Hari ini aku berangkat ke sekolah lebih awal. Guruku yang menyuruhku untuk pergi lebih awal. Ini semua karena nilaiku yang tiba-tiba menurun drastis. Padahal hanya baru kali ini. Entah apa yang ingin guruku lakukan padaku.
“Hey, kamu! Masuk ke ruang Ibu dulu, nanti akan Ibu kasih tau selanjutnya,” suruh Ibu guruku. Aku hanya memutarkan kedua bola mataku malas. Ayolah, ini masih sangat pagi. Tetapi guru didepanku begitu banyak bicara. Lama aku menunggu akhirnya ia kembali bersuara.
“Hey kamu, Lee Jeno! Kemarilah, Ibu meminta bantuan kepadamu.”
Lee Jeno? Cowo pintar itu? Untuk apa? Sang oknum bernama Lee Jeno pun menghampiri Ibu guru. Ia menyuruh Lee Jeno untuk duduk di sebelahku.
“Okey, akan Ibu jelaskan. Pertama-tama, Lee Jeno karena kamu adalah siswa berprestasi di sekolah ini, Ibu minta untuk mengajari gadis di sebelahmu,” ujar guruku.
Jeno menyipitkan matanya, “Memang untuk apa, Bu?” tanya Jeno.
“Biar gadis di sebelahmu ini tidak mendapatkan nilai yang jelek lagi, Jeno,” balasnya. Akhirnya pun Jeno meng iyakan suruhan Ibu guru.
Suasananya begitu canggung ketika kita berdua duduk berhadapan di kelas. Bayangkan, hanya ada kita berdua.
“Mata pelajaran apa yang tidak kamu ketahui?” tanya Jeno. Ia menanyakan hal ini tiba-tiba. Dan ini sangat membuatku kaget. “Oh, hah? Anu, sebenarnya aku udah bisa semua. Tapi, Ibu guru yang terlalu berlebihan.”
Tiba-tiba Jeno menatapku dengan tatapan heran. Akhirnya Jeno memutuskan untuk meninggalkan ku. Benar-benar cowo yang cuek. Tak lama setelah kepergian Jeno, tiba-tiba Ahn Yujin datang. Habis gelap terbitlah terang. Mengapa terang? Karena Yujin adalah ATM berjalanku.
“Hey (y/n) kenapa kamu tidak pergi ke kantin?” tanya Yujin kepadaku.
Aku tersenyum sumringah, “Yujin, masa kamu tidak tau sih. I need your money to buy some foods.”
Yujin terlihat sangat kesal. Walaupun begitu, Yujin adalah sahabat terbaikku.
“Yasuda, ayo kita pergi ke kantin. Aku akan mentraktirmu, jangan khawatir.”
Setibanya di kantin ternyata ada banyak adik kelas/kakak kelas. Dan satu lagi, cowo itu, Lee Jeno. Aku tidak sadar jika Jeno terus-menerus menatapku. Aku tidak bisa mengartikan tatapannya. Sungguh sulit.
“Hey, apakah kau lihat itu? Cih, Jeno menatapmu,” ujar temanku tiba-tiba. Ternyata tidak cuma aku saja yang sadar akan hal itu. Temanku juga sadar bahwa Jeno sedari tadi hanya menatapku.
Ini lah yang membuat pikiranku kemana-mana. Aku takut jika Jeno membenci ku karena Ibu guru menyuruhnya untuk mengajariku.
Untuk part kali ini cukup sampai sini saja ya. Akan ©Jise lanjutan di halaman berikutnya. Seperti biasa, ©Jise membutuhkan dukungan berupa vote+komen+kritik dan saran. Untuk kritik dan saran tetap gunakan bahasa yang sopan, terimakasi banyak. Happy reading peeps!
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Jauh
FanficKita ditakdirkan hanya untuk bersama. Namun, untuk menyatu takdir berkata lain. Banyak perbedaan di antara kita. Dan pada akhirnya kamu memilih untuk pergi dan menghilang. a fanfiction by ©Jise.