PART 4

3.2K 34 0
                                    

Aku mengelus rahangku yang mulai kaku, karna selalu tersenyum ke orang-orang yang datang kepernikahan kami dan mengucapkan selamat, walaupun aku tidak mengenalnya. Aku yakin kalo mereka adalah rekan-rekan om Danu. Sedangkan sidingin bersikap seakan-akan hanya dia yang dipaksa duduk dipelaminan, aku juga terpaksa tapi tetap saja aku memberikan senyum manisku ke para undangan.

"Aku mulai curiga, jangan-jangan kamu mengharapkan pernikahan ini"

tanya sidingin curiga, dan memandangku dengan tatapan membunuh. Dia sangat ahli melakukan itu, yang membuatku berpikir untuk meninggalkannya. Aku merinding menerima tatapan yang menakutkan itu, dan terlalu lelah untuk membantah tuduhannya. Jadi aku memilih diam dan menghela napas berat. Aku yakin hidup sebagai suami istri bersamanya akan sangat berat. Kenapa permainan takdirku telalu kejam.

"Jadi kamu salah satu cewek-cewek di kampus dengan kelakuan konyol, yang selalu berharap jadi pacarku"

sabar Para, anggap saja sidingin sedang mendongeng, kataku dalam hati menyabarkan diri.

"melihatmu bahagia dipernikahan ini, membuatku bertambah yakin kalo ini yang kamu harapkan"

Cukup..., aku sudah Cukup bersabar menerima tuduhannya. Dan sekarang perang akan dimulai.

" Apa kamu tidak tau yang namanya pura-pura? Aku sedang melakukan itu, aku berpura-pura bahagia, cewek-cewek yang kamu maksud itu, aku sama sekali tidak termasuk, aku tidak pernah berharap pacaran dengan manusia kutub, aku sudah punya Romi" aku melihat rahangnya mengeras, dia sedang menahan Emosinya.

"Manusia kutub?!! Sudah 2 kali aku mendengarmu memanggilku itu"

"Yaaa, bukan saja Manusi kutub, aku juga akan memanggilmu dengan sebutan apapun yang aku mau, jadi biasakan dirimu" jawabku datar.

"Kalo itu maumu, aku juga akan mulai mencari nama panggilan baru untukmu" jabanya dengan nada Sinis.

***

Sudah 1 minggu ini aku menjadi istri Rey, Dia menempati kamar orang tuaku tidak ada yang berubah dalam hidupku, hanya saja, sekarang aku memasak untuk 2 orang, satu-satunya yang aku suka dari dirinya, dia tidak pernah protes dengan apa yang aku masak, dia selalu menghabiskan makanannya. Kami tidak pernah benar-benar mengobrol, kami tinggal bersama tapi seakan-akan aku masih tinggal sendiri.

Aku duduk disalah satu kursi taman, menunggu Romi dan Wina. Tapi salah satu dari mereka belum ada yang datang, padahal sudah lama aku menunggu mereka. Tidak jauh dari kursi aku duduki, aku melihat si dingin bersama Meta, perempuan yang sangat cantik, salah satu model dan bintang iklan, yang juga kuliah di kampus ini. apa sidingin dan Meta pacaran? Sejak kapan? Tapi Mereka cocok, mereka sama-sama dari spesies yang menyebalkan, sama-sama angkuh, sombong. Jadi wajar saja kalo mereka pacaran. Aku tersenyum memikirkan pasangan serasi itu, disaat bersamaan si dingin sedang melemparkan tatapan membunuh padaku. aku membalasnya dengan senyum manis.

"Lagi melihat apa sich sampai senyem-senyum begitu?" Tanya Wina yang sudah duduk disampingku,

bagus.. Wina akan melihat kalo sidingin sedang dekat dengan Meta. Jadi dia akan kecewa, sakit hati dan mundur, tidak mengharap sikutub lagi.

"Tuh Pangeran kamu, sedang asik pacaran" jawabku tersenyum. Wina mengikuti arah yang aku tunjuk dengan bibirku.

"Rey sama Meta?" Kata Wina santai,

"beruntungnya jadi Meta" sambung Wina lagi. Aku heran mendengar kata-kata Wina.

"Jadi kamu sudah tau, kalo mereka Pacaran?"

"Seisi kampus juga tau, kalo Rey dekatnya sama Meta"

"Aku tidak tau"

"Karna kamu hidup di dunia lain" jawab Wina mengejek,

jadi cuma aku yang tidak tau kalo sikutub dekat dengan super model yang sombong itu? Yaa ampun kemana saja aku selama ini,

"Mereka sudah lama dekatnya?" Wina menatapku curiga.

"Ada apa dengan Para ini, mana Para yang cuek dan tidak mau tau urusan orang" jawab Wina, lagi-lagi dengan nada mengejek.

"Heran aja, kamu sudah tau kalo Rey punya pacar, tetap saja kamu mengejar-ngejarnya" kataku membela diri, aku tidak mau Wina curiga apa pun tentang diriku.

"Di Ralat, aku tidak mengejar-ngejar, cuma mengidolakan, dan berharap dikit, tidak ada yang salah dari semua itu"

"Apa Mantra yang digunakan Rey terlalu kuat, sampai-sampai temanku yang satu ini sudah tidak bisa berpikir waras lagi" kataku, sambil berdiri dari kursi melupakan tujuan awalku, yang juga menunggu Romi.

"Kemana?" Tanya Wina

"Kemana saja, asal tidak di sini"

"Disini saja, jadi kita bebas memandang Rey"

"Jangan ngajak-ngajak gila, cukup kamu saja" kata Para Emosi, tidak habis pikir kenapa Rey punya pesona sekuat itu. Dan membuat Wina jadi gila.

***

Aku melihat mobil Rey sudah parkir di depan rumah, tumben dia pulang cepat. Biasanya dia pulang kerumah jam 9 keatas. Aku melangkah masuk kedalam rumah, dan melihat Rey sedang asik menonton acara Tv. Tanpa memperdulikan aku yang menutup pintu rumah dengan sedikit membanting. Aku masih merasa kesal, karna cuma aku yang tidak tau kalo Rey sudah pacaran dengan Meta. Tunggu... Kesal?!! Kenapa juga aku harus merasa kesal? Bukan urusanku kan, kalo dia dekat dengan siapa pun.

Aku berjalan kearah dapur, dan engambil air minum, mataku sekali-kali melirik Rey, yang posisi duduknya masih terlihat dari arah dapur.

"Kamu sudah makan?" Tanyaku setelah berdiri disampingnya.

"Sudah" jawabnya singkat, tanpa mengalikan matanya dari layar tv.

"Ohh, yaa sudah, aku makan sendiri saja" kataku sambil berjalan ke dapur lagi.

"Aku harap, kamu menjaga kelakuan kamu" lagi-lagi dia menggunakan nada ini. Terlalu dingin. Kelakuan aku yang mana!, menawari makan? Aku berbalik kearahnya, dengan muka bingung.

"Aku tidak mau, seseorang yang tau pernikahan kita melihat kamu dengan cowok lain bermesraan" kata si dingin datar.

Ohh, jadi ini tentang aku dengan Romi.

"Bukannya kamu yang suka bermesraan di tempat umum"

"Bukan aku yang makan di luar, bergandengan tangan di tempat umum"

"Bermesraan di taman, bukan tempat umum?" Tanyaku sinis.

"Itu dikapus, apa ada penghuni kampus, tau kalo aku sudah menikah"

"Aku capek dengan semua ini" kataku datar, ada rasa bersalah dan kesal dalam diriku, karna mengakui kebenaran kata-kata sidingin.

"Jangan terlalu cepat bilang capek, kita baru saja menikah, masih banyak waktu yang akan kita habisi" kata Rey mengejek, dan berlalu dari hadapanku.

Memang benar, kami baru saja menikah, apa kami tidak bisa berdamai, aku sangat capek kalo selalu berdebat dengan Rey, berdebat dengannya, benar-benar menghabiskan energiku. Karna melibatkan emosi.

Episode Dalam HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang