Author POV
Ting!
Ting!
Ting!
Sudah hampir setengah jam handphone Mina tidak berhenti berbunyi. Entah siapa yang mengirimnya pesan, karna pekerjaannya sekarang menumpuk sehingga ia tidak memiliki waktu untuk sekedar mengecek handphone nya
Ting!
Ting!
Ting!
" Siapa sih anjir, orang lagi sibuk. "
Drrtt..
Drrtt..
Mina mengambil handphone nya, melihat siapa pelaku yang membuat pekerjaannya menjadi terganggu.
Sanake is calling..
Ia menyimpan kembali handphonenya dan membiarkannya dalam keadaan tertutup. Sana? Ngapain?
Drrtt..
Drrtt..
Mina berdebat dengan dirinya sendiri. Ia bingung, haruskah ia mengangkatnya?
Tapi, apa jadinya jika itu bukan Sana.. melainkan..
Iya.
Dia.
Sudah beberapa hari sejak kejadian yang mengenaskan di Jogja waktu itu. Dan sudah beberapa hari pula ia berusaha menghindari setiap panggilan atau pesan dari teman - temannya.
" Huhh. " Mina membuang nafasnya pelan. Menatap jendela besar yang tidak pernah bosan menunjukan keindahan dari kota tempat ia menghabiskan masa kecilnya.
Entah sampai kapan ia harus kejar - kejaran dan bersembunyi dari perasaan yang masih sangat akrab dengannya. Namun untuk sekarang, ia rela menghalaukan segala cara agar perasaan itu bisa terlepas dari hatinya.
~
" Anjir aing teh dimana atuh ah? Teu ngerti nanaon. " Tzuyu mengacak - ngacak sedikit rambutnya sambil berjalan menuju tempat pemberhentian bus. ( Aduh aku ada dimana sih? Ga ngerti apa - apa. )
Ia melempar pandangannya ke segala arah, berharap menemukan sosok yang menjadi satu - satunya alasan ia berani pergi sendirian ke Negara Jepang ini.
Ia berada di Kota Kobe sekarang ini, terimakasih kepada Sana dan Momo yang sudah memberi tahu di mana Mina berada selama ia di Jepang.
Tapi..
Tzuyu lupa menanyakan kepada Sana dan Momo dimana tepatnya Mina tinggal, atau setidaknya, perusahaan dimana Mina bekerja. Ingin menghubungi Sana dan Momo pun tidak bisa.
Ia sadar ia terlalu gegabah, mengambil keputusan tanpa memikirkan resiko apa yang sudah menantinya. Tapi ia sudah tidak bisa menunggunya lebih lama lagi. Makannya, ia berusaha agar secepatnya ia dapat terbang menuju Jepang. Hanya berbekal handphone dan juga dompet kesayangannya.
Namun ini lah resiko nya, ia tersesat.
Sangat tersesat.
Tzuyu tidak mengerti sama sekali bahasa Jepang. Garis - garis aneh yang dilengkungkan dan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu huruf yang biasa mereka sebut dengan huruf kanji. Ia merasa seperti menjadi orang buta sesaat setelah melangkahkan kakinya disini.
Lapar, itu yang ia rasakan sekarang ini.
Yen? Ia tidak punya.
Hebat kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
f o r e v e r ? || mitzu au.
Romanceapakah ini akan berakhir selamanya? atau akan terhenti di tengah jalan?