WARNING!
⚠ SUICIDE
⚠ SELF HARMSEMENJAK Taehyung menginjak dosa ketidakpedulian di musim panas yang menyengat kulit, hingga mengakibatkan merah menjalar dari belakang leher yang tak tertutup kain menuju kaki beralas sandal jepit, tenggelamnya sesosok manusia dalam bengawan yang disebut sebagai arus kematian menghadirkan salju absurd di sekeliling.
Taehyung tidak kedinginan, tetapi jutaan butiran putih menutupi pandangan.
"Apa yang sedang terjadi?"
Pemuda tersebut mengurung diri di kamar, menatap rintik-rintik salju yang semakin menggunung, bahkan menuju lantai dua di mana posisinya berada. Taehyung mendesah, ekspresinya kuyu, dan mata itu telah dinodai hitam pada kantungnya.
Sudah tiga hari ini Taehyung bermimpi aneh, seperti melihat kejadian yang sama berulang-ulang, di mana ribuan manusia melompat beramai-ramai dari jembatan panjang dan besar, sementara ia sendirian berada di dalam air, tepat di bawah mereka.
Wajah itu rata, horor jatuhnya.
Taehyung ingin memuntahkan isi perutnya, tetapi kosong di sana. Nafsunya lenyap tak bersisa, menjadikan dirinya makhluk paling menyedihkan di dunia. Padahal musim panas baru tiba, hari-hari menyenangkan karena libur sekolah juga bakal terlaksana, sekarang mengapa semuanya berbeda?
Karena salju turun di musim panas.
"Ataukah sebenarnya sudah musim dingin tanpa kusadari?"
Langkahnya yang ringan menuju pembaringan lagi, ingin terlelap kembali meski tahu bakal dihantui manusia-manusia bunuh diri. Tetapi tidak, karena suara kaki yang menginjak lantai kayu dengan cepat hingga menyebabkan keberisikan itu berhasil menghentikan pergerakan mulut Taehyung dalam menguap.
"Ibu hendak ke mana?" tanyanya, namun Taehyung terabaikan lantaran tidak menyentuh sarapan pagi ini.
Ia menatap sang ibu yang sedang menutup jendela, menghentikan angin musim dingin menusuk kulit beliau, hingga gigilan beserta omelan pun dihentikan. Wanita tua itu kemudian keluar dari kamar.
Taehyung diam, membuka kembali jendela, lalu tersadar bahwa ketahanannya terhadap udara dingin terasa ganjil dan tidak bisa diterima akal sehat.
Merasa lelahnya terangkat setelah melihat ibu yang marah malah pergi keluar menerjang badai salju, Taehyung menuruni salju yang menggunung, berlari di atas putih hanya dengan sandal jepit dan pakaian serba pendek. Sembari menyusuri jalanan sepi dari transportasi, ia dengar tetangganya terus mengutuk langit dan memaki siapa pun penyebab dari teror musim dingin di bulan Juli.
Sama seperti Taehyung yang menggunakan kain tipis saat waktu matahari berdisko tiga hari lalu, tetangganya pun berpakaian persis mengikuti dirinya. Tetapi mengapa mereka mengeluhkan dingin yang tak dapat dirasakannya?
Apa yang membedakan kami semua?
Jika memang karena ulahnya, risiko dari mengabaikan seorang manusia terjun menuju kebinasaan, hingga mereka terus menghantui mimpinya, Taehyung mulai mengerti semuanya.
Tanpa sadar langkah Taehyung dibawa naluri menuju jembatan, tempat di mana terakhir kali ia dicucuk oleh tajamnya sengatan musim panas.
Kali ini ia menemukan manusia lagi, seorang wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.
Namun sekarang, bagaimana caranya Taehyung menghentikan musim dingin yang menyerbu kerabatnya? Bukankah Taehyung sudah tidak bisa berhubungan dengan manusia, akibat melakukan hal yang serupa, macam tindakan ibunya, pada minggu yang sama?
[10 November 2021]
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Anger √
FanfictionWahai, Kim Taehyung. Penjahatnya adalah dirimu sendiri. © Lev