PART 1

2.7K 290 1K
                                    

Hallo semua ...

Gimana kabar kalian?

Semoga kalian gak bosan ya buat baca cerita-cerita saya hehe. Dan gak bosan juga buat meramaikan sekaligus ngerekomendasiin ke teman-teman kalian.

Ajak anak Wattpad lainnya buat baca cerita seru ini.😁

Target kita 1Rb coment untuk part ini. Setelah itu baru kita lanjut part berikutnya

***

(Revisi setelah end)


“Di balik sebuah teka-teki, ada kebenaran yang menunggu untuk ditemukan.”

2019

“Selamat pagi, sayang. Sarapannya udah siap nih. Ayok bangun.” Satu kecupan mesra mendarat di pipi Diana.

Diana menggeliat. “Masih ngantuk sayang.” Ia kemudian menarik selimut menutupi seluruh wajahnya. “Tidur bentar lagi ya.”

“Udah pagi. Atau mau dilanjutin yang semalam? Gimana?” Al-Barra terkekeh. Tingkah istrinya memang selalu menggelitik baginya. Meskipun umur mereka hanya terpaut setahun, tapi Al-Barra merasa Diana adalah anak kecil yang harus dimanja setiap waktu.

Seperti pagi ini, selagi ia di rumah, Al-Barra yang menyiapkan sarapan. Bahkan sebelum itu telah mencuci piring kotor, menyapu dan mengepel semua sudut apartemen tempat mereka tinggal.

“Sayang ih, udah pagi. Nanti malam aja.” Diana membuka selimutnya segera. Takut Al-Barra kembali menerkamnya seperti semalam. “Yaaang.” Kedua tangannya ia rentangkan. Kode agar Al-Barra mau menggendongnya. Tubuh kekar Al-Barra tentu saja tidak akan keberatan hanya menggendong Diana yang badannya lumayan mungil.

Al-Barra pun menggendong Diana keluar kamar. Didudukannya di sofa, depan TV. Tidak lupa ia kembali lagi ke dalam kamar mengambil nampan yang di atasnya ada segelas susu dan dua potong roti dengan selai kacang kesukaan istrinya itu.

Diana meraih remot Tv di atas meja dan mengganti-ganti siaran, mencari tayangan yang menurutnya menarik, seperti gosip selebritis. Al-Barra duduk di sampingnya. 

“Suapin, Yang.” Mata bulat Diana berkedip-kedip di hadapan Al-Barra. Seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan kepada ibunya. Diana benar-benar ingin bermanja-manja sebelum suaminya mendapat tugas ke luar kota dan meninggalkannya dalam waktu yang lama. Risiko menjadi istri seorang agen sudah menjadi bagian hidupnya.

“Stop! Stop! Bentar.” Al-Barra menahan tangan Diana yang hendak mengganti siaran berikutnya. Lelaki itu kemudian fokus melihat tayangan di layar 43 inci tersebut. Di sana menampilkan pemandangan para mahasiswa yang sedang mendemo di depan gedung kepresidenan. Mereka hendak menggulingkan presiden yang sedang menjabat di Republik Sembeleng Raya, negara dengan penduduk 50 juta jiwa yang sedang tidak stabil dalam beberapa waktu terakhir.

“Sayaaaang!” Diana mengagetkan suaminya yang sedang terpaku. “Negara kita akan kembali baik-baik saja, ‘kan?” tanya Diana dengan raut khawatir di wajahnya.

“Sejauh ini belum ada kendala. Semoga masih bisa terkendali. Kota Udungo tempat kita tinggal sekarang, meskipun kota kecil tapi cukup aman.”

MR. ALDO : SECRETS IN THE SHADOWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang