Perempuan Si "PENYENDIRI"

5 2 4
                                    

Ia lebih nyaman mengurung diri, ketimbang mengutarakan apa yang dirasakan.

Chapter 1
Kenapa diperlakukan seperti ini?

Sedari kecil, fin merasa dirinya diperlakukan berbeda oleh ibu kandungnya sendiri dengan kedua saudara laki-lakinya, yaitu kaka laki-laki fin dan adik laki-lakinya. Finestasya, tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya menyebabkan ibu kandungnya sendiri, memperlakukan ia seperti anak tiri atau anak angkat, ia tidak pernah diperlakukan istimewa dan selalu dibeda-bedakan padahal Finestasya atau fin sapaan akrabnya adalah anak satu-satunya berkelamin perempuan dikeluarga itu.

"bagaimana bisa kau merasa dibeda-bedakan fin? Ah... Mungkin itu hanya perasaan kau saja, tidak ada orang tua yang seperti itu, semua orang tua punya tujuan baik walau memang caranya kadang tidak mengenakan dikita", begitu celoteh via sahabat terdekat nya fin.

Bahkan tidak hanya via, saat fin berbagi ceritanya dengan orang yang ia percayai, jawabannya tidak begitu jauh dengan via, fin merasa semua tidak bisa mengerti apa yang dirasakannya.

"ya,bagaimana mereka bisa merasakan apa yang aku rasakan, kalau cuma satu ibu seperti itu didunia ini, dan itu aku yang miliki, siapapun yang ingin mencoba jadi anaknya, tidak akan sama perlakuannya dengan apa yang aku rasakan", ungkap fin dalam hati

Fin yang sedari kecil diperlakukan berbeda dari 2 saudara kandungnya sendiri, sering kali ia ingin mengakhiri hidupnya. Apa yang jadi penyebab ibunya memperlakukan fin seperti itu, sampai saat ini pun, fin tidak mengetahuinya. Lalu, hal apa saja yang membuat fin merasa hidupnya tidak adil dari kedua saudaranya? Entahlah, coba kita lihat apa yang ingin diceritakan fin disini...

Chapter 2
Terkekang oleh ibunya sendiri

Setiap keluarga pasti memiliki aturan yang disepakati oleh kedua orang dewasa yang menjalin rumah tangga untuk dipatuhi oleh seluruh isi rumah dikeluarga itu.

Kebanyakan aturan memang tidak tertulis, tapi dalam kebiasaan berperilaku akan memberi tahu mana yang memang boleh dilakukan maupun tidak untuk dilakukan.

Fin merasa selama ini aturan itu sangat mengekangnya, ia tidak pernah diberi kesempatan untuk menjadi dirinya. Apa yang dilakukan oleh fin selalu salah dimata ibunya.

Salah satunya, fin mengerjakan pekerjaan rumah dan ibunya memarahinya dengan alasan...

"kamu kok ngepel gini sih, nggak ada bekasnya, yang bener dong kalau ngepel, ini masih nggak bersih, cuma begini aja nggak becus", ibu fin mengoceh saat fin sudah menyelesaikan pel rumah.

Padahal jelas-jelas lantai sudah bersih..

Ibu fin mempunyai karakter berbicara dengan nada tinggi dan kata berbicara yang tidak mengenakan hati, ibu fin lebih memilih berbicara dengan menyindir dibandingkan menanyakan hal yang menang harus dijelaskan.

(kalian kebayangkan, ibu-ibu yang biasa menyindir itu lebih judes dan tidak mengenakan hati kata-katanya. Ternyata itu tidak hanya dirasakan oleh fin, tapi dari keluarga besar ibunya pun berbicara tentang ibunya seperti itu)

Next yaaa!!!

Tak ada kebahagiaan dimasa kecil

Fin memang mempunyai satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki, tapi hanya fin yang diperlakukan kasar oleh ibunya, entah fisik maupun perkataan.

Di umurnya yang ke 5 tahun fin tidak pernah merasakan dunia anak-anak yang ceria dan penuh bermain, sedari kecil teman-teman fin pun enggan mengajaknya bermain, lantaran ketika mereka akan mengajaknya bermain, orang tua fin selalu berbohong mengatakan jika fin masih tidur, padahal saat itu fin tau teman-temannya datang untuk mengajak main, ia hanya bisa mengintip dari dalam jendela rumahnya, dengan muka memelas.

Kenapa orang tuanya, terutama ibunya melakukan seperti itu? Yang fin tau hanyalah, saat hari minggu waktunya bermain, ia dituntut untuk membereskan rumah dan menjaga warung seharian.

Saat fin memberontak untuk mendapatkan izin bermain, ibunya selalu mengancam jika fin ingin bermain tidak boleh kembali lagi kerumah.

Diumur yang belia ini, fin merasa terbebani, bagaimana tidak, ia harus mengikuti semua omongan ibunya tanpa terkecuali, dan sering kali saat tidak sesuai keinginan ibunya, dengan lantang ibu menyumpah serapah ke anak perempuan satu-satunya itu, seperti..

"anak durhaka"...
"anak nggak ada gunanya"...
"nggak becuss"...
"mati aja lu sana"...

Dan masih banyak lainnya.

Peran ayah dihidup fin

Ayah untuk seorang anak perempuan adalah cinta pertamanya

Ayah untuk seorang anak perempuan adalah pelindungnya

Ayah untuk seorang anak perempuan adalah pendukungnya

Dan ayah untuk seorang anak perempuan adalah super hironya

Itupun yang dirasakan fin saat masih kecil, namun saat meranjak dewasa, fin tidak lagi merasakan peran seorang ayah untuk anak perempuannya. Yang fin tau, hidup ayahpun dikuasai oleh ibu. Ayah fin cenderung lemah untuk menghadapi ibunya.

Itu yang menjadikannya fin merasa hidup sendirian. Walau secara raga fin hidup bersama keluarga. Untuk kamu yang baca pernahkah  merasakan hal seperti fin? Semoga kamu dikuatkan ya...

Bagi orang dewasa meluapkan amarahnya terhadap anak atas kehendak yang tidak sesuai dengan ekspetasinya mungkin hal biasa, tapi pernahkah memikirkan perasaan anak??

Pernahkah memikirkan psikologis anak...

Hanya butuh 1 menit untuk memarahinya, tapi untuk seorang anak yang dimarahi oleh orang tuanya butuh puluhan tahun untuk menyembuhkannya.

Jadi jangan mempelampiaskan amarah terhadap hal sepele yang bisa diselesaikan tanpa amarah ya.

Lebih memilih mengurung diri

Masih banyak orang tua yang pikiran kuno dan kolot. Banyak orang tua yang tidak bisa memposisikan dirinya sebagai orang tua dan teman sekaligus untuk anaknya.

Para orang tua berpikir, anak hanyalah anak yang harus taat dan patuh dengan orang tuanya, jika tidak sesuai dengan kehendak orang tua, banyak dari mereka melabeli anaknya pembangkang dan durhaka.

Sikap seperti itu yang membuat kebanyakan jehdjgoan anak dan orang tua seperti ada pembatas dan jarak yang sangat jauh. Banyak anak mengurungkan diri untuk terbuka kepada orang tuanya sendiri.

Finestasya, anak satu-satunya perempuan dikeluarganya, sedari kecil ia dikenal sebagai anak perempuan yang pendiam. Ia mempunyai sebab dan alasan melakukan itu, bahkan tak hanya menjadi pemurung dan penyendiri, berkali-kali fin pun mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Bukan berarti fin tidak berusaha untuk merubah keadaannya. Tapi sudah berbagai cara fin ingin merubah keadaan antara dia dengan ibunya. Nyatanya sampai saat ini fin belum berhasil.

Yang paling berkuasa dirumahnya adalah ibunya sendiri. Kalau memang sudah watak sulit untuk merubahnya, yang bisa dilakukan fin hanyalah menyendiri, menarik kehidupannya dari keluarganya sendiri.

Ia merasa sekeras apapun ia berusaha terbuka dengan ibunya, ia tak pernah merasakan kenyamanan.

Tapi percayalah, bagi kamu yang merasakan gak yang sana dengan kehidupan fin, jangan pernah putus asa. Cari hal-hal yang membuatmu bahagia, cari kegiatan yang membuatmu bisa berkembang, jangan lupa baca buku pengembangan diri, itulah yang akan membantu untuk mengubah sudut pandang dan membantu keluar dari pikiran yang rumit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perempuan si "PENYENDIRI" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang