Vote atuh
○○○
Langkah kita beriringan melewati rumah-rumah untuk menuju salah satu rumah yang dituju
Dari tadi Felix berusaha buat mengangkat topik pembicaraan ketimbang diam membisu
Gue keinget sesuatu. Gue penasaran nih apa dia juga patuh
"Lix," alis dia terangkat natap gue, "waktu gue udah pulang lo tetep main keluar gak kemaren-kemaren itu?"
Felix mengeratkan genggaman tangan kita yang gak mau dia lepas sedari tadi
"Gak. Gue nurut ama lo. Gak main malem" balas dia diiringi senyuman, "ehm kecuali tadi sih. Kita bertiga ada kerkom. Ngumpulnya di rumah Han, eh hp gue ketinggalan. Maaf ya gak bilang lo dulu"
Gue mengalihkan pandangan sembari berdeham. Duh nduk senyum mu manis sekali. Dikira gue emaknya apa mesti bilang mau kemana dulu
Tangan kanan gue ditarik agar mendekat ke tubuh Felix. Genggamannya terlepas berganti merangkul bahu gue yang ngebuat gue makin nempel ama dia
"Lix-"
"Perasaan lo ke gue apa udah berubah?"
Pertanyaan Felix membuat gue bungkam seketika. Topik yang dia bicarain emang random sedari tadi
Tapi kalo yang satu ini gue gak tau harus gimana
"Makanya lo kayanya enggan buat ngejawab pernyataan gue di rooftop waktu itu?" tanya dia lagi
Lidah gue semakin kelu untuk menjawab. Bukan gitu maksud gue
"Udah ketebak sih" senyum miris kentara di wajahnya, "gue emang gak pantes ama lo. Lo cewek baik-baik sedangkan gue berandalan begajulan. Mungkin emang, gue gak cocok-"
"Lix!" Potong gue karna jengah sama ucapan dia
Gue ga suka denger dia ngerendahin dirinya sendiri. Bagi gue dia tetep seseorang yang berarti yang selalu membuat perut gue tergelitik akan sikap manisnya
Felix adalah Felix. Dengan segala sikapnya yang kadang di luar dugaan. Dan Felix adalah orang pertama yang udah merebut hati gue bahkan hingga saat ini
"U-udah deket. Sampe sini aja. Nanti bunda liat. Makasih ya" ucap gue melepaskan rangkulannya
Baru dua langkah gue menjauh, Felix kembali narik tangan gue hingga kepala gue menubruk dadanya
Detak jantungnya terdengar jelas melewati indra pendengaran gue. Lengan yang mendekap membuat suasana menjadi hangat mengalahkan dinginnya angin malam
"Gue sayang sama lo"
Lirihan di telinga gue membuat gue berharap. Bisakah waktu berhenti untuk kami yang tidak bisa bersama?
○○○
Pintu di depan seolah menjadi sesuatu yang menarik sehingga gue hanya diam menatap benda putih ini, tanpa bergerak sedikitpun
Harusnya pintu ini gue buka untuk masuk ke dalem ruangan yang lebih besar dan mungkin isinya lebih menarik dari kayu persegi panjang
Hati gue takut untuk masuk. Takut bertemu pemilik. Enggan merasakan perpisahan dengan si pemilik
Tujuan awal gue nerima permintaan ini, nyari kesempatan. Udah gue bilang kan?
Interaksi setelah gue menjadi 'baby sitter' aja gak bisa dibilang banyak. Gimana kalau kita kembali jadi seonggok manusia yang hanya menyapa lewat lirikan? Gue harus dilanda rindu dilan tak menentu
Dan juga. Gue ngerasa bersalah. Dia masih menunggu, menunggu jawaban yang guepun gak tau harus jawab apa
Perasaan kita terikat. Tapi keadaan memaksa kita untuk tetap menjadi sepasang manusia berstatuskan teman. Tentu, pengkhianatan terhadap orang tua akan mendapat ganjaran menyakitkan
Sebagai anak, kita hanya mampu patuh agar dosa tak terus berdatangan
Walau sesusah apapun mengelak, perasaan gak bisa dibohongin. Bukankah lebih baik memendam rasa dibanding menyembunyikan kebohongan yang mengantarkan pada kerugian?
Lee Felix, maaf. Gue udah memutuskan jawaban yang mungkin bakal ngebuat penantian lo berakhir sia-sia
Wejangan dari bunda sebelum gue berangkat ke sinilah yang membuat gue bisa menemukan jawaban walau berat hati,
"Kimmy, tau gak? Dulu bunda gak pernah pacaran tapi temen cowo bunda banyak. Bahkan waktu tk bunda didandanin kaya cowo sama kakek nenek kamu," bunda terkekeh kecil sebelum melanjutkan, "udah sering bunda bilang. Belum waktunya kamu terbelunggu dengan status pasangan yang saling mencintai. Wajar kalo kamu tertarik sama lawan jenis, lebih gak wajar kalo kamu gak ngerasain itu. Temen boleh, kalo sukapun bunda gak larang. Jodoh ntar juga bakal dateng. Tahan dulu aja, mana tahu jodoh mu si- siapa itu stray kids-stray kids yang korea itu. Emang enak ada yang perhatiin, tapi gimanapun juga walau dia gak bilang, ruang gerak kita bakal tetap terbatas. Bunda percaya kamu"
Tuh. Panjang banget kan. Apalagi penutupnya tiga kata yang bisa membuat bulu kuduk merinding
Pada akhirnya kembali di saat gue yang memutuskan ikatan tanpa status, percuma kalo gue mutusin kalo balikan lagi. Lebih baik gak mutusin dan tetap jalan, dosapun ikut mengalir. Itu gak baik juga sih
Maaf. Felix-
Gue tersentak saat benda yang gue perhatiin tiba-tiba bergerak, memunculkan seseorang yang sedang berputar di kepala gue
"Udah dateng, kenapa gak masuk?" tanya dia dengan barisan rambut di atas mata bertaut
Dari pada itu, "lo mau kemana?" menjadi balasan gue. Ngelihat penampilannya yang rapi dan stylish. Yang jelas bukan baju yang biasa dia pakai kalo lagi di rumah
"Eum gue mau keluar-" jawabnya menggantung dan sedikit gugup
Gue memiringkan kepala, memikirkan tanggapan yang tepat. Udah hari terakhir juga, ga papalah ya kalo dia keluyuran. Lagipula ini minggu pagi, kasihan juga hari libur gini dia terkurung dengan gue
"Oh ya udah. Pergi-"
"-sama lo" Felix melanjutkan dengan menyela
"Hah?" menandakan kalo gue terkejut dan belum bisa mencerna baik maksud perkataan dia
Netra Felix membidik milik gue, mengunci dalam keheningan namun hangat. Senyuman khasnya terukir
"Ayo kita ngedate"
○○○
Ng-ngedate?
Hayuk ama author aja lix:))
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] EX || Lee Felix
Fanfiction"Balikan yuk. Sebagai pasangan yang terikat tanpa status" ˚gddbby, june 2020