PART 1

9.7K 44 2
                                    

Para melangkah masuk kerumahnya, rumah yang ditempati seorang diri, karna ke dua orang tua para mengalami kecelakaan yang menewaskan mereka. Di teras para melihat om Danu,yang sedang menduduki sebuah kursi, sahabat ayahnya, yang bersedia menanggung semua beban hidup para, setelah kematian kedua orang tuanya.

"Tumben om Danu mampir jam segini" tanya para sambil melirik jamnya, dan menduduki kursi yang ada dihadapan om Danu.

"Om disuruh sama tantemu untuk mampir" pasti tentang mengajaknya untuk tinggal dirumah mereka pikir para.

"Tapi, om.. Para tidak mungkin meninggalkan rumah in, ini peninggalan satu-satunya orang tua Para om" Para tetap dengan alasan yang sama.

"Om mengerti, tapi kamu anak cewek, tidak baik, tinggal sendiri dan tantemu selalu mencemaskan kamu"

Para menununduk mendengar kata-kata om Danu, memang benar, tidak baik seorang perempuan tinggal seorang diri, tapi mau bagai mana lagi, Para tidak mungkin meninggalkan rumah ini, harta satu-satunya yang ditinggalkan orang tuanya.

"Para, om harap kali ini kamu memikirkan tawaran om, ini sudah tahun ketiga kamu tinggal sendiri"

"Makasih om, tapi Para tidak mungkin meninggalkan rumah ini, rumah ini banyak menyimpan kenangan buat Para om"

"Baik lach, om tidak akan memaksa, tapi om selalu berharap kamu suatu saat mau tinggal bersama kami".

"Makasih yaa om"

"Sama-sama, om permisi dulu, kamu sekali-kali main ke rumah om" kata pak Danu sambil berdiri dari duduknya, dan melangkah keluar.

Para memperhatikan mobil yang membawa pak Danu pergi, om yang tidak punya ikatan keluarga, tapi sangat baik dan bersedia menanggung semua biaya hidup Para. Tanpa keluarga om Danu, Para tidak bisa membayangkan hidupnya. Dan untungnya tante Shinta, juga sama baiknya istri om Danu.

***

Aku harus cari kerja, kerja apa saja yang penting halal, dan aku tidak perlu terlalu membebani om Danu.

"Hey... Melamun aja, lagi ada masalah?" Aku mengangkat mukaku untuk melihat Wina, sahabatku semenjak SMA.

"Aku lagi memikirkan, cara untuk mendapatkan uang"

"Maksudmu, kerja??"

"Iya, tapi aku binggung mau kerja apa, kitakan belum lul" aku menghentikan kalimatku yang belum selesai, setelah aku melihat ke Wina yang tidak memperhatikan kata-kataku, tapi malah asik memperhatikan seseorang yang duduk disalah satu kursi taman belakang kampus.

"Win, kamu dengar gak sich aku ngomong?" Kataku kesal.

"Dengar dong" kata Wina, tapi tatapannya tidak pernah lepas dari sosok itu.

"Win, aku tau kamu gak, memperhatikan aku bicara, kamu sedang memperhatikan Dia kan?, apa menariknya dari cowok itu?, tidak ada kan!"

"Enak aj, cuma kamu yang tidak melihat pesonanya, karna kamu buta"

"Puas-puas to plototin cowok itu, aku mau kekantin" kataku sambil berlalu dari hadapan Wina, yang aku yakini dia belum sadar kalo aku sudah pergi dari sampingnya. Aku berjalan kearah kantin, dan duduk ditempat yang sering aku tempati bersama Wina.

***

Aku berlari dikoridor kampus, gawat aku terlambat lagi turun kuliah, bisa-bisa, dosen yang satu ini akan memperindah masa-masa kuliahku, dengan cara memberi nilai D di mata kuliahnya. Tiba-tiba aku menabrak seseorang disaat aku berbelok ke fakultasku, yaa ampun, cobaan apa lagi ini. Buku-buku yang aku pegang semuanya lepas dari tanganku, dan sekarang bokongku cukup sakit saat melakukan pendaratan tiba-tiba di lantai, saat aku terjatuh. Ditambah aku akan benar-benar terlambat masuk kelas.

"Kenapa mesti lari? Apa dikejar-kejar hantu"

dingin, benar-benar dingin membuatku merinding mendengar suara orang yang aku tabrak. Aku menusuri melihat orang yang membuatku merinding, mulai dari sepatunya sampai ke rambutnya. Ohh, jadi yang aku tabrak, adalah orang yang selalu bisa mengalihkan dunia Wina.

"Maaf" kataku sambil mulai mengumpulkan buku-bukuku. Dimana sopan santun cowok ini, masa dia tidak membantu mengumpulkan buku-bukuku yang berhamburan gara-gara nabrak dia. Sedikit banyak dia juga punya andil dalam hal ini. Dan aku melihat cowok dingin itu pergi. Bagus... Dimana aku harus menemukan cowok yang seperti di film-film, yang selalu membantu cewek yang ditabraknya.

"Terlambat lagi?" Tanya Wina, setelah aku duduk disampingnya, ternya aku tidak sesial yang aku bayangkan, kelasnya belum dimulai.

"Yaa, aku selalu bermasalah dengan jam" kataku datar. Aku masih sangat kesal dengan sidingin itu.

***

Episode Dalam HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang