Rhea berjalan dengan kaki jenjang yang dibalut sepatu hak tinggi berwarna merah menyala. Sepatu indah yang semakin mempertegas pesonanya. Semua mata mulai menatap ke arah tubuhnya. Baiklah, Rhea sudah terbiasa mendapatkan perhatian ini. tatapan yang seakan haus akan sentuhan tangannya.
Dengan gaun seksi berpotongan rendah, Rhea menundukkan dirinya. Duduk tepat di pangkuan seorang pria yang sudah lama dia incar. Menempatkan tubuhnya sedekat mungkin dengan pria itu. Bahkan menempelkan seluruh dirinya seakan memang dia menyerahkan apapun yang dia miliki. Menggerakkan pinggulnya pelan seperti sedang menggoda pria itu. Seorang pria yang tidak akan Rhea sebutkan namanya.
Bukankah menaklukkan pria memang terlalu mudah?
Bagaimana mungkin masih ada yang membanggakan kekuatan mereka ketika hanya dengan sekali senyuman, Rhea bisa mendapatkan apa yang dia mau.
Bibir yang dipoles dengan lipstik merah terlihat semakin menggoda ketika sedang tersenyum.
Rhea mendaratkan sebuah kecupan singkat ke arah rahang pria itu. Mengirimkan getaran menggoda yang tentu saja tidak akan bisa ditolak dengan mudah.
Selanjutnya dengan jelas Rhea merasakan ada tangan yang menyusuri pahanya. Terus naik dan bergerak dengan pelan. Mengusapnya naik turun.
Lina mengatakan jika pria ini akan sulit dia dapatkan.
Itu pendapat yang salah.. Rhea hanya butuh dua minggu hingga pria ini terus melemparkan tatapan haus kepadanya. Lalu satu bulan untuk membuat semuanya semakin lancar. Membuat semuanya bisa dia kendalikan hanya lewat senyuman dan gerakan tangannya.
Oh, seorang pria memang sangat mudah ditaklukkan karena mereka terlalu bodoh. Mereka hanya memikirkan kepuasan duniawi. Tidak masalah, bukankah karena hal itulah Rhea berada di tempat ini? Memuaskan segala kehausan.
“Kamu datang terlambat, sayang”
Bisikan itu terdengar jelas di telinga Rhea. Membuat dirinya meremang sejenak.
Bagaimanapun juga dia tetap seorang jalang. Tidak ada yang bisa menutupi fakta itu. Tubuhnya juga bergetar seakan menginginkan sentuhan lebih.
“Aku mungkin terlalu lama memilih gaun malam ini” Jawab Rhea.
Tangannya yang dihiasi dengan cat kuku berwarna merah mendarat tepat di dada bidang pria itu. Membuat gerakan pelan untuk mengusapnya naik turun. Membelai dengan tepat seakan dia memang sudah mengerti setiap hal yang harus dia lakukan. Menyentuh setiap titik sensitif.
Rhea tahu.. seorang pria tidak pernah bisa menahan ini semua. Mereka manusia dengan berjuta kelemahan tapi terus menunjukkan kekuatan di depan yang lain.
“Padahal kamu tahu, kamu tidak membutuhkan itu malam ini”
Sedikit mengerang ketika rasa geli menguasai dirinya. Tangan besar yang kasar itu mendarat tepat di punggungnya yang terbuka. Mengusapnya dengan pelan. Rhea sadar jika bukan hanya pria itu yang terbakar, dirinya yang menyulut api juga bisa ikut terseret jika tidak hati-hati.
Rhea kembali tersenyum. Menjatuhkan kecupannya di pipi pria itu.
Musik semakin mengalun keras. Biasanya dia bisa menari di atas lantai dansa, tapi mungkin tidak malam ini. Ada misi penting yang harus segera dituntaskan.
“Bagaimana jika kita langsung ke ruanganku saja?” Tanya Rhea sambil kembali memberikan kecupan di rahang pria itu.
Tentu saja tidak akan ada laki-laki yang menolak sulutan api Rhea. Dengan cepat pria itu tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
***
Rhea tersenyum manis ketika di hadapannya ada seorang pria yang sedang terikat. Duduk di atas kursi yang terus berguncang sejak beberapa menit lalu. Pria ini, dia berusaha melepaskan diri dari ikatan itu? Oh, tentu tidak akan Rhea biarkan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirty Sinner
Mystery / ThrillerRhea menggerakkan tangannya dengan perlahan. Menyentuh dada bidang milik Darel. Pria yang sedang berada di depannya itu tersenyum samar. Rhea balas tersenyum, menggerakkan bibirnya dengan sensual sambil menatap tepat di mata tajam milik pria itu. Na...