Sebuah fakta

705 31 0
                                    

Arya tak menyangka dengan pemikiran pamannya yang bernama Bagus Atmadja itu. Sepertinya, dia sedang diawasi dari kejauhan memandang.

"Mang, Ki Kala ikuh ana ning ndi?
(Mang, Ki Kala itu ada dimana?)
Tanya Arya

"Ora bakalan weruh,"
(Tidak bakalan tahu)
Jawab Bagus Atmadja

Umur Arya dengan Bagus Atmadja hanya berjarak 7 tahun saja, hal inilah yang menjadikan keduanya sangat akrab.

"Mengenai Apta, mengapa Mamang tidak menyukainya? Apakah karena dia bukan dari darah keturunan Atmadja?"
Tanya Arya

"Apta adik tirimu itu memiliki potensi yang sangat besar, aku takut dia belum bisa menyeimbangkannya. Karena itu, dia harus mandiri sejak dini, jika tidak, Apta akan terekspos dalam dunia ghaib dan menjadi batur ghaib," ucap Bagus Atmadja

"Sebenarnya, jika boleh tahu, apa yang mendasari mamang mendatangi rumah Ayah? Apakah karena ada suatu kepentingan tertentu?"
Tanya Arya

Bagus memandangi wajah Arya. Tujuannya mendatangi rumah sang kakak, Hanif Atmadja adalah untuk menculik Apta dan menjadikannya sebagai alat untuk menguatkan diri ilmu kanuragannya. Hal ini belum diketahui oleh sang kakaknya sendiri yaitu Pak Hanif dan kedua anaknya, Arya dan Apta.

"Kau tidak perlu mengetahui itu, setidaknya kau bersyukur jika aku bisa membantumu hingga ke titik ini. Siji kedipanmu itu akan menghilang karena dimakan usia, dalam turunan Atmadja, siapa saja yang menyandang kemampuan itu, suatu saat dia akan mengembalikannya lagi, karena kemampuan turunan itu hanya boleh dimiliki oleh satu orang,"
Ucap Bagus Atmadja

Arya mengerti sekarang. Alasan dia melakukan tebus raga adalah untuk menurunkan Siji kedipannya terhadap adiknya, Apta. Dengan begitu, dia bisa terselamatkan dan terbebas dari rongrongan Ki Kala, leluhur di tempatnya.

"Oke, kapan kau siap melakukan Tebus Raga?" Tanya Bagus Atmadja

"Sesuai kelahiranku, Jum'at Kliwon,"
Ucap Arya

BATUR GHAIB PART 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang