Aruna

1 0 0
                                    

           Siluet itu semakin jelas saat mentari mulai tenggelam perlahan di ufuk barat. Tatapan teduh yang senada dengan semilirnya hembusan angin membuat Reina semakin terpaku dibuatnya. Entah, sudah berapa tahun lamanya ia begitu mengagumi sosok itu. Orang yang dulu ditemuinya lewat sebuah kejadian singkat dimasa lalu. Dan sejak saat itu, Reina jatuh hati padanya.
            "Veteran!" Sahut Reina dari balik tebing memecah lamunan pria itu. Ia menengok dan mendapati seorang gadis melontarkan senyum manis padanya.
          "Hei Reina! Sudah pulang? Waah.. Pas banget, sini!" Sahutnya dari kejauhan. Reina menapaki satu demi satu bebatuan yang makin terkikis desiran ombak.
          "Ada apaan sih?" Gadis itu menelaah sambil duduk disamping Aruna. Pria itu tersenyum lalu menunduk, dan memakukan tatapannya didepan mata Reina.
          "Enggak, cuma mau liat kamu dari deket." Lengkungan senyum itu hadir lagi. Masih sama, belum berubah dari saat ia jatuh cinta. Masih sama, senja yang tak juga berubah saat senyum mereka saling mengembang satu sama lain. Hingga tatapan mereka jatuh pada keindahan sang mega merah diujung sana, keduanya terdiam seakan menitipkan harapannya masing-masing. Tentang masa depan, tentang saat itu, dan tentang hari ini pun semuanya masih terasa sama. Reina ingin selalu seperti ini, ingin selalu bersama pria yang berhasil menyelamatkan hatinya.
          "Yeuh.. iseng!"
          "Cieh baru ketemu langsung bete aja, Magenta mana?"
          "Tuh lagi ngebucin.. aku dijadiin obat nyamuk."
          "Ulululu~ ngambek terus nih panda kecil, sinih!" Tangannya sigap meraih tubuhku, mendekatkan dalam dekapnya. Menyaksikan alunan laut terbentang diatas tebing, berdua.


          Aruna, saat itu Reina sedang hancur - hancurnya karena di khianati. Hingga aku dan keluarga yang lain pun tak kuasa melihat kesedihannya. Tak pernah aku lihat sepupu kesayangnku seterpuruk itu hanya karena seorang bejat menghancurkan mimpinya untuk bisa hidup bersama. Sampai suatu saat ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya, tetapi Tuhan masih mengabulkan doa ku, Dewata dan orang - orang yang menyayanginya. Seolah dikirimkan malaikat tak bersayap yang menyelamatkannya, memeluknya sebegitu erat hingga melukai dirinya sendiri, tapi tak peduli dengan itu, yang di prioritaskan adalah bagaimana cara menyelamatkan seorang gadis hilang harapan di tepi tebing kala itu. Kini di tempat yang sama, yang ia duduki saat ini. Orang itu yang menemani Reina di masa yang paling sulit, yang menyadarkannya untuk tetap menghargai hidup dan orang - orang yang menyayanginya. Pria yang telah menemukan kembali kepingan hati Reina yang telah hancur lebur disakiti sebegitu dalamnya. Dan kini ia bisa selalu mengadukan hatinya pada Aruna, ia yang kini selalu mendengarkan keluh kesah Reina, ia tidak akan pernah meninggalkan gadis itu, tidak seperti yang telah menghancurkan harapannya hingga nekat bunuh diri. Ia akan selalu menjaga Reina. Pasti.
          Gadis berambut lurus itu menyandarkan kepalanya di pundak tentara muda berpangkat dua. Pria itu hanya diam sambil merasakan halus rambut Reina ditangannya. Ia tidak pernah bisa berusik jika Reina yang melakukannya, padahal begitu banyak perempuan di Bali, datang dan pergi, tapi entah kenapa ia hanya melihat Reina saat itu.
Kenekatannya untuk mendaki tebing dan berusaha mengagalkan aksi tak terduga yang dilakukannya membuat Aruna sebagai prajurit yang harus melindungi siapapun rela menyelamatkannya. Entah angin apa yang membuatnya terus melihat ke balik tebing itu.. Ia mendekati Reina, menempatkan kepalanya di pundak Aruna dan mengelus lembut rambutnya.
Semua mengalir begitu saja, Reina yang dulu ia temui di balik tebing sendirian sambil menangis kini masih tetap ada disampingnya bahkan di pikirannya. Gadis itu begitu cantik sekarang, gadis yang ia selamatkan dari pahitnya bayang-bayang masa lalu, ia telah mengambil hati seorang prajurit muda yang sempat tak tertarik sama sekali dengan wanita. Bahkan tidak berniat mengembalikannya sedikitpun. Pemuda itu sempat kesal, Reina telah memenuhi seluruh pikirannya. Dan sekarang, Aruna tidak ingin gadis itu pergi. Ia ingin Reina disini saja dengannya. Melihat senja yang sama bersama setiap saat, membuatnya tidak akan pernah terpikirkan lagi tentang masa lalu. Jangankan masa lalu atau pun masa depan, membayangkan Reina jauh lagi dari sisinya saja sudah sangat berat rasanya.

***

MagentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang