3. Maybe NO

17 0 0
                                    


***

"Hum...iya," entah terkena sihir apa, Keyla mengiyakan ucapan Mark sebelumnya tentang ia adalah tunangannya. Ketika mengucapkan hal itu Keyla memandang wajah Mark yang tersenyum kepadanya setelah seringaian yang ia tunjukkan. Dan alhasil Keyla mengatakan sesuatu yang mungkin akan ia sesali nanti.

Hal itu dibuktikan dengan Keyla yang sekarang sedang merutuki dirinya atas apa yang ia ucapkan. Tidak hanya merutuki dirinya sendiri, ia pun merutuki Mark. Bagaimana bisa ia terlena dengan senyuman palsu yang Mark tunjukkan.

Damn!!

"Oh...jadi dia adalah wanita yang sering kau ceritakan?" tanya wanita paruh baya itu dengan sebuah senyuman mengembang di bibirnya yang dipoles kan lipstick berwarna merah marun. Setelahnya, wanita itu segera memeluk erat tubuh Keyla. Keyla yang tak menyangka akan mendapatkan sambutan seperti ini hanya bisa mematung.

"Kau sangat cantik sekali, pantas saja putraku ini langsung dimabuk cinta," ejeknya sambil melempar pandangan pada Mark yang hanya bisa tersenyum. Dan senyum itu lagi, senyum yang di mata Keyla bukanlah senyuman asli–lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. Entah kenapa walaupun itu hanyalah sebuah senyuman yang dipaksakan, senyum yang Mark miliki terasa sangat manis.

"Masuklah, akan ku buatkan minuman."

"Itu tidak perlu, mom," tolaknya.

"Why?"

"Aku akan mengajaknya ke kamarku," Keyla yang mendengarnya langsung menganga, dan otaknya segera ber-negativ thingking. Bagaimana tidak? Apalan pertama; untuk apa Mark mengajaknya ke kamar padahal  mereka baru kenal. Dan kedua; Keyla bukan tunangan Mark, itu adalah kesalahan saat ia mengiyakan ucapan Mark.

"Ouh! Padahal mommy ingin bicara dengan calon menantu mommy. Tapi tidak apa, mommy mengerti keinginan anak muda jaman sekarang," dan Keyla semakin berpikiran aneh setelah mendengar apa yang dikatakan wanita paruh baya ini. Ingin rasanya ia berlari keluar dari rumah dan melarikan diri lelaki yang aneh sekaligus menyebalkan. Apakah ia tidak punya sopan santun mengajak wanita yang bukan siapa-siapanya dengan paksa seperti ini. Ditambah lagi ia mengambil ciuman pertama Keyla. Memikirkan kejadian tadi saja membuat otaknya mendidih.

Keyla tak habis pikir bisa berurusan dengan lelaki yang sekarang masih tersenyum kepada mommy-nya.

Mark melepaskan senyumannya lalu mengatakan sesuatu yang ambigu. "Apa kau ingin bermain denganku, baby." Uh oh, telapak tangan Keyla hampir menampar pipi Mark jika saja ia tak bisa menahan diri, sebab ada Marissa–ibu dari Mark–yang masih setia berdiri didepannya.

"Aku ingin pul–"

Sebelum Keyla menyelesaikan perkataan yang ingin ia katakan tubuhnya terasa melayang karena Mark yang segera mengendong dirinya layaknya seorang putri. "Turunkan!" Kedua tangannya memukul-mukul dada bidang Mark sekuat tenaga dan menggerakkan tubuhnya agar diturunkan. Mark tetap santai membawa Keyla ke kamarnya seperti tak merasakan pukulan keras yang ia terima.

"Diamlah, sayang....nanti kau bisa jatuh jika terus bergerak seperti ini," ucapnya dengan tawa kecil yang membuat Keyla lebih mendidih.

"Tolong buka pintunya."

"Buka sendiri!"

"Kau ingin ku jatuhkan?"

"Jatuhkan jika bisa."

Bruuk...

Tepat satu detik setelah apa yang terakhir ia katakan, tubuhnya terjatuh dan kepalanya mendarat lebih dulu daripada bagian tubuhnya yang ia. Rasa pening mulai menjalar ke seluruh kepalanya, Keyla memegang kepalanya sambil meng-aduh. Mark pasti sengaja melakukan hal ini. Dengan baik hati ia mengendong Keyla, namun pada akhirnya ia dijatuhkan seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Billionaire's Prince [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang