Epilog

3.8K 68 9
                                    

EPILOG

Rey tidak menyangka sama sekali sumber permasalahan hidupnya hanya kerena salah paham dan menarik kesimpulan dari apa yang terlihat saja. Dia tidak menyangka kalo Para juga mempunyai pemikiran yang sama dengannya, pemikiran konyolnya yang hampir membuat hidup kami berantakan, sejak kapan aku mengejar-ngejar cinta perempuan lain, selain cinta istriku sendiri. Dan tingkahku yang menjungjung tinggi egoku juga hampir membuatku kehilangan cinta sejatiku. Hanya pengakuan sederhana dan mengesampingkan Ego itu justru yang menyelamatkanku dari jurang kehancuran akibat patah hati. Memang pendapat orang yang berdiri dari luar garis permasalahan bisa memberikan pendapat objektifnya. Aku sudah membuktikan itu.

Usia pernikahan kami sudah memasuki tahun ketiga, dan sekarang aku bekerja dikantor papa sedangkan Para memilih tinggal dirumah dan menjadi ibu rumah tangga, apa pun yang dipilihnya aku akan tetap mendukungnya dan untuk pilihan yang diambilnya  itu aku merasa bangga, aku laki-laki yang berpikiran luas, tapi tetap saja aku menginginkan istriku menjadi ibu rumah tangga saja tanpa memikirkan karir dan untungnya Para memilih.

Aku melangkah masuk kedalam Rumah dan melihat Para sedang bermalas-malasan di kursi goyangnya,entah setan mana yang merasukinya sehingga dia punya keinginan untuk memiliki kursi malas yang menurutku hanya manula yang cocok memiliki kursi goyang itu. Bahkan pekerjaan rumah yang seharusnya diselesaikan seharian ini malah ditelantarkan, aku yang seharusnya menikmati masakan istri saat pulang kerja harus berpuas diri dengan masakan sendiri. Sudah beberapa minggu ini kelakuan Paramendorongku kebatas kesabaran, banyak permintaan konyolnya yang memancing emosiku, bahkan dia berubah menjadi manja dan membuatku merinding.

“kenapa  dapur belum kamu bereskan Para? Apa kursi malas itu benar-benar membuatmu malas melakukan apapun?”

“aku hanya malas masuk dapur” kata Para dengan Santainya sambil menggoyangkan kursinya dengan mata terpejam.

“jadi seharian ini kamu tidak makan??” sindirku

“aku keluar bersama Wina tadi untuk mencari makan” kata Para pelan tetap menikmati goyangan kursinya, Rey mulai berpikir menyesal membelikan kursi goyang itu. Akhirnya Rey lagi yang membersihkan dapur dan memasak makan malam untuk mereka lagi, kalo seperti ini lebih baik dia menelpon orang tuanya dan mencarikan asisten rumah tangga sementara sampai penyakit malas Para sembuh.

“aku suka melihatmu mengerjakan pekerjaan rumah Rey” kata suara Para tiba-tiba yang membuat Rey terlonjak  kaget, dia tidak menyadari kalo Para sudah ada di dapur bersama kursi goyangnya yang diseretnya kedapur.

“bukannya kamu lagi malas ke dapur?” kataku menyindir Para.

“aku malas kalo aku sendiri, tapi ada kamu yang bergerak didapur membuat hatiku hangat” kata Para yang mau tidak mau membuatku tersenyum.

“aku ingin makan nasi goreng buatanmu Rey” kata Para lagi yang menghapus senyumanku tadi, lagi!!!! sudah beberapa malam ini aku membuat makanan yang aku benci itu dan ikut memakannya padahal setelah pengakuanku pada Para kalo aku membenci nasi goreng, dia berhenti merecokiku nasi goreng, bahkan dia bersedia kursus memasak. Dan setelah dia menguasai banyak jenis masakan dia malah merecokiku lagi dengan nasi goreng dan parahnya kali ini aku yang memasak.

“tidak, kali ini kamu yang memasak” kataku datar, tapi dia menggunakan ancaman  yang baru-baru ini ditemukannya yang sayangnya aku tidak bisa berbuat apa-apa saat dia menggunakan ancaman itu. Aku heran dari mana dia mendapatkan pikiran itu, untuk menggunakan ancaman itu sebagai senjata andalannya saat dia melakukan penyiksaan verbal.

“baik lah, malam ini kamu tidur diluar dan jangan menyentuhku sampai batas yang tidak ditentukan” katanya sambil menyeret kursi goyangnya keluar dari dapur. Itu yang aku maksud dengan senjata andalannya dalam menyiksaku.

“baik lah” dan dia tersenyum puas saat aku mengabulkan permintaannya.

Dan sekarang disaat orang lagi bergulung dengan selimut dan menikmati tidur mereka, aku harus berkeliling kesemua penjuruh kota, hanya untuk mencarikan Para sate kambing yang tentu saja sangat susah untuk ditemukan, mana ada penjual sate pada saat jam menunjukan angka 4. Aku pulang dengan tangan kosong dan pendapat hadia pelototan sekaligus tangisan Para.

Akhirnya aku mengetahui penyebab kelakuan aneh Para belakangan ini, aku sebentar lagi akan punya anak, apa kelakuan orang ngidam memang seperti ini, aku bahkan pernah diminta Para untuk tidak mandi setalah pulang kerja, dan setelah Para tertidur aku melangkah pelan-pelan ke kamar mandi untuk mandi, aku sudah tidak tahan, rasanya seluruh tubuhku lengket karena keringat.  Tapi mengetahui aku mandi Para ngambek dan memintaku olahraga Malam hanya untuk membuatku berkeringat lagi.

Tapi bagaimana pun aku bahagia mengetahui ada mahluk mungil yang bersarang dalam perut istriku hasil kerja sama antara aku dan Para.

Episode Dalam HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang