memulai masalah. "Dimulai dari, bagaimana kau bisa bertemu Zie dan akhirnya tinggal serumah dengannya."

"Tidak, kau yang mulai dulu. Ada hubungan apa sebenarnya antara dirimu dan Zie lalu apa maksud ucapanmu bahwa kau yang memperkenalkan kami?"

"Oke. Aku tidak keberatan meladenimu berdebat sepanjang hari untuk memutuskan siapa yang mulai dulu." Leon melipat kedua tangan di depan dada lalu menyandarkan satu bahunya dengan santai ke dinding di dekatnya.

John mengertakkan gigi, tahu betul Leon memang ahlinya bersikap keras kepala untuk mendapatkan yang dia inginkan. "Zie biasa menitipkan baby Bo di rumah Bastin. Jangan bilang kau tidak tahu siapa dia," geram John.

The Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang