8. Tentang hati

11 3 4
                                    

"Gathan, bunda ngga suka ya kamu bolos bolos gini. Bunda ngga pernah nuntut kamu supaya berprestasi di sekolah, tapi bukan berarti kamu bisa nakal kayak gini." Bunda Kia mengomel sejak Gathan pulang dari joging.

Gathan duduk dari rebahannya. "Iya bunda, apa ngga capek dari tadi ngomel terus."

Bunda Kia malah semakin geram. Bukan diam saat diceramahi malah menyaut saja. Dia jewer kuping kanan Gathan sampai anaknya itu mengaduh sakit. "Terus ya, terus aja ngejawab omongan bunda. Belum aja bunda masukin kamu lagi ke perut."

"Aduh jangan dong bunda. Udah ngga muat." Bunda semakin kencang menjewer. "Eh-eh iya bunda maaf, aduh sakit." Kedua telapak tangan Gathan dia satukan memohon ampun. Akhirnya bunda melepas jewerannya saat tiba tiba seseorang memencet bel rumah.

"Bukain pintu. Bunda mau siap siap ke toko." Bunda beranjak dari ranjang Gathan. Bunda Kia mempunyai toko perlengkapan baby. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, hanya sekitar sepuluh menit menggunakan sepeda motor. Itu toko yang bunda kelola sejak enam tahun belakangan. Sejak Gathan SMP dan mulai senang bermain di luar tidak pulang pulang. Bunda jadi merasa kesepian di rumah, apalagi papa Leo jarang sekali di rumah karena kesibukannya menjadi pilot.

Dengan malas Gathan menuruni tangga. Heran dengan orang yang bertamu, ini bahkan masih jam sembilan pagi. Apa tidak punya kerjaan di rumah. Dan benar saja yang dia temukan di depan pintu rumahnya memang dua orang tertidak punya kerjaan.

"Mau ngapain lo berdua ke sini?"

Nevan dan Bian menyelonong masuk. Nevan langsung selonjoran di karpet depan tv dan Bian menuju kulkas merampok makanan. Aktifitas rutin yang mereka lakukan saat ke rumah Gathan.

"Lo ngga asik bener Than. Bolos ngga ngajak ngajak." Bian bergabung dengan Nevan bersama hasil  jarahannya.

Nevan menyomot puding coklat. "Ngga setia kawan lo," katanya dengan mulut penuh.

"Loh Bian Nevan ngapain di sini? Kalian ikut ikutan bolos?" Tanya Bunda Kia yang sudah siap untuk pergi.

Nevan dan Bian nyengir. "Biar setia kawan tante, kita kan berpren," Nevan tos dengan Bian dan setelahnya saling merangkul.

Bunda Kia berdecak menggelengkan kepala. "Besok kalau bolos lagi kalian bertiga bunda hukum bersihin rumah ya." Ketiga cowok itu menggeleng cepat. Bisa encok encok mereka membersihkan rumah Gathan yang besarnya tidak kira kira. "itu pudingnya salah resep kemarin tante buat, masih enak ngga rasanya?"

"Enak banget tante. Puding buatan tante paling enak segayat raya," ujar Bian mengangkat dua jempolnya.

"Bisa aja kamu ngerayu tante. Yaudah tante tinggal ya, kalian jangan kelayapan pake baju sekolah," wanti Bunda dengan sorot mengancam.

Dengan manut Gathan, Bian, dan Nevan mengangguk. Sepeninggalan Bunda Kia ketiga cowok itu hanya bermalas malasan. Nevan bermain Game di ponsel, Bian terus mengunyah makanan dengan fokus menonton tv, dan Gathan yang membuat video untuk dia unggah.

"Lo ngapain tiba tiba bolos? Biasanya ada pemberitahuan." Nevan yang sudah lelah bermain game mulai berbicara. Kakinya menendang pantat Gathan pelan.

"Kepo," jawab Gathan dengan tidak mengalihkan matanya sedikitpun dari layar ponsel.

Bian menyahut, "lo habis keluar kan sama Lop?" Jari telunjuknya dia todongkan di depan wajah Gathan.

Gathan menepis telunjuk Bian. "Habis ngapain sih lo, tangan lo bau tai," katanya menutup hidung dengan menjauhkan badannya dari Bian. Dia tidak main main, jari Bian memang bau neraka.

Nevan tertawa puas. Bian menarik tangan lalu mengendus endus di sana. "Fitnah lo! Orang wangi gini tangan gue."

Nevan menghantam kepala Bian dengan bantal sofa, lalu menimpali, "bau terasi iya." Dimatikannya tv, dia akan mulai mengintrogasi Gathan. "Tapi emang bener Than lo habis keluar sama Love?" Lanjutnya.

Zero & Hundred (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang