Tzuyu POVAku segera keluar dari kelas dan berlari menuju kelas Mina.
" Minaa tunggu! " ia menoleh dan menungguku.
" Eh Tzuyuu. "
" Hehehe. Ntar sore pergi yu? "
" Hmmm. " ia tampak berpikir.
" Aku sih pengen Tzu. Tapi sorry, aku udah ada janji. " kami berdua jalan beriringan menuju parkiran.
" Janji sama? "
" Sama temen, mau ngerjain tugas. Gapapa ya? "
Aku tersenyum. Ia bertanya seakan aku mempunyai pilihan.
" Iya gapa- "
" Eh aku bisa ko kalo abis ngerjain tugas. Jam 7 an gapapa? "
Senyum ku merekah. " Gapapa. " angguk ku cepat.
" Okee. Sampai ketemu ntar malem. " ia memeluk ku cepat dan segera menuju mobilnya.
Aku hanya diam sambil menatap punggungnya yang perlahan menjauhiku sebelum akhirnya aku menuju mobil dan langsung pulang ke rumah.
" Sekolah hari ini cape parah, si Pa Bowo ngasih tugasnya edan. Ya trigono lah limit lah. " ucapku pada seseorang di sebrang telpon.
" Berarti untung gue ga masuk ya ahahahaha. "
" Tugas lu bakal numpuk anjir jangan seneng dulu. Eh btw jangan lupa buku gue besok bawa ya. "
" Ahahaha. Iya ntar gue bawain. Gue tutup dulu ya mau ada urusan sama nyokap. "
" Oke oke makasih Somii. "
Jangan salah paham, aku dan Somi memang sudah dekat dari dulu. Bahkan jauh sebelum aku mengenal Mina.
Hanya saja.. kita menjadi lebih dekat sekarang - sekarang ini, itupun karna Mina yang jarang membalas pesan atau mengangkat telpon dariku.
Tentu aku senang karna masih ada yang peduli padaku, tapi tetap saja.. ada bagian yang hilang dari diriku. Seperti, separuh jiwaku tidak ada bersamaku.
Somi juga yang selalu menemaniku selama beberapa minggu ini, selain Chaeng dan Dahyun. Mereka bertiga lah yang menguatkan aku dan tidak menghakimi ku secara sepihak. Dan yang penting mereka bertiga tidak pernah menyarankan ku untuk melepaskanya.
Mereka selalu menyuruhku untuk memperjuangkannya. Umpama nya seperti ini, kalo kita mau potong kuku, yang kita potong kuku nya kan? Bukan jarinya.
Begitupun dengan kami. Kalau dalam suatu hubungan ada masalah, yang kita selaikan itu masalahnya, bukan orangnya yang kita selesaikan.
" Coba obrolin baik baik. " atau " Pasti ada jalan keluarnya. " yang selalu mereka katakan. Bukan seperti " Sabar ya. " atau " Aku tau Mina masih sayang sama kamu. " kalau seperti itu pun aku sudah tau. Aku tidak buta dan masih bisa melihatnya.
Aku bisa merasakan bahwa Mina masih menyayangi ku. Hanya saja, rasa sayangnya itu berkurang. Tidak seperti dulu.
Aku segera memakai sepatu dan bersiap menuju mobil. Aku berencana untuk mengelilingi Paskal 23 terlebih dahulu sebelum akhirnya bertemu Mina di cafe terdekat. Janjinya sih dia yang akan menemuiku, tapi entahlah kita lihat saja nanti.
" Macet parah. " aku menatap jam kecil di tengah mobil.
16.12
Masih ada waktu.
Bandung memang selalu macet. Tapi entah kenapa, itulah yang membuatku menyukai kota Bandung ini. Suasana perkotaan yang padat, tapi tidak sesesak kota Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
f o r e v e r ? || mitzu au.
Romanceapakah ini akan berakhir selamanya? atau akan terhenti di tengah jalan?