"Vlad itu tidak punya sudut spesial, untuk dikagumi. Karena semua yang ada dalam Vlad itu spesial, bagiku."
🦆🦆🦆🦆
"Tevy, lihat Vlad berjalan kemari," ucapan Githa sontak membuat Tevy mengalihkan pandangannya. Benar saja, Vlad sedang berjalan menghampiri mejanya dengan kedua temannya.
Saking fokusnya menatap Vlad yang melangkah mendekat, Tevy jadi tidak sadar Vlad sudah berada disampingnya.
"Geser." Suara Vlad terdengar, Tevy sedikit tersentak lalu mengikuti perkataan Vlad, dia menggeser tubuhnya hingga Vlad duduk disampingnya.
Rio dan Alex juga ikut duduk satu meja bersama mereka.
Tevy melirik kearah Vlad yang membuka kotak bekal makanan yang ia berikan. Senyum manis terukir di bibirnya. "Berhenti tersenyum," titah Vlad, Tevy yang mendengar itu otomatis menarik senyum manisnya.
"Seperti itu lebih baik," sambungnya. Tevy merasakan pipinya memanas, ia mengulum bibirnya menahan senyum.
Tevy memperhatikan setiap kali Vlad menyuapkan nugget yang dan mie yang ia buat dengan lahap.
"Mukanya, bisa biasa aja gak itu," sindir Githa, sambil menyenggol bahu Tevy.
"Eh... ah, apa sih Git!" sanggah Tevy, kelabakan. lalu, ia kembali memakan soto yang ia pesan.
"Gak usah malu-malu gitu kali ah," ejek Githa, Tevy yang sebal menginjak dengan kuat kaki Githa yang berada dibawah meja.
Githa menahan teriakannya dengan senyum yang ia pasakan pada Tevy, "kurang ajar!" umpat Githa.
"Lanjut makan aja Githa, sayang." Tevy menarik piring Githa mendekat dan menyuapi gadis itu dengan kasar.
"Aku bisa sendiri!" rajuk Githa, dengan kasar juga ia mengambil sendok dari tangan Tevy, "itu punyaku, huh!" Tevy kembali merebut sendok yang berada ditangan Githa dengan cepat hingga sikunya tidak sengaja menyenggol lengan milik Vlad.
"Diam." Aura dingin mulai memancar dari tubuh Vlad, membuat semua yang ada dimeja menahan nafas.
Dengan patuh mereka kembali melanjutkan memakan makanannya masing-masing. "Oh ya perkenalan, aku Tevy!"
Mereka sudah menghabiskan makanannya saat Tevy memperkenal diri.
Tevy mengulurkan lengannya untuk berjabat tangan dengan Alex dan juga Rio, tapi Vlad segera menahan lengan Tevy. "Tidak usah berjabat tangan," ujar Vlad.
"Eh...oke."
"Aku Tevy, dan ini Githa." ujar Tevy sembari menepuk-nepuk pelan pundak Githa.
"Aku Alex, ini Rio dan dia Vlad. Tak asing lagi kuras nama itu." Alex menunjuk Vlad dengan dagunya.
Vlad menutup kotak bekal milik Tevy, menggesernya hingga berada didepan Tevy.
"Iya, benar," sahut Githa pada Alex.
"Tumben sekali kau baik padaku," ucap Tevy yang merasa sikap Vlad, sangat baik hari ini. "Suka-suka," ujarnya santai lalu berlalu pergi meninggalkan mereka.
Alex dan Rio beranjak mengikuti langkah Vlad, tanpa ucapan selamat tinggal dari mereka.
"Huh liat! Apa yang mereka kagumi dari sosok Vlad? Brengsek iya! Tidak ada spesialnya!" adu Githa yang kecewa dengan ucapan setiap orang terhadap Vlad.
Tevy tersenyum kecil mendengar ucap Githa, ia mengaitkan jari-jari tangannya diatas meja, "Vlad itu tidak punya sudut spesial, untuk dikagumi. Karena... semua yang ada dalam Vlad itu spesial, bagiku," lirihnya, Githa masih dapat mendengar apa yang diucapkan Tevy hanya bisa menghela nafas panjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Vlad
Teen Fiction(classic love) - Saat Tevy datang dan mencecoki kehidupan Vlad, semuanya mulai berubah. Hal yang paling dirasakan oleh semua orang adalah sikap Vlad yang sedikit menghangatkan, dan peduli terhadap orang-orang yang menyapanya. Namun itu semua tidak b...