Ch. 2 - Bocah Yang Penuh Dengan Senyuman

93 10 12
                                    

Kesadaran Yun Hui perlahan-lahan mulai kembali.

Dia mencoba untuk bangun, tetapi sebuah rasa sakit mulai menyerang bagian punggungnya hingga terasa di bagian dada.

Perlahan-lahan Yun Hui kembali mencoba untuk duduk mengambil sikap bersila, ia memperhatikan sekitarnya. Yun Hui berada di sebuah gubuk yang terlihat sangat rapuh dengan atap yang berlubang dimana-mana.

"Apa yang terjadi...dimana ini? Kenapa aku masih hidup...aku yakin tadi aku melompat ke dalam jurang"

"Ah anak kecil itu...ya sebelum mataku tertutup aku sempat melihat wajah seorang anak kecil"

Yun Hui langsung merasakan sakit kepala ketika ia mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Semakin ia mencoba memikirkan hal itu, rasa sakit itu semakin menusuk di kepalanya.

Karena hal tersebut Yun Hui akhirnya berhenti untuk memikirkan hal itu dan mencoba mengambil sikap untuk melakukan meditasi. Yun Hui mencoba mengalirkan Qi ke dantian miliknya, tetapi hal itu sangat sulit ia lakukan karena luka yang ia derita serta ada faktor lain yang memperlambat itu semua.

"Sial aku tidak bisa memperbaiki dantianku, nampaknya tempat ini memiliki Qi yang begitu tipis bahkan hampir tidak ada"

"Walaupun aku memakan pil Immortal Lotus Essence, aku mungkin hanya bisa hidup 5 sampai 10 tahun lagi!"

Yun Hui mulai merenungi cerita hidupnya. Kenangan bersama gurunya bertahun-tahun yang lalu mulai kembali terputar di ingatannya, matanya mulai sembab akibat air mata yang dijatuhkan olehnya. Walaupun sudah lama tetapi Yun Hui masih tidak terima tentang kematian gurunya, bagi Yun Hui gurunya itu merupakan sosok yang paling penting dalam hidupnya.

Karena gurunya itu Yun Hui memiliki alasan untuk tetap hidup setelah dibuang oleh orang tuanya yang bahkan ia sendiri tidak mengetahuinya. Bagi Yun Hui, gurunya itu merupakan sosok guru sekaligus orang tua yang selama ini ada dalam kehidupannya selama 500 tahun.

Walaupun Yun Hui menangis, tetapi di dalam matanya masih tersimpan bara api dendam yang menggebu-gebu. Dia ingin sekali membalas dendam tetapi langit nampaknya tak menghendaki itu dan memberikan sebuah pelajaran untuk Yun Hui renungi.

"Ah! Kakek sudah bangun rupanya"

Suara kegembiraan seorang bocah terdengar oleh telinganya dan bocah itu muncul dihadapannya.

Yun Hui memperhatikan bocah itu. Bocah yang sedang tersenyum hangat dan menunjukkan gigi-gigi yang sedikit ompong itu menyita perhatiannya.

Bocah itu sekilas mengingatkan pada dirinya sewaktu kecil, memiliki tatapan tajam yakin akan masa depannya serta memiliki bola mata indah berwarna biru azur seperti sebuah permata.

"Kakek pasti belum makan kan? Aku dapat ikan yang besar saat memancing tadi" Bocah itu dengan riang memperlihatkan ikan hasil tangkapannya ke Yun Hui, tak lupa pula ia memperlihatkan gigi ompongnya.

Yun Hui tersenyum simpul...ia kali ini begitu yakin pada bocah yang ada dihadapannya sekarang. Ia juga pernah melakukan hal tersebut ke gurunya dan sifat riang dan cerianya itu juga mengingatkannya pada dirinya yang dulu.

Yun Hui terus memperhatikan bocah itu, ia juga berpikir tentang bagaimana bocah sekecil dia mampu hidup seorang diri di wilayah ini. Dia juga teringat saat dia jatuh dari jurang, ia merasa jika ia bukan jatuh ke dalam jurang tetapi seperti berpindah tempat.

"Nak dimana ini...apa ini masih bagian dari Lembah Kematian? Seingat ku, aku jatuh dari tepi jurang Lembah Kematian dan saat ku bangun aku sudah berada disini"

"Tempat ini masih bagian dari tempat yang kakek sebut Lembah Kematian tadi. Tempat ini berada di kaki gunung Kayangan...aku menemukan kakek tergeletak di tanah dengan badan yang penuh luka, jadi aku menggendong kaki untuk sampai kesini dan memberi kakek perawatan"

Stairway to Heaven [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang