17.30 WIB
Terlihat seorang anak lelaki duduk termenung di depan rumah sederhana nya, umur nya bahkan belum menginjak 10 tahun. Hidup hanya dengan sang kakak membuat nya di liputi rasa tak enak di umur nya yang baru menginjak 4 tahun. Sejak ia berumur 2 tahun hanya sang kakak yang menemani nya, sang kakak yang bertanggung jawab atas nya. Ia tak mau merepot kan sang kakak, tapi apa yang bisa di lakukan bocah berumur 4 tahun ? tidak ada.
Hari sudah semakin gelap, batin nya terus menerus mengucapkan nama sang kakak, berharap cemas apa yang sedang terjadi dengan kakak nya sehingga belum pulang sampai sekarang. Hawa dingin menusuk baju tipis nya, otak nya tak berhenti berpikir apa yang sedang kakak nya lakukan sekarang, sampai sebuah suara yang sangat ia kenal dan tunggu tunggu mencapai indra pendengaran nya.
"Kevin? knp di luar?," Seorang gadis tersenyum dan memeluk tubuh mungil sang adik, mengusap pelan tangan kecil milik adik nya. Ia pasti kedingin an sekarang, batin sang kakak bersalah. "Kak Aretha dari mana aja?, Kevin khawatir." Terlihat wajah sang adik yang berkaca kaca.
"Sutt, tadi abis dari rumah temen, eitss gk boleh nangis. Udh janji kan?? ayo masuk, kakak bawa makanan buat makan malam," Aretha mengendong Kevin dan memasuki rumah sederhana yang berada di pingir jalan setapak tersebut tanpa ia tau, seseorang sedang memperhatikan nya sedari tadi sambil mengulas senyum kecil.
***
Hari sudah menunjukan pukul 22.30 WIB. Aretha masih sibuk dengan tugas sekolah nya, entah kerasukan jin dari mana tiba-tiba guru nya memajukan jadwal deadline tugas nya menjadi besok pagi. Aretha masih harus menyalin beberapa kalimat yang ada di buku. Ia meregangkan otot nya sejenak, sangat lelah karena ia sudah berkutat dengan meja belajar nya dari pukul 8 malam tadi. Melirik sedikit adik nya yang sedang tertidur dengan lucu nya. Terkekeh pelan mengingat sang adik yang mengkhawatirkan nya beberapa saat lalu.
Mendongak dan mengecek jam yang ada di atas dinding, merapikan meja belajar nya dan bersiap untuk tidur, ia akan melanjutkan nya besok pagi dan sekarang ia butuh tidur. Rasa kantuk mulai melanda nya, di iring i dengkuran halus Aretha tertidur dengan pulas bersiap mengisi tenaga untuk hari esok yang sudah menyapa.
Hari ini hari Kamis, tak ada yang istimewa dari hari Kamis. Hanya hari yang membosankan karena mapel pagi ini harus di isi dengan colotehan pak renan selaku guru bahasa jawa yang ada di Sma Bintara. Disiplin dan tegas adalah ciri khas nya, telat satu menit saja sudah di pastikan ia tak akan selamat dari amarah nya. Namun, seperti nya tuhan sedang tak memihak Aretha pagi ini. Ia tertidur dan lupa untuk bangun, jadilah ia dan Kevin terlambat untuk bersekolah. Dan yang menjadi masalah terbesar nya ialah, tugas yang kemarin ia kerjakan sampai begadang tiba-tiba tak ada di tas nya. Double Kill sudah hukuman nya hari ini.
Aretha mengehela nafas pasrah, ia sekarang berada di gudang perpustakaan dengan buku-buku yang berserakan kemana mana. Debu dan sarang laba-laba menjadi hiasan gudang tersebut dan jangan lupakan minim cahaya yang membuat kesan menyeramkan pada gudang tersebut. Hukuman nya kali ini tak main-main seperti nya, ia di haruskan membereskan gudang perpustakaan dan di lanjut membersihkan Lab IPA gedung dua? bahkan seminggu yang lalu lab tersebut hampir terbakar karena penemuan teman satu kelas nya yang gila.
Ia teringat pesan pak renan tempo waktu lalu, bahwa ia tak sendirian membereskan semua ini, lalu siapa yang akan membantu nya? pintu gudang tersebut terbuka dan menampilakan sosok lelaki yang begitu Aretha kenal. Termenung sebentar karena Aretha begitu terkejut melihat Vano -Lelaki tersebut- ada di gudang bersama nya. Terlihat lebih segar dan errr sexy? Vano melangkah kan kaki nya mendekai Aretha.
"Udh lama? gue di suruh bantuin l beresin gudang sama lab IPA atas." Vano mengeryitkan dahi nya melihat Aretha hanya diam tak berkedip menatap kehadiran Vano. "Hallo?? ngelamun mikirin apa lo? nga lagi mikirin wajah gue yang super ganteng ini kan?," Terkekeh kecil saat melihat semburat warna merah yang ada di pipi Aretha. Terciduk sudah ia sedang memikiran Vano saat ini. Berjalan kikuk dan menjauh dari Vano.
Vano berkeliling, menatap sekitar gudang tersebut, tak terlalu besar ataupun kecil, banyak buku-buku berserakan di mana-mana, Kebanyakan buku yang sudah usang atau tak terpakai. Melihat nya dengan detail Vano menemukan satu buku yang mencuri perhatian nya, buku sederhana bersampulkan warna hijau tosca tapi tak terlalu terlihat karena debu yang memenuhi buku tersebut.
"Tentang ada dan tiada," Bergumam pelan membaca kalimat yang berada di sampul buku tersebut, membuka halaman pertama dan kosong tidak ada apa apa begitupun halaman selanjut nya, buku ini terlihat seperti buku diary pada umum nya, tapi mengapa ada di gudang perpustakaan Sma ini? mungkin punya salah satu siswa yang tertinggal di sini, fikir Vano dan ia sudah berada pada halaman akhir. Terdapat kalimat singkat di ujung buku tersebut.
"Aku tentang ada dan tiada, aku bersifat mengikat dan virtual. Aku ada saat kalian dalam kesusahan tapi aku tak ada saat kalian sedang bahagia. Aku tentang ada dan tiada," Vano mengeryit tentang apa yang sedang ia baca barusan. Buku tersebut di rebut oleh Aretha. Menatap buku tersebut lamat lamat dan membaca ulang kalimat yang ada di ujung buku. "Apa maksud nya?," Aretha melihat ke arah Vano yang hanya mengedihkan bahu nya acuh, ia lebih memilih mencari-cari buku yang menurut nya menarik.
Aretha ikut melihat buku-buku yang ada di sana, mendongak sedikit ke atas dan terlihat banyak tumpukan buku yang sudah berdebu, berjinjit sedikit agar bisa meraih buku tersebut. "Awass!!," Vano menarik Aretha dan memeluk nya agar tidak terkena buku yang berjatuhan menimpa tubuh Vano. "Lo gk papa?," Terlihat jelas wajah khawatir di muka Aretha, Vano hanya mengangguk dan melapaskan pelukan mereka. "Hati-hati." Ucap Vano singkat.
"Ini udah agak bersih, lanjut lab ipa aja. Takut keburu malem," Aretha mengangguk dan mengikuti Vano dari belakang. Lorong kelas 12 terlihat sepi dan sudah tak ada siswa yang tinggal untuk sedekar numpang wifi atau mengerjakan tugas. Lab ipa berada di paling pojo dekat dengan lorong kelas 12.
Vano mendorong pintu lab tersebut dengan pelan. Gelap, kesan pertama saat memasuki lab tersebut, agak berantakan juga minim cahaya karena terdapat di sudut lorong. Mereka mulai beres beres hampir lupa bahwa hari sudah semakin malam. Jam menunjukan pukul 6 sore, Aretha maupun Vano memilih beristirahat terlebih dahulu, karena lampu di lab ipa memang remang remang Vano memilih menghidupkan senter di hanpone nya. "Cape?," Vano menengok ke arah Aretha dan di angguk i oleh nya.
"Lo punya adek?," Aretha mengeryit heran, dari mana Vano tau bahwa iya punya adik?. "Iya punya, knp?." Vano hanya menggeleng pelan, "Gue juga punya, perempuan." Vano tersenyum kecil menatap lurus di depan. "Wah? kok kemarin aku ke apart kamu nga ada?, umur berapa dia? siapa tau mau aku ajak main." Senyum Vano luntur seketika. "Sama kaya lo umur nya, dia tinggal sama bunda nya."
Aretha terlihat bingung. "Terus knp kamu tinggal di apart?," Vano mengehela nafas pelan, "Kepengen aja. Ayo pulang keburu malem," Vano berdiri di ikuti Aretha di belakang nya.
"Gue anter pulang, gk ada penolakan. Udh malem gk baik," Aretha hanya dapat menurut dan masuk ke dalam mobil Vano, terlihat ada seorang gadis yang sedang bercengkrama dengan seorang anak kecil. Aretha keluar dan dengan langkah kecil nya menuju dua orang tersebut dengan tersenyum kecil. Terlihat Vano yang memperhatikan gadis tersebut dengan tatapan sulit di artikan.
"Aretha lo kmna aja? Kevin nyariin lo dari tadi sampe ke rumah gue anjir," Terlihat gadis tersebut mendelik tajam menatap Aretha dan di jawab dengan kekehan sementara. "Jalanin hukuman, aku pulang juga di anter temen, tuh. Vano sini ! !" Aretha mengibaskan tangan nya agar Vano mendekat.
Tatapan Vano terus menuju gadis yang ada di sebelah Aretha. "Ini Vano yang udah bantuin aku tadi," Keiza -Gadis tersebut- menatap Vano lamat lamat dan menghembuskan nafas pelan. "Gue pulang dulu tha, Jaga in Kevin." Keiza melangkah kan kaki nya menjauh dari rumah Aretha, dan saat perpapasan dengan Vano ia tersenyum kecil, menepuk pundak laki-laki tersebut pelan dan berjalan menjauh.
"Masih sama kaya 1 tahun yang lalu." - Keiza
"Sorry," - Vano
KAMU SEDANG MEMBACA
Cake & Coffe
Teen FictionAretha seorang perempuan pencinta Blue dan hal hal yang berbau manis seperti cake. Berbanding terbalik dengan Vano, seorang lelaki yang menyukai warna mononton dan hal hal yang pahit seperti coffe. - - Jgn jd pembaca gelap! - Don't copy my story! ...