Hallo ...
Apa kabar kalian nih?Masih nunggu kelanjutan cerita ini kan?
Sebelum lanjut, coba deh SS bagian cover cerita ini terus share/rekomendasiin di SW kamu. Bantu author buat nyebarin cerita ini ke semakin banyak pembaca.
Target kita seperti biasa ya, 1RB comment.
Yuk kita masuk ke ceritanya.
***
(Revisi setelah end)
“Penyelidikan adalah permainan catur. Di mana setiap langkah harus diperhitungkan.”
2021
Al-Barra masih duduk di sofa, matanya terfokus pada koran di tangannya. Berita tentang pembunuhan seorang guru di SMA Orchid memicu kenangan pahit yang selama ini berusaha ia lupakan. Tangan Al-Barra mulai gemetar, amarah menyala di matanya. Dengan satu gerakan cepat, ia meremas koran itu hingga berbentuk bola kusut.
Setelah menghabiskan susu dalam sekali teguk, Al-Barra langsung berdiri dan bergerak cepat ke kamar. Dalam hitungan detik, ia sudah berganti pakaian. Jaket kulit hitam yang membalut tubuh atletisnya menegaskan kesiapan untuk bertindak. Dia melirik sekilas ke arah foto Diana di meja, kemudian menghela napas panjang. "Aku kini akan menemukannya, Diana," gumamnya, sebelum keluar dari apartemen. Sudah dua tahun setelah kepergian istrinya, Al-Barra belum bisa menemukan jejak pelaku pembunuhan terhadap istrinya. Ia yakin, si pelaku ini bukan pembunuh amatiran.
Dengan gerakan cepat dan terlatih, Al-Barra menuruni tangga menuju basement. Di sana, motornya yang hitam mengkilap menunggu, tampak seperti bayangan dalam kegelapan. Tanpa membuang waktu, ia mengayunkan tubuhnya ke atas motor, menyalakan mesin dengan sekali sentuhan. Suara mesin yang menderu menyatu dengan udara pagi yang dingin dan lembab, memberikan sensasi segar yang menyelinap di antara jaket kulitnya.
Al-Barra melesat keluar, angin yang menusuk kulitnya semakin meningkatkan semangatnya. Setiap deru mesin motor membawanya lebih dekat ke tempat di mana kehidupannya yang sebenarnya dimulai—NIA. Di balik tabir, NIA, atau National Intelligence Agency, berdiri sebagai bayangan rahasia negara. Hanya segelintir orang yang tahu keberadaannya, bahkan presiden pun tidak.
Para petinggi militer yang menginisiasi organisasi tersembunyi ini memilih anggota dari para pasukan berprestasi dari berbagai batalyon. Markas mereka tersembunyi di bawah sebuah mall mewah di pusat kota, bentuk kamuflase sempurna untuk operasi mereka yang berisiko tinggi. Al-Barra memasuki area parkir basement, melaju ke sisi kanan yang tersembunyi dari pandangan umum.
Setelah mematikan mesin, dia turun dari motornya dan berjalan cepat menuju lift khusus. Hanya agen NIA yang tahu kode rahasia untuk mengakses lift ini. Perjalanan lift ke bawah tanah terasa lebih lama dari biasanya, menambah ketegangan yang menggantung di udara.
Ketika pintu terbuka, Al-Barra langsung disambut oleh rekan-rekannya yang mengangguk hormat, mata mereka memancarkan rasa kagum. Di NIA, Al-Barra dikenal sebagai agen terfavorit dan disegani. Kepemimpinannya dan keahlian dalam menjalankan misi membuatnya menjadi panutan bagi agen-agen lain. Namun, hari ini dia tidak datang untuk memimpin misi; dia datang dengan tujuan yang sangat pribadi.
NIA bukanlah sekadar badan intelijen biasa; ia adalah jantung dari segala operasi rahasia yang melibatkan Republik Sembeleng Raya. Di dalam markas yang tersembunyi ini, segala sesuatu dirancang untuk efisiensi dan kerahasiaan maksimal. Dinding-dinding koridor berwarna kelabu berhiaskan panel-panel canggih yang menampilkan peta satelit dan data intelijen real-time. Kamera-kamera pengawas yang tersembunyi di setiap sudut memantau setiap gerakan dengan teliti.
Ruangan-ruangan di NIA dipenuhi dengan peralatan canggih yang tidak pernah dibayangkan oleh kebanyakan orang. Alat-alat penyadap dengan teknologi terbaru, drone mini yang bisa terbang tanpa suara dan dilengkapi kamera resolusi tinggi, serta senjata-senjata prototipe yang belum pernah dipublikasikan. Di laboratorium, para ilmuwan bekerja dengan mikroskop elektron dan komputer super cepat, mengembangkan teknologi yang dapat membuat misi mereka lebih efisien dan aman.
Al-Barra melangkah melewati area latihan yang lengkap dengan simulator virtual reality yang realistis, di mana agen-agen muda berlatih dalam skenario berbahaya yang mensimulasikan kondisi nyata. Di ruang brifing, layar besar memancarkan cahaya biru, menampilkan rincian misi-misi yang akan datang. Semua ini dirancang untuk satu tujuan: melindungi negara dari ancaman yang tidak terlihat oleh publik.
Dengan tenang, Al-Barra akhirnya tiba di depan pintu kantor Sir David. Pintu berat itu terbuka dengan mudah, menampakkan ruangan yang elegan, dipenuhi dengan layar monitor dan peta strategis yang menutupi dinding. Sir David, dengan rambut yang mulai memutih dan mata tajam, duduk di belakang meja besar, siap mendengar laporan dari agen terbaiknya.
“Pagi, Sir,” sapa Al-Barra dengan suara tegas.
“Pagi, Al-Barra,” balas Sir David, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Apa yang membawamu ke sini hari ini?”
"Aku butuh perpanjangan liburan, Sir," ujar Al-Barra tegas. "Tiga bulan. Aku harus menelusuri kasus pembunuhan di SMA Orchid."
Sir David mengernyit, mengamati Al-Barra dengan seksama. "Kenapa? Itu bisa ditangani kepolisian." Ia juga sudah mendengar berita meninggalnya guru SMA tersebut.
"Kasus ini mirip dengan pembunuhan Diana," jawab Al-Barra, suaranya penuh dengan ketegangan yang terpendam. "Ada pola yang sama, dan aku tidak bisa mengabaikannya. Aku harus menemukan siapa yang bertanggung jawab. Aku yakin mereka terkait."
Sir David terdiam sejenak, mempertimbangkan permintaan Al-Barra. Dia tahu betapa dalamnya luka yang ditinggalkan oleh kematian Diana pada agen terbaiknya ini. Dan dia juga tahu, jika ada yang bisa mengungkap kebenaran di balik kasus tersebut, itu adalah Al-Barra.
"Baiklah, Barra," kata Sir David akhirnya. "Aku akan memberikanmu tiga bulan. Tapi, tetap jaga komunikasi dengan NIA. Jangan bertindak gegabah."
"Terima kasih, Sir." Al-Barra mengangguk, rasa lega sedikit meredakan ketegangannya. "Aku tidak akan mengecewakanmu."
Dengan persetujuan itu, Al-Barra merasa mendapat dorongan baru. Masa liburannya kini bukan lagi untuk beristirahat, tapi untuk mencari keadilan bagi Diana, dan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi yang menderita seperti yang ia rasakan. Misinya belum selesai, dan dia tidak akan berhenti sampai menemukan jawaban.
Sebelum Al-Barra bangkit dari kursinya tiba-tiba datang dari balik pintu seorang wanita bertubuh semampai dengan beberapa berkas di tangannya. “Maaf, mengganggu,” ucapnya ketika sadar kalau di dalam ruangan ada Al-Barra yang sedang mengobrol dengan Sir David.
“Tidak mengapa, Nuri. Ada apa?” tanya Sir David.
“Barusan saya diberi laporan dari divisi pengumpulan informasi kalau Draco terlacak. Dia sempat terlihat berada di sekitar SMA Orchid dengan seorang anak Perempuan. Diduga itu adalah anaknya yang bersekolah di sana.” Nuri menyodorkan berkas dan foto-foto terkait. Draco adalah seorang gembong narkoba yang sedang mereka kejar dalam beberapa waktu terakhir.
Sir David memperhatikan dengan jelas foto yang terlihat dari kejauhan, wajah si anak tidak tertangkap kamera, tetapi dari ciri-cirinya, pria yang bersama anak tersebut adalah Draco. Sir David kemudian menatap Al-Barra. Tanpa berbicara pun, Al-Barra sudah tahu apa maksudnya. Selain menelusuri kasus istrinya, kini ia juga mendapatkan tugas tambahan mencari jejak Draco.
***
Makin seru aja nih. Jangan bosan buat meramaikan cerita ini ya. Semakin aktif pembaca, maka cerita ini semakin cepat updatenya.
Follow, vote dan comment ya.
Spam "NEXT" di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ALDO : SECRETS IN THE SHADOWS
Mystery / ThrillerSIMPAN DI PERPUS BIAR DAPAT INFO UPDATE. *** Pada gelap malam, di antara bayangan yang merayap, ia bersembunyi, salah satu dari penjaga kebenaran yang tak terlihat. Di bawah cahaya bulan yang redup, ia melintasi batas antara cahaya dan kegelapan, me...