Perkara nama kontak bunda Kia yang Love namai 'camer', Love jadi bertambah dua kali lipat takut bertemu Gathan. Jika dirasa Gathan ada di radius sepuluh meter darinya, Love akan langsung lari, sembunyi, atau apapun yang penting Gathan tidak melihatnya.
Dua hari ini Love selamat, dia berhasil kabur kaburan dari Gathan. Tapi hari ketiga dia tidak beruntung. Dengan sekonyong konyong Gathan yang ingin sekali dia hindari malah datang ke mejanya bersama Bian dan Nevan ingin bergabung. Katanya karena bangku kantin sudah terisi penuh dan hanya meja Love dan Mela saja tersisa.
"Diet Love? Kalau ngga lo makan kasi ini peliharaan Gue aja," kata Nevan memaksudkan Bian sebagai anjingnya.
Love menggeleng pelan.
"Iya aduk aja terus itu nasi sampe jadi bubur." Kali ini Mela yang berbicara setelah tidak tahan melihat Love yang terus terusan diam mengaduk aduk makanan tanpa ada niat untuk memakannya.
"Emang bisa gitu?" Tanya Bian.
Nevan memukul kepala Bian dengan sendoknya. "Ya enggak lah Mujidin, lo kalau mau tolol setengah setengah kenapa. Gini nih waktu kecil minumnya asi tetangga bukan asi ibuknya."
"Ya maaf gue ngga punya ibu. Lo kan tau nyokap gue meninggal waktu ngelahirin gue." Bian sewot, ini Nevan sedang mengatainya anak yatim atau bagamana sih.
Cepat cepat Nevan sungkem meraih tangan Bian. "Astaghfirullah lupa, mohon maaf lahir dan batin ya Ian."
Bian menghempas jauh jauh tangan Nevan yang menyalaminya. Dia ngambek pokoknya.
Love menggeleng gelengkan kepala nya heran. Gelap sekali jokes Bian dan Nevan.
"Lo suka buang buang makanan ya." Yang diam saja akhirnya berbicara, Gathan.
Love tau ucapan itu untuknya tapi dia diam saja, bingung mau menyahut apa. Takut juga kalau tiba tiba Gathan menyungging kejadian tempo hari, tentang nama kontak bunda Kia.
"Pulang sekolah ikut gue," kata Gathan lagi.
Kali ini Love mendongak bertanya.
Satu tegukan terakhir es teh Gathan menjawab, "Kata camer lo, gue disuruh bawa lo ke rumah."
Meremat rok nya erat erat di bawah Meja, Love menahan diri untuk tidak mememukul Gathan saking kesalnya. Dia ini malu tidak bisakah cowok itu mengerti. Ada Mela, Bian, dan Jimi lagi di sini.
"Gils gils gils udah manggil camer aja. Susuk lo mantep juga Than, beli dimana? Nitip satu napa gue." Bian bertepuk tangan heboh.
Nevan menimpali, "Bukan susuk inimah tapi tikungan tajam disepertiga malam. Sampe semua musuh terkalahkan"
Kan Love jadi digodai seperti ini. Tidak seperti Love yang memerah malu, Gathan malah senyum senyum. Sudah pernah dia katakan belum kalau dia suka Love memerah karenanya.
"Percuma pake tikungan sepertiga malam, seperdua malam kalau ngga official."
Love melotot, disenggolnya lengan Mela tidak santai. "Lu apa apaan," katanya membuka mulut tanpa mengeluarkan suara.
"Ngga nyoba nyoba deh, insecure gue. Yang modelan kayak Orion aja ngga diterima apalagi gue," ujar Gathan sambil menatap Love lamat lamat. Dia menunggu respon cewek itu.
Mela langsung mencak mencak "Bener bener ya cowok. Aduh udah deh capek gue. Yuk Love balik ke kelas." Ditariknya Love meninggalkan kantin sebelum dia bernafsu mencakar Gathan.
"Cowok itu emang ngga pernah peka ya Love. Masak si Gathan ngga sadar lo demen sama dia. Kesel sendiri gue." Mela terus terusan mengomel sempanjang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero & Hundred (On Going)
Teen FictionTrilogi I : a Love Love si seratus sudah menyukai Gathan si nol besar sejak kelas satu secara diam diam. Yang Love lakukan selama menyukai Gathan hanya berani memandang cowok itu dari jauh dan mengirimi sarapan kotak bekal kuning setiap pagi di kolo...