Masih di Kampoeng Halaman

8 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA😊

Hal yang dinanti Mawar selama ini akhirnya tiba. Keluarga yang indah dan bahagia, berkumpul bersama menceritakan kenangan lama.

“Kak Tifah!” seru Refan sembari menghampiri Mawar yang tengah membaca buku.

Sedari kecil Refan memanggil Mawar dengan sebutan “Tifah” itu karena nama belakangnya ialah “Lathifah”.

“Hm.”

“Aku udah hampir nyusul kakak, lho.”

Mawar heran dan memutuskan untuk meletakkan bukunya. “Hah?!”

“Lupa, ya? 'kan kakak bilang mau ngasih hadiah kalau hafalanku bisa nyusul Kak Mawar,” ucap Refan dengan polosnya.

“Hm. Emang kamu nambah berapa hafalan?” ledek Mawar.

Refan membentuk jarinya seperti huruf 'v', tepatnya mengisyaratkan angka dua.

Mawar tersenyum. “Dua Juz?”

Refan menggelengkan kepalanya dengan gemas. “Surat, hehe.”

Mawar tak kuasa menahan tawanya.

“Jangan ngeledek gitu dong!” ucap Refan sembari memasang wajah cemberut.

“Astaghfirullah. Engga kok, bagus. Yang penting kamu terus belajar ya, Hamas!”

Refan tersenyum. “Hamasah, Kak Tifah!”

Mawar tersenyum haru memandang adik satu-satunya ini.

“Sekarang udah hampir larut, kamu tidur gih. Kakak mau nunggu Ayah dulu,” ucap Mawar sembari mengusap kepala Refan.

Refan mengangguk dan pergi menuju kamarnya.

Mawar kembali ke posisi semula, merentangkan tubuhnya di atas sofa. Tak lupa bersama buku yang selalu menemaninya.
Malam semakin larut, tapi sosok lelaki yang ia tunggu tak kunjung pulang. Semakin lama hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya, memilih untuk bertemu ayahnya di pagi hari saja.

“Ibu, Mawar tidur duluan ya. Ayah lama banget, besok pagi aja deh ketemu ayahnya.” Mawar menghampiri ibunya yang sedari tadi berada di dapur.

“Iya. Jangan lupa wudhu dulu ya,”

Mawar tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, meneruskan kembali langkahnya menuju kamarnya. Dengan cepat ia membaringkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamarnya yang sudah tak elok lagi. Oh ya! Dia melupakan sesuatu, sudah seharian ia tidak memainkan ponselnya. Mawar memutuskan memeriksa ponselnya yang berada di atas nakas.

10 panggilan tak terjawab dari Cintakuh

“Ya ampun, Icha.” Mawar memutuskan untuk menelepon kembali sahabatnya itu. Tapi nihil, ini sudah larut, Icha tak juga mengangkat teleponnya.

Mawar hanya menghela nafas kasar, memutuskan untuk membukan instagram dan men-scroll-nya.

“Dunia adil. Kini kamu bahagia, mungkin esok 'kan ada luka. Pastikan, kamu siap menerimanya.”

Kutipan itu membuat Mawar tercengang, menusuk kalbunya. Ada lekukan tawa menghiasi bibirnya, seraya mengetuk dua kali layar ponselnya—love merah—untuk @gakusahkepo, berterimakasih padanya.

@mawarapr_ Terimakasih❤

Mawar memutuskan untuk melihat akunnya, bukan sembarang,  pengikutnya sudah lebih dari 45 ribu orang. Kata-kata yang simpel, namun bisa mengubah hidup seseorang.

Perfect to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang